Bab 16 - Undangan

“Selamat siang anak-anak!” sapa sang guru pada para muridnya.

“Selamat siang, Bu.” Jawab para murid serentak.

“Baiklah silakan duduk, anak-anak. kali ini ibu ingin menyampaikan pada kalian, bahwa sebentar lagi kepala sekolah akan mengadakan acara kenaikan kelas.”

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara kenaikan kelas tahun ini, akan memberikan penghargaan pada para murid dengan peringkat teratas.”

“Dan bukan hanya itu saja tentunya, setelah sesi penghargaan, kalian bisa menikmati berbagai macam makanan dan bermain sesuka hati.”

“Untuk itu ibu akan membagikan undangannya satu persatu pada kalian. Dan ingat, undangan itu harus sampai pada orang tua kalian, mengerti?”

“Ya, Bu.”

Sang guru itu pun mulai memanggil satu persatu muridnya untuk mengambil undangan.

“Ada apa denganmu Zihan?” tanya Altan yang melihat wajah murung Zihan.

“Tidak papa, aku hanya sedikit bosan,” balas Zihan.

“Kau tidak senang, ya?”

“Tidak, aku cukup senang, aku hanya merasa bosan saja, Altan.”

“Oh, begitu.” Altan pun segera kembali ke tempat duduknya.

Tibalah giliran Zihan yang dipanggil maju, anak laki-laki itu segera bangkit dan pergi mendekati meja sang guru.

“Bu guru, boleh tidak jika aku meminta dua undangan?” tanya Zihan ragu-ragu.

Wanita paruh baya itu pun tersenyum, “Ya, tentu saja, ini ambillah.”

“Terima kasih, Bu,” balas Zihan sembari menyambut dua amplop tersebut dari lengan sang ibu guru.

...****************...

Sepulang sekolah, Zihan langsung pergi menuju restoran Shazia. Ia tanpa ragu mengganti seragamnya dan membantu Shazia bekerja.

Tetapi kali ini sebelum membantu Shazia, Zihan terlebih dahulu menelepon sang Ayah. Saat telepon masih berdering, ia begitu tak sabar menanti jawaban sang Ayah, matanya tak lepas menatap dua undangan di tangannya.

“Halo, papa, ini aku Zihan. Papa lusa nanti akan ada acara kenaikan kelas, kata ibu guru para orang tua harus hadir. Papa akan datangkan?”

“Maaf Zihan, ayah tak bisa hadir, ada pertemuan penting yang harus ayah lakukan lusa nanti. Kau bisa mengerti Ayah kan?”

Zihan terdiam, binar matanya mulai meredup, ia begitu saja mematikan sambungan telepon. Zihan meletakkan salah satu undangan di tasnya, dan mulai melangkah pergi ke lantai bawah.

Selama membantu Shazia bekerja, ekspresinya selalu murung, tak ada kesenangan di wajahnya, bahkan sampai restoran tutup hari itu.

Shazia yang melihatnya, datang menghampiri Zihan yang tengah membersihkan meja.

“Zihan ada apa denganmu, sayang? Bibi lihat sejak kau datang, wajahmu murung, kenapa?” tanya Shazia.

“Bibi, jika aku menceritakannya padamu, apa kau akan membantuku?”

“Tergantung masalahnya, jika tak terlalu sulit mungkin bibi bisa membantu.”

“Bibi, bisa tidak bibi datang ke acara kenaikan kelas yang diadakan di sekolahku lusa nanti?”

“Kenapa kau mengajak bibi? Apa kau tak datang bersama ayahmu?”

“Papa sibuk, Bibi. Kumohon, bisakah kau datang, Bibi?” pinta Zihan.

Shazia menghela nafas, “Maafkan bibi, Zihan. Bibi tak bisa datang, kau tahu sendiri bagaimana restoran kan, maafkan bibi, ya Zihan.” Balas Shazia sembari memegang bahu Zihan.

Zihan langsung menepis lengan Shazia, “Bibi sama saja seperti papa, selalu saja sibuk, aku pikir Bibi bisa mengerti aku tapi nyatanya!” Zihan berbalik, dan berlari ke lantai atas.

“Zihan!” panggil Shazia.

Sebelum Shazia menyusulnya ke lantai atas, Zihan sudah turun sembari membawa tasnya.

“Zihan kau ingin pergi ke mana, sayang?” Shazia segera mengikuti langkah Zihan yang pergi ke luar restoran.

“Zihan, maafkan bibi sayang!”

Di saat bersamaan mobil jemputan Zihan tiba di depan restoran, Zihan langsung memasuki mobilnya tanpa pamit, dan Shazia pun juga tak sempat menyusul langkah anak itu.

Di depan pintu mobil yang tertutup rapat, Shazia kembali mengemukakan permintaan maafnya, tetapi Zihan tetap tak mendengarkan.

“Zihan maafkan bibi, bibi benar-benar tak bisa datang,” ucap Shazia sembari mengetuk kaca mobil.

Sang sopir yang melihat semua kejadian itu, segera meminta maaf pada Shazia.

"Maaf, Nona. Jika tuan muda bersikap kasar pada Anda, kadang sikapnya terlalu sulit dimengerti,” ucap sang sopir.

Shazia yang berdiri di depan pintu mobil itu pun teridam, dengan rasa bersalah ia mengangguk pelan.

"Ya, tidak papa paman."

"Zihan, maafkan bibi, ya.”

Tak ada jawaban dari dalam. Mobil itu mulai berjalan pergi setelah sang sopir mengucap salam dan berpamitan.

Shazia menghela nafas panjang, sepeninggalnya Zihan ia merasa hampa, tubuhnya terasa berat untuk masuk kembali ke restoran.

Zihan kenapa kali ini sikapmu berbeda? Shazia

...****************...

Malam kembali datang, terlihat Zihan tengah makan malam bersama sang kakek dan neneknya. Karna peristiwa sore tadi, anak laki-laki itu tampak murung.

“Zihan, cucuku, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?” tanya Derya.

“Kakek, apa lusa nanti kalian bisa datang ke acara kenaikan kelas di sekolahku?” tanya Zihan dengan wajah penuh harap.

Derya dan Defne pun saling memandang, keduanya juga punya urusan yang tak dapat ditinggalkan pada hari itu. Perkumpulan para orang tua jompo yang mereka ikuti mengadakan pesta, dan keduanya harus hadir di sana.

“Ya, Cucuku, Kakek dan nenekmu ini sayangnya tidak bisa datang, di hari yang sama, perkumpulan yang kakek dan nenekmu ikuti mengadakan pesta, dan kami harus pergi ke pesta yang mereka adakan,” balas sang kakek dengan wajah bersalah.

“Zihan, nenek harap kau dapat mengerti, andai jika acaranya tidak diadakan di waktu yang bersamaan, maka nenek dan kakekmu ini akan sangat senang dapat menghadiri acara kenaikan kelasmu, cucuku,” ucap Defne menjelaskan.

Zihan terdiam, perasaannya mulai berkecamuk antara marah dan sedih, ia menyadari apakah karna posisinya di rumah itu? Semua orang jadi enggan dekat dengannya.

“Apa karna aku anak har*am kalian tak pernah mau berurusan denganku, apa karna itu?” Zihan menghapus air matanya dan pergi meninggalkan meja makan.

“Zihan dari mana kau belajar kata-kata seperti itu? Kami sangat menyayangimu. Kenapa kau bisa berkata seperti itu!” teriak Defne yang mulai berdiri dari kursinya.

“Tenanglah, Defne. Jangan berteriak seperti itu padanya, di saat seperti ini kita tidak bisa berbicara padanya, dia tidak akan mendengarkan kita. Biarkan dia menenangkan perasaannya,” ucap Derya menenangkan sang istri dan menyuruhnya kembali duduk.

“Derya, sampai kapan situasi ini terus berjalan? Sampai kapan hubungan di rumah ini selalu renggang?”

“Aku seperti tak mengenal mereka, siapa Taran dan siapa Zihan? Semakin aku mencoba untuk mengerti tentang mereka, semakin aku jauh dari mereka, Derya,” keluh sang istri.

“Sudahlah Defne, suatu saat semua pasti akan berubah,” balas Derya sembari memeluk Defne.

Di kamarnya, Zihan duduk di balik pintu, ia menangis, betapa semua orang begitu tak peduli padanya.

“Apa permintaanku cukup sulit? Aku hanya meminta kepedulian dan kehadiran kalian sesaat, apakah itu sangat sulit?”

“Sibuk, sibuk, dan harus mengerti. Kenapa aku harus selalu mengerti akan kesibukan mereka yang setiap saat itu?”

Terpopuler

Comments

Reny Saputro

Reny Saputro

tetap semangat

2022-11-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!