Bab 14 - Aynur dan Aslan #2

Malam dengan cepat bergulir, jam telah menunjukkan pukul 23.00, begitu sunyi dan hanya suara angin bertiup yang terdengar.

Mobil Aslan kembali berhenti tepat di depan rumah Aynur. Dengan pelan ia menutup pintu mobilnya, sambil sesekali melihat ke kiri dan kanan. Pria itu kemudian mengambil sesuatu dari kursi belakang.

‘Tok, tok, tok...!’

"Ya, tunggu sebentar..!" Jawab sang pemilik rumah.

Syukurlah dia masih belum tidur, Aslan.

Sementara masih menunggu sang pemilik rumah untuk keluar, Aslan memperhatikan sekitarnya, pekarangan rumah yang cukup bersih dan tanaman hijau berjejer rapi, membuat suasana rumah yang kecil itu tampak nyaman.

Tiba-tiba telepon Aslan berdering nyaring, ia buru-buru mengangkat, dan membalikkan tubuhnya

Pintu terbuka. "Ya, ada apa?" tanya Aynur.

Mendengar suara Aynur, Aslan berbalik dan betapa terkejutnya ia melihat sosok Aynur dengan masker putih di wajahnya.

"Hei, kenapa kau terkejut seperti itu? Memangnya wajahku terlihat mengerikan?"

Aslan tertawa kecil "Ya, wajahmu memang mengerikan."

"Haiis, kau ini!" Cetus Aynur.

"Lalu apa tujuanmu datang kemari?" tanya Aynur langsung pada intinya.

"Mm, aku ingin mengembalikan dompetmu yang tertinggal,” balas Aslan sembari memberikan dompet berwarna merah itu pada Aynur.

Ekspresi Aynur berubah senang, "Ah, terima kasih, kukira aku menghilangkannya.”

"Dan, ya, ini terimalah untukmu," ucap Aslan dengan memberi beberapa lembar uang dari dompetnya untuk Aynur.

Untuk beberapa detik Aynur terdiam, lalu menjawab dengan sinis tanpa menerima uang tersebut.

"Untuk apa kau memberiku uang secara percuma, memangnya aku pel*acur?" tanya Aynur sambil berkacak pinggang.

"Tidak, kenapa kau bisa salah sangka seperti itu, ini uang ganti rugi untuk pakaianmu yang tersiram tinta siang tadi."

Kembali terlintas dalam pikiran Aynur kejadian yang saat itu terjadi, bagaimana Aslan secara tak sengaja menyiramkan semua tinta ke pakaiannya.

"Ya, seharusnya kau tak perlu repot-repot, itu hanya pakaian murah aku bisa membuatnya lagi nanti," ucapnya sambil menghitung uang yang ia ambil dari Aslan.

Aslan kembali tertawa melihat tingkah laku Aynur.

Tak lama Aslan menatap jam di tangannya. “Mm, Aynur kalau begitu aku harus pergi sekarang, sampai jumpa lagi nanti."

"Ya, pergilah, lagi pula aku tak menerima tamu di tengah malam seperti ini.”

Keesokan harinya, di pagi yang cerah, restoran buka seperti biasa, tampak para pekerja mulai menyapa Shazia dan kembali pada pekerjaan mereka.

“Pagi kak!”

“Pagi Shazia!”

“Pagi Zia!”

“Ya, pagi untuk kalian semua!” balas Shazia.

Beberapa saat kemudian, Aynur datang dengan wajah tak bersemangat. “Pagi Shazia,” sapa Aynur.

“Selamat pagi, Aynur. Tumben hari ini kau terlambat?”

“Ya, ada sedikit masalah,” jawabnya melongos pergi.

Aneh, ada apa dengan anak itu? Padahal kemarin dia terlihat baik-baik saja. Shazia.

Tak ingin membuang banyak waktu, Shazia pun kembali melanjutkan pekerjaannya membantu Esra dan Gona. Ya, mungkin nanti dia akan baik-baik saja, itulah pikir Shazia.

Namun sampai tengah hari, ekspresinya tetap sama, bahkan tampak semakin kesal. Setelah restoran sepi, Shazia pun menghampiri Aynur yang duduk di salah satu meja.

"Aynur, ada denganmu? Kulihat sejak pagi kau tampak kesal.”

"Shazia, sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya menghadapi para tetangga di sekitar tempat tinggalku."

"Apa? Memangnya apa yang terjadi?"

"Kemarin Aslan datang, dia mengembalikan dompetku yang tertinggal di mobilnya dan memberikan uang ganti rugi untuk pakaianku"

"lalu?”

"Karna melihat Aslan memberi uang padaku di malam hari, orang-orang malah menuduhku bekerja sebagai pel*acur. Tadi pagi sebelum aku berangkat bekerja aku mendengar mereka bergosip nyaring tentangku, dan itu menyebalkan!"

“Shazia aku benar-benar kesal pada mereka, bagaimana aku harus menghadapi mulut-mulut jahat itu!” rengek Aynur.

“Hei, kenapa kau harus begitu pusing? Lawanlah mereka, biasanya kau selalu berani melawan, tidak mungkin kau takut dengan orang yang hanya berani membicarakan keburukanmu.”

“Mudah sekali kau mengucapkannya Shazia, para tetanggaku itu memiliki mulut yang super pedas. Jika aku melawan mereka, maka namaku akan semakin buruk dan rumor tentangku akan semakin bertambah.”

“Aynur yang mengaku bekerja di sebuah restoran ternyata seorang pel*acur,” sembari memperagakan cara bicara para tetangganya.

“Bahkan ketika kami membicarakannya dia semakin marah, itu menambah keyakinan kami tentang pekerjaannya sebagai pel*acur.”

“Kata-kata itu pasti akan kudengar dari mulut mereka,” keluh Aynur.

“Yah, jika begitu kisahnya aku sama sekali tak dapat membantu. Tapi para tetanggamu itu menyeramkan juga, ya,” balas Shazia sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.

“Ini semua karna ulah pria itu, seharusnya dia tidak datang di tengah malam!” gerutu Aynur sembari memijit kepalanya.

“Sudahlah Aynur jangan menyalahkannya, mungkin dia memiliki kesibukan tersendiri, makanya langsung mengantarkan dompetmu di tengah malam.”

Aynur menghela nafas panjang, “Ya, itu bukan sepenuhnya salahnya, hanya saja aku yang salah memilih tempat tinggal.”

Di saat keduanya tengah asyik mengobrol, Erhan dan Zihan datang bersamaan ke restoran. Keduanya saling bergandengan tangan, persis seperti seorang kakek dan cucunya.

“Wah, Ayah. Selamat datang untukmu!” sapa Shazia yang langsung memeluk sang Ayah.

“Ya, putriku, kau sekarang tampak semakin tua, ya, kerutanmu juga hampir terlihat sama seperti Ayah.”

“Ayah! Bukannya memuji putrimu semakin cantik kau malah menghinanya,” protes Shazia sambil menyilangkan lengannya.

“Ya, itu kan kenyataannya Shazia, Ayah benar kau itu semakin tua,” timpal Aynur yang tak bisa menghentikan tawanya.

“Tidak kakek, bagiku bibi Shazia itu sangat cantik dan sama sekali tidak ada kerutan di wajahnya,” ucap Zihan membela Shazia.

“Ouw, lihatlah, Zihan saja tahu jika bibinya itu begitu cantik,” ucap Shazia dengan penuh percaya diri.

Shazia pun datang menghampiri Zihan, ia tersenyum kecil, dan kemudian berjongkok di hadapan anak laki-laki itu. Shazia memandang lekat wajahnya. “Kau selalu saja mengemaskan dengan cara bicara dan tingkah lakumu itu.”

Zihan tersenyum, dengan wajah rupawannya itu telah berhasil membuat ketiga orang di sekitarnya itu semakin gemas.

“Ya, Allah. Anak ini benar-benar tahu caranya mengubah suasana hati orang lain,” puji Aynur.

“Memang apa yang membuat suasana hatimu buruk, Aynur?” tanya Erhan.

“Ha, itu bukan masalah penting Ayah, kau tak perlu tahu,” balas Aynur yang mulai beranjak dari kursinya.

“Ayah, bagaimana jika kau bersantai saja di lantai atas bersama Zihan? Aku akan membawakan teh dan makanan kesuakaanmu nanti.”

“Oh, jadi kau ingin menyuap Ayah, Aynur?”

“Shazia coba katakan pada Ayah, masalah apa yang terjadi dengan Putriku yang satu ini.”

“Ayah, tidak ada masalah, Aynur hanya merasa kesal dengan para tetangga yang menuduhnya macam-macam,” jawab Shazia

“Kalau begitu lawan saja mereka, Aynur, apalagi yang mereka tuduhkan itu tidak benar.”

“Ya, Ayah. Tentu saja aku akan melawan mereka, aku tidak akan membiarkan mereka merusak nama baikku,” balas Aynur sembari membusungkan dadanya dengan semangat membara.

“Bibi kau ingin pergi berperang, ya?” tanya Zihan yang tak henti-hentinya tertawa.

“Tentu saja, bibi akan berperang melawan para tetangga yang membicarakan bibi sembarangan.”

Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!