Bab 6 - Menimang Cucu

Siang yang cerah tengah menyinari kota, Erhan terlihat datang ke restoran, untuk makan siang. Ia menemui putrinya yang tengah senggang bekerja.

“Ayah, selamat datang!” sapa Shazia.

“Ya, putriku bisakah ayahmu ini makan siang di sini?”

“Tentu saja, apa yang membuat Ayah berpikir aku tak mengizinkan?”

Erhan tertawa kecil “Ya, Ayah hanya bercanda, Shazia.”

Shazia pun mengarahkan sang Ayah untuk duduk di salah satu meja kosong. “Ayah, duduklah di sini, aku mengambilkan makanan untukmu,” ucap Shazia.

“Ya, Putriku. Dan bisakah kau makan bersama, Ayah?”

Shazia tersenyum simpul, “Tentu, Ayah, lagi pula restoran tengah sepi. Ayo, kita makan bersama.”

Setelah menyajikan menu makan siang di atas meja, Shazia pun duduk di kursi yang berseberangan dengan sang Ayah. Saat Erhan mulai menyantap makannya, ia menatap Shazia yang terdiam

“Ada apa, Shazia? Kenapa kau tak makan?”

Mata Shazia pun teralih pada sang Ayah, “Ah, tidak papa, Ayah. Aku tiba-tiba merindukan Zihan.” jawabnya.

Tak lama setelah Shazia membicarakannya, Zihan telah datang. Ia mengucap salam pada dua pramusaji yang di temuinya, dan berakhir ke meja Erhan dan Shazia.

“Selamat siang, kakek. Aku Zihan lama tak berjumpa denganmu, Kakek.” Sambil mencium lengan Erhan dan Shazia.

Erhan terkekeh, “Lihat Shazia, orang yang kau rindukan datang.”

“Dan anak ini begitu sopan, dia tahu caranya bersikap,” puji Erhan.

“Zihan kau datang di jam begini? Kau tak sekolah?”

“Hari ini pulang lebih awal, karna guru melakukan pertemuan,” jelas Zihan.

“Oh, bibi pikir kau tak sekolah. Apa Zihan lapar?”

“Shazia, Kenapa kau bertanya seperti itu, dia datang kemari di jam istirahat, tentu saja dia lapar. Ayo, duduklah, di sampingku, kita makan bersama,” ajak Erhan.

Zihan pun duduk di samping keduanya, ia menikmati makanan yang tersaji di atas meja. Di tengah keheningan itu, Shazia membuka pembicaraan.

“Ayah, sebentar lagi kan hari ulang tahunmu, apa yang ingin kau minta sebagai hadiah? Jam tangan, minyak rambut mujarab, setelan jas baru, atau apa pun itu sebutkan saja, Ayah.”

“Kau yakin Shazia?” tanya sang Ayah meyakinkan.

“Ya, ayah tentu saja, apa yang tidak bisa kubeli untukmu?”

“Yah, permintaan ayah sederhana. Ayah hanya ingin...”

Mata Shazia semakin lekat menatap sang Ayah, menanti jawaban yang keluar dari mulut Erhan.

“Menimang seorang cucu,” jawab Erhan sambil mengayunkan lengannya seperti menimang bayi.

Seketika Shazia terbatuk, membuat Aynur yang berada di dekat mereka tertawa.

“Ayah, aku menikah saja belum, dan ayah sudah meminta seorang cucu?” Protes Shazia.

“Justru itu, Ayah ingin kau segera menikah, usiamu itu sudah menginjak kepala tiga. Sampai kapan kau akan terus sendiri dan hanya fokus pada restoranmu saja?”

“Ayah, restoran sangat penting bagiku. Lagi pula kenapa tidak Ayah saja yang menikah? Jadi aku akan memiliki seorang adik nantinya,” balas Shazia.

“Apa, Shazia! Kau menyuruh Ayahmu yang sudah tua ini untuk menikah lagi? Tidak, hanya akan ada Esmeralda (Ibu Shazia) di hati Ayah.”

Jawaban Erhan lantas membuat Aynur dan Shazia tertawa. Sedang Zihan diam memperhatikan.

“Ya, Ayah. Esmeralda adalah perempuan tercantik, kau tak akan bisa melupakannya,” balas Shazia lagi.

“Ayah, jangan khawatir. Cepat atau lambat dia pasti akan menikah. Aku berani jamin, di ulang tahunmu yang berikutnya, Shazia akan menjadi wanita bersuami, ” ucap Aynur.

Erhan melirik Aynur, bingung dengan kata-kata Aynur yang begitu pasti “Apa yang membuatmu begitu yakin Aynur? Dia saja masih sendiri sampai sekarang.”

“Yah, hari ini mungkin belum, tapi seperti yang kukatakan cepat atau lambat dia akan menikah.”

“Aynur, dari pada aku, jangan-jangan kau yang lebih dulu menikah dan meninggalkan kami!” balas Shazia.

Percakapan ketiganya pun terus berlanjut, sampai waktu istirahat telah usai dan makanan di meja habis, Erhan pun pergi. Kini tersisa hannyalah Shazia yang sedang menyusun alat makan.

“Bibi, bisakah aku pergi ke lantai atas?” tanya Zihan yang baru saja meletakan piringnya ke pencucian.

“Ya sayang pergilah ke lantai atas. Bibi juga masih punya pekerjaan di sini,” jawab Shazia sambil memberikan tas Zihan padanya.

Mendapat izin dari Shazia, tanpa berlama-lama Zihan pun pergi ke lantai atas.

“Aynur, tumben sekali, ya, hari ini restoran sepi.”

“Kau tidak tahu, Shazia? Kantor Ayahnya Zihan meluncurkan produk baru, mereka membagikan makanan dan produk baru itu secara gratis untuk peluncuran pertamanya. Yang pergi ke sana dipastikan dapat tanpa membawa tangan kosong,” jelas Aynur.

“Berarti mereka mengadakan acara berskala besar. Tapi dari mana kau tahu berita itu?”

“Itu diberitakan di berita kota, lihatlah,” Sambil menunjukkan saluran berita di teleponnya.

“Yah, Shazia. Bukan hanya restoran kita saja yang sepi. Restoran lain pun juga sepi pelanggan,”

“Apa boleh buat, kalau begitu hari ini kita tutup lebih awal saja, Aynur,”

“Benarkah?”

“Ya, dan sampaikan juga pada yang lainnya,” balas Shazia sambil menyusun kursi.

“Oke, akan kukatakan pada yang lain,”

“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke lantai atas. Jika butuh sesuatu, panggil saja,” ucap Shazia lagi.

“Ya, Shazia, pergilah. Serahkan saja semuanya padaku!” balas Aynur yang mulai membereskan meja.

Shazia mengangguk, ia pun melangkah pergi ke lantai atas. Di sana ia dapat melihat Zihan yang tengah membaca buku.

“Kau sedang membaca buku apa Zihan?” tanya Shazia yang telah berada di hadapannya.

“Aku sedang membaca buku dongeng tentang lebah, Bibi,” balas Zihan yang matanya tak lepas memandang gambar-gambar dalam buku itu.

“Oh, ya, Lalu kenapa wajahmu terlihat bingung begitu?”

“Aku penasaran. kenapa di buku ini para hewan bisa berbicara seperti manusia?”

“Oh, karena buku itu buku fiksi, tak nyata, dan dibuat sesuai imajinasi penulisnya. Juga cerita di buku ini termasuk cerita fabel.”

“Apa itu Fabel, Bibi?”

“Fabel, cerita di mana hewan menjadi tokoh utama dan berbicara selayaknya manusia,” jelas Shazia singkat.

Zihan menangguk tanda mengerti. Lantas merebahkan tubuhnya di karpet sambil membaca buku tersebut.

“Kau mengantuk Zihan? Pergilah ke atas ranjang bibi, jangan tidur di lantai seperti itu.”

“Benarkah? Bisakah aku tidur di ranjang bibi?”

“Ya, kenapa tidak. Ayo pergilah,”

Zihan segera berdiri, ia memasuki kamar Shazia dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Shazia yang berada di balkon pun menyusulnya, memperbaiki bantal dan selimut anak itu.

“Bibi,” panggil Zihan.

“Ya, ada apa, Zihan?”

“Aku masih tidak mengerti tentang dongeng ini, bisakah kau membacakannya untukku?” tanya Zihan sambil memberikan buku dongeng tersebut pada Shazia.

“Oh, cerita ini, padahal hampir setiap anak tahu tentang dongeng ini. Apakah ibumu tak pernah membacakan dongeng ini untukmu, Sayang?”

Mendengar pertanyaan Shazia, Zihan tersenyum hampa, “Aku tidak punya ibu, Bibi. Sejak lahir aku dibesarkan ayah.”

Seketika Shazia membeku, binar matanya meredup, seolah tak percaya apa yang di katakan Zihan.

“Bibi, bisakah kau memberi tahuku seperti apa kasih sayang seorang ibu itu?”

“Aku selalu penasaran bagaimana rasa cinta seorang ibu itu pada anaknya.”

Kata-kata Zihan membuat mulut Shazia membisu, ia mengubah posisinya ke samping Zihan, dengan lembut ia mengelus rambut anak itu.

“Zihan, maafkan Bibi. Sekarang tidurlah, biar bibi membacakan dongengnya untukmu,”

Zihan mengangguk, ia mulai mendengarkan Shazia membacakan dongeng.

Terpopuler

Comments

Miss.J

Miss.J

tangan lah bukan lengan

2023-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!