Jadi Ibu Tiri Anak Ceo

Jadi Ibu Tiri Anak Ceo

Bab 1 - Putramu

Seorang wanita paruh baya terlihat berjalan menuju sebuah rumah mewah bertingkat, di tangannya ia menggendong seorang bayi. Entah apa yang akan dilakukannya? Dengan mudah, ia dapat masuk ke rumah yang pengamanannya cukup ketat itu.

Langkahnya yang gontai berhenti tepat di ambang pintu. Ketika ia melihat sekeliling dalam sekejap menemukan seseorang yang dicari.

Dia, Taran Savas, dialah pria yang dicari wanita tersebut. Mendengar derap langkah kaki yang terhenti, membuat Taran yang berdiri tepat di tengah ruangan itu pun menoleh.

Ketika melihat wanita dengan panggilan Manorya itu, ekspresi Taran seketika berubah. Rasa amarah di hatinya seakan kembali membara, sangat berbeda dengan Manorya yang menyikapinya dengan tenang, bahkan masih terpampang jelas senyum di wajahnya.

Taran mengubah posisinya, ia berbalik menghadap Manorya, sedang Manorya terus berjalan mendekat ke arahnya.

“Lama tak berjumpa, Taran,” sapa Manorya seolah akrab.

“Apa tujuanmu kemari?” tanya Taran penuh penekanan.

Manorya tertawa, “Seharusnya kau menyambut tamu yang datang. Apalagi ketika dia membawa kabar baik untukmu.”

“Dengan kedatanganmu saja itu sudah pembawa sial. Alangkah baiknya jika kau pergi!”

“Kau tenang saja. Setelah memberi apa yang menjadi hakmu, aku akan pergi.”

Hanan mengangkat alisnya, sedikit bingung dengan kata terakhir Manorya. Manorya lantas kembali berjalan mendekati Taran, ia begitu saja memberikan bayi di tangannya pada pria itu.

“Dia putramu.”

Taran tertegun, hanya dengan dua kata saja sudah menjelaskan semuanya. Sorot matanya yang tajam secara perlahan meredup, menatap sendu bayi di lengannya.

“Apa dia anak yang dilahirkan wanita itu?”

Manorya tersenyum, ia mengangguk pelan.

“Lalu di mana dia? Ke mana perginya wanita itu?”

Manorya yang tengah berjalan keluar, sontak terhenti di ambang pintu.

“Kau tak perlu tahu ke mana perginya dia. Tapi yang pasti, ibunya tak bisa merawat anak itu, bahkan ketika dia menginginkannya.”

“Kuharap kau bisa menjaga putramu dengan baik, dia tak punya siapa pun lagi, selain kau.”

“Selamat tinggal!” ucapnya lagi mengakhiri, ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan mansion.

Taran yang beberapa saat terdiam, kembali menatap putranya. Ketika melihat wajah mungil yang tertidur pulas di lengannya itu, membuat amarahnya mereda dan harapan kembali tumbuh dalam diri Taran.

...****************...

9 tahun kemudian...

Pagi yang cerah di kediaman Savas, terlihat semua keluarga tengah berkumpul di meja makan. Mereka sarapan bersama dan tampak menikmati hidangan yang tersaji, tapi tak dengan seorang anak laki-laki yang terus saja asyik dengan buku di tangannya, ia sama sekali tak menyentuh makanan di piringnya.

“Zihan, letakan buku itu, dan makanlah sekarang!” tegur sang ayah yang melihat kelakuan putranya.

Anak itu tak serta-merta mendengarkan ucapan sang ayah, ia hanya menatap sekilas lalu beralih pada bukunya kembali.

“Zihan, Ayah memperingatkanmu!” tekan Taran lagi.

Zihan yang mendengar teguran, kembali menatap sang ayah. “Papa, buku ini sangat penting bagiku. Minggu depan waktunya ujian, aku tak ingin nilaiku rendah!” balas sang anak.

Ya, dialah Zihan Savas, putra Taran yang sangat di sayanginya, yang kini telah tumbuh semakin besar. Dengan wajah yang tak kalah tampan seperti sang ayah, bermata biru dan rambut kecokelatan,juga tak lupa dengan sikap keras kepala yang telah menjadi ciri khas ya.

“Ayah sudah melihatmu belajar selama seminggu terakhir, dan apakah itu masih belum cukup?”

“Tentu saja, Papa. Aku harus menguasai semua yang ada di buku ini.”

“Kau masih anak-anak, kenapa harus belajar begitu keras, lagi pula nilai ulanganmu kan tidak ada yang rendah?”

“Papa, aku ingin semua nilaiku sempurna, semua mata pelajaran harus berada di angka 100 dan tak kurang dari itu.”

“Zihan, cucuku. Jangan memaksakan dirimu seperti itu, makanlah dulu baru kau lanjutan lagi belajarmu itu,” tegur sang Nenek.

“Tepat sekali, jika tak makan, cucu kesayanganku ini akan jatuh sakit nanti,” timpal sang kakek.

“Tapi aku tidak lapar kakek, dan aku juga akan memakan makanan ini nanti,” balas Zihan sambil menatap ketiganya.

“Daripada menghabiskan waktumu seperti itu, kenapa kau tak pergi bermain bersama teman sebayamu? Atau pergilah berlibur?”

“Teman sebaya? Aku tidak ingin bermain dengan mereka, anak-anak dari rekan bisnis papa itu hanya memamerkan kekayaan mereka terus-menerus, dan lagi pergi berlibur? Itu hanya buang-buang waktu, Pa!”

Sang ayah kemudian terdiam, ia menghela nafas dan menatap putranya tanpa arti.

“Bibi tolong bawakan makananku ke lantai atas, ya. Aku akan makan di kamar.” Sambil berdiri dari kursinya.

Setelah kepergian Zihan, meja makan kembali sunyi, dan menyisakan tiga anggota keluarga di sana, Taran dan kedua orang tuanya. Taran kembali melanjutkan ritual makannya dalam diam.

Sang ibu yang melihat kerisauan putranya itu pun tampak menenangkannya. “Tidak papa, Nak. Ibu tahu sulit bagimu untuk membesarkan anak seorang diri, tapi jangan terlalu menghawatirkannya,”

“Karna kau tahu? Sewaktu kecil kau juga sama sepertinya, kau tak peduli dengan hal menarik apa di sekitarmu, kau tak pernah lepas dari buku pelajaran, dan kini ... sifatmu itu dialah yang mewarisinya.”

“Tapi aku tak sekeras kepala dirinya, Bu,” balas Taran.

“Jika memang kau begitu kesusahan mengurusnya, maka menikalah Taran, cari seorang wanita yang mau menerima Zihan dan memperlakukannya seperti putra kandungnya sendiri!” ucap Derya sang ayah.

Mendengar ucapan sang ayah, Taran seketika menghentikan aktivitasnya, “Tak semua urusan bisa kau selesaikan dengan menikah Ayah.” Sambil mengelap tangan dan merapikan jasnya.

“Sekarang aku harus pergi, jaga kesehatan kalian,” ucap Taran lagi dan beranjak pergi dari kursinya.

Keduanya hanya bisa saling menatap. Ekspresi sang ibu seketika berubah sendu, ia tak lagi menyuap makanan ke mulutnya.

“Aku tak tahu Derya, apa dia benar-benar putra kita atau bukan?” Sambil memainkan makanan di piringnya dengan sendok.

“Sejak kejadian itu, dia berubah seperti orang asing. Sikap dinginnya itu membuatku merindukan sosoknya yang dulu Derya,”

“Aku tahu itu sulit Defne, aku yakin suatu saat dia akan kembali seperti dulu.”

Taran yang telah berada di kantor, baru saja menyelesaikan pertemuan penting, kali ini ia mendapat banyak investor untuk produk barunya. Baru saja duduk di kursinya, dering telepon telah terdengar, membuat Taran memperhatikan nama yang tertera di ponsel.

“Ya, Zihan. Ada apa menelepon Ayah?”

“Papa, hari ini jemput aku, Ya. Aku akan menunggu Papa di depan sekolah,” pinta Zihan dalam telepon.

“Menjemput? Baiklah, Ayah akan menjemputmu hari ini,” balas Taran.

Mendengar jawaban Taran, Zihan segera mematikan sambungan telepon.

...****************...

Seorang anak laki-laki terlihat berjalan keluar dari sekolahnya, wajahnya tampak lelah, sekali-kali ia menatap jalanan, menunggu kedatangan seseorang untuk menjemputnya.

“Isttt, Kenapa ayah lama sekali? Katanya hari ini ingin menjemputku!” gerutunya.

Anak itu menatap ke sekeliling, sejak tadi sekolah sudah sangat sepi, hanya ada beberapa orang termasuk dirinya di sana. Menyadari hari yang hampir gelap dan suhu yang semakin dingin, ia mengambil langkahnya meninggalkan sekolah.

Ia menyusuri trotoar sambil menatap satu-persatu toko di sekitarnya, tak menyadari dirinya telah jauh dari areal sekolah. Zihan terus berjalan melewati beberapa belokan, dan kakinya berhenti tepat di depan sebuah restoran.

Restoran yang menarik perhatiannya, ia menatap papan menu. Banyak makanan yang ia tak pernah memakannya, Zihan terdiam beberapa saat, bingung ingin memesan apa.

Hingga pintu restoran terbuka, menampilkan seorang wanita yang langsung datang menghampirinya.

Zihan bingung dengan sikap wanita itu, siapa dia yang tiba-tiba menghampirinya? Kenapa tiba-tiba mengajaknya bicara seolah akrab?

Apa bibi ini salah satu orang yang menyukai Ayah? Sehingga berpura-pura baik di depanku? Zihan.

“Hei, Nak, kenapa kau sendirian di sini? Apakah kau tersesat?” tanya wanita itu.

Mungkin aku bisa memanfaatkan bibi ini, aku akan lihat betapa kesalnya dia dengan sikapku nanti. Sehingga aku bisa melihat sifat asli bibi yang hanya menginginkan ayahku itu. Zihan.

“Ya, Bibi, aku tersesat, bisakah kau membantuku?” jawab Zihan dengan wajah memelas.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Aq mampir nih

2022-11-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!