Bab 15 - Bantuan Taran

Malam dengan cepat kembali datang, kali ini Shazia tak dapat tidur dengan nyenyak, perutnya yang sakit membuatnya harus keluar masuk toilet.

Tak sanggup untuk kembali tidur Shazia pun memilih duduk sembari memegangi perutnya. “Tampaknya aku memang tak bisa makan makanan pedas,” keluh Shazia pada dirinya sendiri.

“Kalau seperti ini terus aku tak akan sanggup.” Wanita itu menatap jam dinding di kamarnya dan beranjak kemudian.

“Masih belum terlalu malam, Apotek pasti masih buka.” Shazia segera mengambil jaket dan kunci motornya, ia pun bersiap pergi membeli obat di Apotek terdekat.

Di waktu yang bersamaan, Taran masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor, bahkan ketika semua karyawannya telah pulang, ia tetap duduk di kursinya untuk menyelesaikan semua berkas di meja.

Ya, pria itu tak pernah merasa lelah bekerja, walau hal itu harus merenggut waktu tidurnya, ia tak masalah sama sekali. Tak peduli orang-orang mengatakan dirinya gila harta atau gila kerja, dia hanya akan tetap fokus pada tujuannya.

Tepat ketika jam telah menunjukkan pukul 12.00 malam, Taran baru beranjak dari tempat duduknya, ia merapikan berkas dan memasang kembali jas yang ia letakan di kursi.

Di sisi lain, Shazia yang telah membeli obat terlihat santai mengendarai motornya, untuk awalnya tak ada masalah, sampai di perjalanan pulang tiba-tiba motor Shazia berhenti di tengah jalan.

“Ada masalah apa lagi dengan motor ini?” gerutu Shazia.

Wanita itu pun menepikan kendaraannya, ia segera memeriksa apa yang terjadi dengan motor kesayangannya itu, sambil sesekali melihat ke sekitar, harap-harap ada orang yang mau menolongnya.

Tetapi tak satu pun Shazia mendapati kendaraan yang lewat, apalagi orang yang berlalu-lalang di sekitar sana.

“Motor ini kenapa harus mogok di tempat sepi seperti ini?”

Beberapa kali wanita itu berusaha menghidupkan motornya kembali, tapi tetap saja hasilnya nihil, motor kesayangannya itu mati total.

“Sekarang apa yang harus kulakukan?”

“Tidak mungkin aku meninggalkan motorku di sini.”

Shazia pun kembali mencoba menghidupkan kembali motornya, namun tak lama sebuah mobil hitam lewat. Shazia merasa tak asing dengan mobil tersebut, dan benar saja saat mobil tersebut berhenti, Taranlah yang keluar dari pintu kemudi.

Awalannya Shazia terpaku menatap sosok pria yang datang mendekatinya itu, tetapi kesadarannya segera kembali kala Taran mulai mengajaknya berbicara.

“Aku tak tahu apa yang membuatmu berada di sini di tengah malam, tapi sepertinya kau butuh bantuan.”

“Ya, seperti yang Anda lihat, Ada masalah dengan motor ini. Tapi jika Anda ahli dengan permesinan, bisakah Anda membantu saya?”

“Aku bukan orang yang ahli di bidang mesin.”

“Ya, kalau begitu apa boleh buat, saya harus mencoba menghidupkan kembali motor ini,” balas Shazia sembari menstater kembali motor miliknya.

“Itu akan percuma, kau sudah mencobanya beberapa kali bukan?”

“Ya, b-begitulah.” Jawab Shazia ragu-ragu seolah apa yang ia lakukan adalah hal bodoh.

Taran terdiam beberapa saat, ia lalu memencet tombol di kunci mobilnya dan membuka bagasi bagian belakang.

“Apa yang ingin Anda lakukan?” tanya Shazia.

“Apalagi yang bisa kita lakukan selain mengantar motor dan pemiliknya pulang, di jam seperti ini sangat susah mencari bengkel.” Jawabnya sembari melipat kursi bagian belakang dan tengah.

Taran pun tanpa pikir panjang segera mengangkat motor tersebut ke mobilnya.

“Ayo tunggu apa lagi? Kau tidak ingin naik?” tanya Taran sembari menutup pintu bagasinya.

“Tunggu, saya ikut bersama Anda?”

“Tentu saja, memangnya kau ingin jalan kaki? Yang kutahu jarak antara restoranmu masih cukup jauh dari sini.”

“Ya, tapi ...”

“Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku bukanlah orang yang buruk seperti itu, jadi jangan takut seolah aku akan menerkammu,nona Shazia."

“Dan, ya, siapa yang saat itu memintaku untuk tak menanggapnya orang asing? Tampaknya orang itu menganggapku sebaliknya dan melupakan perkataannya.”

“Ya, saya tahu, itu saya. Tapi apakah saya harus membayar ongkos untuk ini, biaya bensin dan cuci mobil Anda?” tanya Shazia sembari menggigit bibirnya.

“Jangan pikirkan tentang itu, aku tak memerlukan imbalan.”

“Benarkah! Kalau begitu terima kasih.”

“Ya, sekarang masuklah,” balas Taran yang telah membuka pintu kemudi.

Shazia mengangguk, “Tapi di mana saya bisa duduk?”

“Kau hanya bisa duduk di kursi depan. Bagian belakang ... Kau bisa melihat sendiri.”

Shazia pun mengangguk, ia tahu kalau motornya memakan banyak tempat, dan hanya kursi depan yang bisa diduduki. Ia segera naik dan duduk diam, melihat Shazia yang telah duduk, Taran segera memasang sabuk pengaman, dan menjalankan mobilnya.

Untuk sesaat kesunyian menguasai, membuat situasi di antara keduanya menjadi canggung.

“Apa yang membuatmu ada di jalanan sepi di tengah malam begini?” tanya Taran membuka pembicaraan.

“Tadinya saya pergi membeli obat, tapi di perjalanan pulang motor itu tiba-tiba berhenti begitu saja.”

“Kau jarang memeriksa mesin motormu?”

“Ya, akhir-akhir ini saya begitu sibuk, tak sempat untuk memperhatikan mereka.”

“Lain kali kau harus lebih sering memeriksanya, agar tidak ada kejadian seperti ini lagi ke depannya.”

“Tidak masalah, jika ini terjadi lagi, maka saya akan menelepon Anda, karna Anda bilang Anda tak butuh imbalan bukan?” tanya Shazia dengan nada bercanda.

“Ya, jika aku tak sibuk,” balas Taran singkat.

Wajah Shazia berubah cemberut, “Anda benar-benar tidak bisa di ajak bercanda, ya, sungguh berbeda dengan putra Anda.”

Taran terdiam sesaat mendengar balasan Shazia. “Putraku, Apa dia tidak menyusahkanmu selama ini?” tanya Taran yang mengubah topik pembicaraan.

Shazia kembali menoleh, “Entah beberapa kali saya mengatakannya pada Anda, Zihan sama sekali tak menyusahkan. Dia anak yang baik, dia selalu menuruti apa yang saya perintahkan padanya, dan terkadang dia membantu saya dalam mengantarkan pesanan para pelanggan.”

“Maaf jika saya membuat putra Anda bekerja di restoran saya, tapi walaupun Anda marah, saya akan tetap melakukan hal yang sama terhadap Zihan.”

“Aku tidak akan marah, itu bagus untuknya. Dia bisa belajar dari semua itu, betapa untuk menghasilkan uang dia harus bekerja keras. Terima kasih kau mau membantu dalam mendidiknya, Nona Shazia.”

Shazia tersenyum, menatap senang wajah Taran. “Anda benar-benar seorang Ayah yang hebat, ya. Bisa menilai semuanya dari berbagai sudut. Biasanya ada orang tua yang ketika mendengar bahwa anak-anaknya bekerja walaupun itu hanya pekerjaan rumah, mereka marah besar.

Taran hanya balas mengangguk perkataan Shazia. Wanita itu pun kembali kesal dan memalingkan wajahnya.

“Ya, walaupun hal ini baru kuterapkan padanya baru-baru ini, tepatnya saat dia bertengkar dengan teman sekelasnya waktu itu. Untuk menghiburnya, Aynur meminta Zihan membantuku, dan di saat bersamaan saat mengecek ponsel aku melihat artikel tentang manfaat anak-anak yang terbiasa melakukan perkerjaan rumah.”

“Kau selalu bayak berbicara, ya, Nona Shazia.”

“Apa aku banyak bicara katamu?”

Alih-alih menjawab Taran malah membicarakan hal lain, “kau lebih baik tanpa berbicara formal seperti itu,”

“Untuk seterusnya, tak usah berbicara formal padaku, aku lebih suka cara berbicaramu yang seperti itu.”

Shazia terdiam mendengar jawaban Taran, ia mulai menyadari perkataan yang mulai tak beraturan.

“Ya sudah lupakan saja, aku juga sudah muak berbicara formal di depanmu. Mulai sekarang aku tak akan segan memanggilmu dengan nama, kau setuju?”

Taran mengangguk, percakapan keduanya pun berakhir setelahnya. Di saat bersamaan mobil Taran telah sampai di depan restoran Shazia.

Shazia segera turun, begitu pula dengan Taran yang ikut turun untuk mengeluarkan motor Shazia.

“Terima kasih sudah membantuku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tak menolongku.”

“Tidak, papa,” balas Taran singkat, yang kemudian kembali masuk ke mobil.

Entah mengapa sikapnya itu cukup menyebalkan, sesaat dia sangat baik, tapi sesaatnya lagi ... eghh ingin sekali aku mencekiknya! Shazia.

Sampai mobil Taran pergi, barulah Shazia masuk ke restorannya.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Bagus ceritanya

2024-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!