Bab 12 - Aynur dan Aslan

Setelah membuang botol tinta ke sampah, Aslan kembali ke ruangan Taran, ia menatap ke sekelilingnya.

“Taran ke mana perginya Zihan dan Nona itu? Cepat sekali mereka menghilang.”

“Mereka sudah pergi.”

“Ke mana?”

“Panti.”

Aslan terdiam, wajahnya tampak berpikir, lalu menatap lekat Taran. “Bisakah hari ini aku pulang lebih awal?”

“Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?”

“Semua sudah selesai sejak tadi, jadwal pertemuan, rapat, dan kunjungan, semua sudah kuatur.”

“Baiklah, kau boleh menyusul mereka pergi.”

“Kau tahu jika aku ingin pergi menyusul mereka?”

“Tentu, gerak-gerikmu sudah memberi tahuku lebih awal,” balas Taran tanpa menoleh sedikit pun dari berkasnya.

“Sebelum mereka pergi jauh, ada baiknya kau pergi sekarang Aslan,” ucap Taran lagi.

Aslan mengangguk, ia segera pergi dari ruangan Taran, membereskan semua barang di ruangannya dan mengambil kunci mobil miliknya.

Di sisi lain, Zihan dan Aynur yang masih berjalan menuju halte di dekat kantor di kejutan dengan mobil Aslan yang berhenti tepat di depan keduanya. Ia turun dari mobil menemui Aynur dan kemenakannya itu.

“Zihan ayo masuk ke mobil, paman akan mengantarmu.”

“Tapi bagaimana dengan bibi Aynur?”

Aslan melirik Aynur, “Nona, biarkan saya mengantarkan Anda dan Zihan pergi ke panti asuhan,”

“Tidak perlu aku dan Zihan akan naik angkutan umum,” balas Aynur cepat.

“Sangat di sayangkan di jam seperti ini tak akan ada taksi yang lewat, ada baiknya jika Anda mau menerima tawaran saya.”

“Ayo bibi, kita ikut paman saja, jika menunggu taksi kita akan terlambat ke sana. Lagi pula paman Aslan orang yang baik, dia tidak jahat,” pinta Zihan sembari menarik lengan Aynur.

“Bibi Kumohon,” pinta Zihan dengan wajah memelas.

Jika dipikir-pikir benar yang dikatakan Zihan, kalau kami masih menunggu taksi di sini itu akan memakan waktu yang lama, dan kalau aku menerima tumpangannya aku bisa menghemat uangku. Aynur.

“Ya, baiklah, baiklah, kita ikut pamanmu,” jawab Aynur lagi.

“Eits, Bibi. Tapi bibi tidak boleh duduk di belakang bersamaku.”

“Kenapa?”

“Kasihan jika paman Aslan tidak punya teman di kursi depan, tapi aku sudah bosan menemaninya jadi bibi saja.”

“Tidak, tidak perlu. Anda bisa duduk di mana pun yang Anda suka, Nona,” sela Aslan.

Kalau aku duduk di sampingnya itu sedikit canggung, kalau aku duduk dengan Zihan itu aman. Tapi bagaimana jika terjadi kecelakaan karna dia mengantuk? Itu akan sangat membahayakan. Aynur.

Aynur yang terdiam sesaat, akhirnya memilih untuk duduk di kursi depan, ia tahu jika kekhawatirannya berlebihan, tapi itu bisa saja terjadi.

Melihat Zihan dan Aynur telah masuk ke mobil, Aslan pun menyusul, ia mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, menerobos hiruk pikuk perkotaan.

Selama perjalanan, hanya keheninganlah yang menguasai, Aynur lebih banyak diam sembari melihat pemandangan dari kaca mobil.

“Nona bisakah Anda memberitahu di mana alamat panti asuhannya?”

Mendengar dirinya dipanggil, Aynur menoleh, “Sebelum itu, bisakah kau tidak berbicara dengan bahasa formal denganku, aku tahu kau orang terpelajar, tapi aku merasa geli kau memanggilku dengan sebutan nona.” Keluh Aynur.

“Lantas bagaimana saya harus memanggil Anda?”

“Panggil saja Aynur, dan berbicaralah seperti kau berbicara dengan Zihan, akan lebih nyaman seperti itu,” pinta Aynur.

“Baiklah, berarti akan kuanggap ini sebagai awal pertemanan kita” jawab Aslan.

“Kau orang yang berani, ya. Maksudku, kau langsung mengutarakan apa yang kau inginkan. Tapi tetap saja, bagaimana jika aku tidak setuju?”

“Maka aku akan berusaha sampai kau setuju berteman denganku.”

“His, Paman, Bibi, kalian kan sudah saling berbicara, kenapa harus menunggu persetujuan untuk berteman? Kalian orang dewasa susah sekali ya dimengerti,” balas Zihan memotong pembicaraannya keduanya.

“Hei, kami hanya bercanda, Zihan. Bibi dan pamanmu ini sudah sangat akrab sekarang,” jawab Aynur.

“Oh, ya, pantinya. Lurus saja di jalan ini, aku akan memberitahumu jika harus belok nanti,” ucap Aynur lagi.

Sesampainya di panti, Aynur turun bersama Zihan, keduanya langsung datang menghampiri Shazia yang tengah sibuk menyusun kotak.

“Shazia, lihat apa yang kubawa untukmu!” teriak Aynur.

Membuat Shazia berbalik ke arahnya, senyum di wajah Shazia pun semakin mengembang. “Zihan!”

Zihan segera datang memeluk Shazia. “Bibi! Aku merindukanmu.”

“Oh, benarkah! Kau sudah serindu itu pada bibi, sayang?” tanya Shazia sembari mengelus rambut Zihan.

Zihan menangguk, “Ya, tadi pagi aku ke restoran. Tapi tidak ada orang.”

“Oh, ya, maafkan, bibi, ya. Bibi lupa mengatakannya padamu.”

Zihan kembali mengangguk, “Ngomong-ngomong apa yang bibi bawa itu? Apa isi kontaknya bibi?”

“Oh, ini kotak berisi peralatan sekolah, dan sebagian lagi bingkisan yang akan dibagi nanti.”

“Zihan!”

“Zihan!”

“Zihan!”

Suara yang tak asing bagi Zihan, membuatnya berbalik ke sumber suara. “Ece!”

Ece berlari menghampiri Zihan, ekspresi wajah anak perempuan itu sangat senang, ia langsung memeluk Zihan dengan erat.

“Ece kau di sini juga, ya?”

“Ya, setiap bibi Shazia ke sini, ibuku juga akan datang ke sini untuk membantu.”

“Wah, itu bagus, berarti kita bisa bermain lagi?”

“Ya, tentu saja, dan bukan hanya itu aku juga akan mengenalkanmu pada teman-teman yang kukenali di panti ini,” balas Ece sembari menarik lengan Zihan.

“Ece kau jangan membawa Zihan pergi terlalu jauh, ya!” tegur Ceyda.

“Ya, Bu. Aku tidak akan membawa Zihan pergi jauh!”

“Bibi, terima kasih kau ingin datang kemari,” ucap Shazia pada Ceyda.

“Untuk apa kau berterima kasih Shazia? Bibi sama sekali tak merasa keberatan.”

Shazia tertawa kecil, “Aku merasa tidak enak, bibi datang kemari dengan susah payah.”

“Shazia, Bibi tak masalah, kau selalu saja berterima kasih pada hal yang tak perlu. Dan, ya, kapan acaranya dimulai?”

“Tampaknya sebentar lagi, bibi. Kita harus menunggu kedatangan Hazan.”

“Oh, Hazan, anak itu pasti sibuk sekali hari ini.”

Tak lama, Aslan datang menghampiri ketiganya, “Permisi, bisakah saya ikut membantu?”

“Pamannya Zihan, saya tak menyadari kehadiran Anda di sini, apa Anda kemari bersama ...” Mata Shazia melirik ke arah Aynur.

Aslan yang mengerti lirikan Shazia mengangguk pelan, “Ya, saya kemari bersama Zihan dan nona Aynur.”

“Ya, Allah. tolong jangan memanggilku dengan sebutan ‘Nona' lagi, Aslan. Sebut dan panggil saja aku Aynur.” pinta wanita itu sambil menyatukan lengannya.

“Maaf, aku lupa, Aynur,” balas Aslan.

“Aku baru saja mengatakannya di mobil, dan kau sudah melupakannya?”

“Wow, tampaknya kalian berdua sudah sangat akrab, ya,” balas Shazia.

“Ya, Shazia. Kau seperti tidak tahu sifatku.”

“Aslan mulai sekarang kau tidak usah berbicara formal dengan kami, itu akan lebih nyaman, dan aku yakin Shazia juga setuju denganku,” ucap Aynur.

“Ya, yang dikatakan Aynur benar, tidak usah berbicara formal. Berbicaralah sesuka dan senyamanmu, dan ya, dengan apa aku harus memanggilmu sekarang?” tanya Shazia.

Aslan tersenyum kecil lalu mengangguk. “Panggil saja Aslan, Kak,” jawab Aslan.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

makin seru nih..hehee

2022-11-20

0

Reny Saputro

Reny Saputro

semangat

2022-11-05

0

Nora♡~

Nora♡~

,"Maka aku akan berusaha sampai kau setuju berteman denganku" kata Aslan... Aache...chee... lain jer bunyinya...dengan kata2 Aslan tuu... macam ada makna tuu...lanjuut...

2022-11-03

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!