Hari ketiga Sheila melaksanakan tugasnya sebagai dokter pribadi pak Kuncoro. Seperti biasa selesai dinas ia mampir ke rumah beliau untuk mengecek kesehatannya. Padahal sebenarnya kesehatan beliau tak ada masalah dan semua pun tahu hal itu.
Security yang bertugas langsung membukakan pintu gerbang begitu melihat mobil Sheila. Perlahan Sheila memarkirkan mobilnya kemudian langsung memasuki rumah mewah tersebut. Ia kemudian digiring oleh nyonya rumah tersebut menuju kamar dimana pak Kuncoro berada.
Saat akan memasuki kamar pak Kuncoro, mata Sheila mendengar suara yang sedikit ramai dengan canda tawa. Apakah putra pak Kuncoro sudah tiba ? Sheila mengingat berkali-kali pak Kuncoro mengatakan jika putranya akan segera pulang karena studinya sudah selesai, namun Sheila hanya menanggapinya dengan senyuman toh ia tak mengenalnya juga, kan.
“Pa, dokter Mila udah datang.” Ucapan ibu Kalisha menghentikan pembicaraan kedua pria beda usia itu.
“Silakan lakukan tugasnya, dokter ,,,” Pak Kuncoro mengisyaratkan agar Sheila masuk dan pria yang duduk dengan posisi membelakangi Sheila lalu berdiri dan membalikkan badannya untuk melihat dokter yang dimaksud oleh sang papa.
Sejenak mata Sheila bersirobok dengan anak pak Kuncoro. Tubuh Sheila menegang dan berusaha menetralkan perasaannya. Ia tak mungkin salah mengenali orang, pria yang kini sedang bertatapan dengannya adalah orang yang sama yang meninggalkannya tanpa pesan enam tahun lalu. Sheila segera mengalihkan pandangannya sebelum pria tampan itu menyadarinya. Beruntung setiap kali mendatangi rumah pak Kuncoro ia selalu memakai masker sebagai protokol kesehatan. Tanpa membuang-buang waktu, Sheila segera melakukan tugasnya sementara pria muda itu terus menatap Sheila tanpa berkedip.
“Oh ya dok, kenalkan putraku Abimana yang sering bapak ceritakan.” Pak Kuncoro memperkenalkan pria yang diakuinya sebagai putranya.
Sheila hanya tersenyum dibalik maskernya dan menganggukkan kepala tanpa berniat mengulurkan tangannya. Sheila hanya fokus memeriksa pak Kuncoro .
“Bagaimana dok ?” Tanya pak Kuncoro karena Sheila sama sekali tak mengajaknya bicara seperti biasa.
“Semua baik pak. Saya pamit dulu, ada urusan keluarga.” Balas Sheila pelan agar suaranya tak terdengar oleh pria muda itu.
Sheila sangat syok melihat keberadaan pria yang dulu meninggalkannya tanpa kata putus. Sheila menyesali sikapnya yang hanya fokus pada pekerjaannya padahal pak Kuncoro memiliki foto keluarga di ruang tamu rumah tersebut.
Sheila tqk pernah berpikir untuk bertemu kembali dengan masa lalunya yang sama sekali belum bisa ia lupakan. Bukan karena Sheila belum bisa move on, terbukti ia sempat menjalin kisah dengan Ferdy walaupun pada akhirnya mereka putus. Sheila hanya penasaran Abimana meninggalkannya pas lagi sayang-sayangnya. Sheila menarik napas panjang dan bergegas meninggalkan kamar pak Kuncoro. Namun sebelum ia berhasil mencapai pintu sebuah suara menghentikan langkahnya.
“Tunggu dokter ,,,” Abimana mengejar Sheila.
“Papa saya sakit apa, dok ?” Lanjutnya dengan wajah serius.
“Hanya kelelahan.” Jawab Sheila datar dan sedikit merubah suaranya.
Sheila berusaha menguasai perasaannya agar suaranya tak bergetar dan menatap kearah lain. Sheila takut melakukan kontak mata langsung dengan pria tampan di depannya. Segudang rasa dalam dada Sheila hingga membuatnya terasa sesak.
“Maaf apa saya mengenal anda, dok ?” Abimana merasa tak asing dengan mata bening di depannya. Mata itu mengingatkannya pada seseorang namun ia tak ingin gegabah.
Ingin rasanya Sheila meneriakkan namanya namun pikiran jernihnya masih menguasai otaknya hingga akhirnya ia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Kemudian membalikkan badannya dan meninggalkan pria itu.
‘Dokter aneh. Tapi kok aku seperti mengenalnya ?’ Batin Abimana bertanya-tanya.
“Lho, Abi ,,, ngapain melihat dokter Mila sampai segitunya. Kalisha dan pak Kuncoro memang sengaja memakai nama belakang Sheila katanya biar berbeda dengan pasien lain. Ingat lho besok kita akan menghadiri acara pertunangan anak sahabat papa sekaligus bertemu dengan calon istrimu.” Ucapan Kalisha membuat mood Abimana memburuk.
“Ma, aku kan sudah bilang akan mencari kekasihku saat masih SMA.”
“Gak usah cari masalah, nak. Gadis itu pasti sudah menikah dan punya anak. Kamu mau jadi pebinor ? Jaga nama baik keluarga kita.” Kalisha benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran putra tunggalnya.
“Berikan aku waktu untuk mencarinya, ma. Aku kan juga baru tiba.”
“Gak ada alasan sayang, ikut aja besok. Kami juga gak buru-buru menikahkan kalian.” Ucap Kalisha tak ingin dibantah.
Abimana hanya bisa menatap nanar mamanya yang berjalan memasuki kamarnya. Karena merasa, lelah menempuh perjalanan jauh akhirnya Abimana pun masuk ke dalam kamarnya. Abimana membaringkan tubuh lelahnya diatas kasur yang ia tinggalkan enam tahun lalu. Entah mengapa Abimana kepikiran dengan dokter Mila.
‘Perasaanku kok seperti mengenal dokter Mila ?’ Batin Abimana terus menggali memorinya sebelum ia meninggalkan tanah air.
Abimana merasa pernah mengenal dokter Mila. Ia yakin gadis itu adalah salah satu teman sekolahnya semasa SMP atau SMA karena sesaat setelah pengumuman ia langsung menghilang. Lebih tepatnya melarikan diri dari papa dan mamanya karena kesal dijodohkan padahal ia telah memiliki kekasih.
Flashback on
“Pa, ma ,,, Abi akan membawa seorang gadis untuk diperkenalkan pada kalian. Aku sangat mencintainya, pa, ma ,,,"
“Gak perlu, Bi ,,, papa sudah menjodohkanmu dengan anak teman papa.” Balas Kalisha tegas.
Abimana hanya bisa terdiam mendengar kata-kata sang mama. Untuk satu ini ia tak bisa membantah sang mama namun ia juga tak bisa menerima perjodohannya begitu saja.
'Maafkan Abi karena harus meninggalkan kalian. Biarlah aku hidup mandiri dan jauh dari kemewahan agar kelak bisa kembali ke tanah air dan menikah dengan Sheila.' Batin Abimana yakin.
Flashback off
Rasa lelah dan rasa rindu pada kasurnya menyatu dengan diri Abimana sehingga membuatnya langsung tertidur. Bersama dengan harapan untuk segera bertemu dengan Sheila penghuni hatinya selama ini.
Sementara Sheila dengan wajah pucat memasuki rumahnya yang sudah ramai oleh sanak keluarga. Dengan setengah berlari ia menuju kamarnya di lantai dua.
“Tadi beneran kak Abi, kan ?” Gumam Sheila seolah bermimpi.
Entah apa yang dirasakan oleh Sheila saat ini. Ingatannya kembali ke masa lalu dimana saat Abimana menghilang entah kemana. Bagaimana kabarnya Sheila kala itu hingga hampir saja ia kehilangan kesempatan untuk menjadi dokter. Beruntung papa dan mamanya mengerti dan memberikan semangat padanya hingga ia berhasil bangkit dan menata masa depannya
Kini pria itu muncul lagi dihadapannya. Sheila bertekad tak akan terperangkap dengan masa lalunya. Ia hidup dimasa sekarang dan masa lalu hanya sebuah penggalan cerita yang gagal. Kehadiran Abimana menggerakkan hatinya untuk segera memiliki seorang kekasih dan itu bukanlah Abimana.
Tok
Tok
Tok
“Shel ,,, Sheila ,,, boleh mama masuk ?”
“Masuk aja ma, gak dikunci kok.” Teriak Sheila tersadar dari lamunannya.
“Lho belum bersih-bersih ? Buruan mandi lalu turun kebawah, orang-orang menunggumu.”
“Iya ma, dua puluh menit, ya ,,,”
Sheila masih lelah bekerja seharian kemudian ke rumah pak Kuncoro dan puncak kelelahannya adalah karena ia bertemu lagi dengan masa lalunya. Beruntung ia memakai masker sehingga Abimana tak mengenalinya.
Selesai dengan ritual mandinya, Sheila segera turun,,ia tak ingin membuat keluarga besarnya menunggu terlalu lama.
“Maaf membuat tante dan om menunggu.” Ucap Sheila segera bergabung dengan keluarga yang mengelilingi meja makan.
“Jangan terlalu ngoyo bekerja, ingat cari jodoh karena sehebat-hebatnya perempuan ia tetap membutuhkan seorang pria sebagai pendamping hidupnya.”
“Iya, tante ,,, Sheila juga pingin punya keluarga hanya saja belum ketemu yang cocok.” Balas Sheila apa adanya.
“Usaha yang lebih keras atau mungkin sebaiknya dijodohkan juga seperti halnya Alisha.” Timpal tante Mala, adik sang papa.
Kita makan malam aja, perut Sheila sudah keroncongan, tadi siang makannya sedikit.” Ucap Sheila mengalihkan pembicaraan.
Walaupun Sheila ingin memiliki kekasih namun untuk sebuah pernikahan ia belum memikirkannya, Sheila masih ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter spesialis lalu menggantikan posisi sang papa di perusahaan. Kadang Sheila berpikir untuk menyesali kedua orang tuanya yang hanya memiliki dua anak perempuan. Seandainya saja mereka memiliki tiga orang anak maka ia tak harus kebingungan menempatkan diri antara menjadi seorang dokter atau menggantikan sang papa.
Seandainya saja Alisha secerdas dirinya tentu dengan senang hati Sheila merelakan Alisha yang menggantikan sang papa. Tapi Alisha sangat berbeda, ia sepertinya memiliki otak tak sampai setengahnya otak cerdas Sheila. Entah mamanya dulu ngidam apa saat mengandung Alisha. Beribu-ribu kata seandainya memenuhi kepala Sheila malam ini.
Makan malam terus berlanjut. Tak ada lagi perbincangan seputar pernikahan Sheila. Om dan tante-tante Sheila sangat memahami sifat ponakan mereka yang tak pernah mengenal kata menyerah untuk cita-citanya. Walaupun terbersit sedikit ketakutan jika tak ada pria yang berani melamar Sheila karena terlalu berkelas untuk seorang gadis muda.
🌷🌷🌷🌷🌷
Hai, selamat pagi readers setia.
Tak terasa sudah hari jumat aja, nih.
Semoga kalian sehat, bahagia, rejeki lancar dan semua doa yang baik dihari jumat ini.
Oh ya, jangan lupakan dukungannya, ya.
^^^Makassar 7 Oktober 2022
^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sri Astuti
msna ni yg jd.. abi sm sheila atau yg lain penting jadi
2022-10-08
0
Elisetiadi
abi yg akan dijodohkan sm sheila sepertinya
2022-10-07
1
Sri Mulyati
keburu pergi Abi.
padahal jodoh Mu ya pacar mu.
Semangat 💪💪💪 besok datang ke pertunangan Alisha dan ketemu cinta pertama Mu.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-07
1