Bab 4 - Kau Harus Menikah!

“Atau Anda ingin memesan sesuatu di restoran ini?” tanya Aynur lagi

“Tidak, Nona. Saya tak membutuhkan semua itu, saya kemari untuk menjemput kemenakan saya, bisakah?”

“Ya, tentu bisa. Saya akan segera memanggilnya.”

Aslan, pria tampan berambut klimis dengan mata biru laut dan hidung mancungnya itu adalah seorang paman sekaligus sekretaris Taran. Sosok pria tampan yang begitu menyayangi kemenakannya.

Aynur kemudian memanggil Shazia dan Zihan yang berdiri di belakangnya, ketika kedua orang itu telah mendekat, Aynur secara diam-diam pergi dari tempatnya berdiri.

“Apa benar Anda Pamannya Zihan?” tanya Shazia meyakinkan

“Ya, itu betul, Nona, saya kemari untuk menjemputnya.”

Shazia mengangguk, ia lalu menatap Zihan di sampingnya.

“Zihan, ayo, sekarang kemaslah barang-barangmu di atas, jangan sampai pamanmu menunggu lama.”

“iya, bibi,” balasnya sambil berlari menuju lantai atas.

“Maaf, jika kemenakan saya banyak merepotkan Anda, Nona,” ucap pria tersebut membuka pembicaraan.

“Tidak, tidak sama sekali. Dia anak yang baik, kehadirannya sama sekali tak merepotkan.”

“Justru seharusnya saya yang meminta maaf pada Anda. Ya, bisa dibilang dia sedikit ceroboh,” balas Shazia yang meminta maaf atas perbuatan Aynur.

“Tidak, Papa, Nona. Lagi pula saya salah karna muncul tiba-tiba,”

Tak berapa lama Zihan kembali dengan tas ransel di panggunya, ia menghampiri Shazia dan mencium lengannya. “Bibi, Zihan pulang, ya. Terima kasih sudah menerima Zihan,” ucap anak itu dengan suara khasnya

“Dan Bibi, bisakah aku datang lagi nanti?” tanya Zihan dengan wajah memelas.

Kali ini Shazia tetap dibuat gemas dengan tingkah lakunya, ingin sekali ia mencubit pipi Zihan yang tampak gembul itu.

“Tentu, Sayang. Kau bisa kemari lagi kapan pun yang kau inginkan, pintu restoran ini akan selalu terbuka untukmu.”

Zihan tersenyum lebar, menampilkan gigi putihnya yang berjejer rapi, ia berjingkrak senang dan menarik lengan sang paman untuk segera pulang.

“Baiklah Nona, kalau begitu saya permisi sekarang, terima kasih telah menjaga kemenakan saya.”

Shazia mengangguk, ia tetap menunggu di ambang pintu, sampai mobil yang dikendarai Zihan dan pamannya tak lagi terlihat.

“Zia!”

“Allah, Tuhanku!” kejut Shazia.

“Aynur! Kau ini, kenapa suka sekali mengejutkanku”

Aynur tertawa, “Maaf, Shazia, aku tak sengaja.”

“Oh, ya, bagaimana? Apa pamannya Zihan marah?”

Shazia menggeleng, “Tidak, dia sama sekali tak marah, tapi...”

“Tapi apa, Shazia? Jangan membuatku menunggu.”

“Tapi sikapmu itu yang membuatku kesal, bisa-bisanya kau mengendap pergi dan melemparkan masalahmu padaku!” sergah Shazia.

Aynur kembali tertawa, “Ya, maafkan aku Shazia, aku merasa takut sekaligus khawatir jika dia meminta pertanggungjawaban.”

“Yah, tapi tetap saja kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu itu,” balas Shazia.

Setelah beres membersihkan restoran, Shazia pergi ke lantai atas. Di sana, pandangannya langsung tertuju pada sebuah kotak berwarna merah di atas meja. Ia mengernyitkan alis, lantas mendekat mengambil kotak tersebut, di atasnya tertulis nama Shazia, itu dari Zihan.

Tak butuh waktu lama, Shazia membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat surat dan sebuah kalung berukir nama dirinya.

‘Bibi, apa kau menyukai hadiahku? ini hadiah dariku karna bibi dengan tulus membantuku. Terima kasih Bibi, dan Oh, ya, jangan terlalu keras bekerja, ya. Selain restoran, bibi juga harus memperhatikan kesehatan bibi’

Membaca surat tersebut membuat Shazia berkaca-kaca, meski ia baru mengenal sosok Zihan, tetapi sifat dan tingkah lakunya itu membuat Shazia seolah telah lama mengenalnya.

...****************...

Seperti hari sebelumnya, sepulang sekolah Zihan langsung pergi menuju restoran Shazia. Di sana ia melihat sekitar, restoran masih ramai dengan orang yang datang silih berganti. Ada keraguan di benak Zihan untuk masuk. Ia takut kedatangannya menyusahkan sang bibi.

Pintu tiba-tiba terbuka, seorang wanita menyambutnya dengan senyum bahagia. “Zihan, sayang. Kau sudah datang, Nak.”

“Bibi!”

Zihan berlari ke arahnya, ia memeluk erat Shazia. Shazia lantas membalas pelukan Zihan, dan membawa anak itu masuk ke dalam restoran.

“Ayo, masuklah Zihan. Hari ini bibi akan mengenalkanmu pada orang-orang yang bekerja di restoran, kau belum mengenal mereka kan?”

Zihan menggeleng, ia mengikuti Shazia yang memegang erat lengannya.

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di perusahaan besar milik keluarga Savas, seorang pria terlihat sibuk dengan banyak berkas di mejanya. Raut wajahnya terlihat serius, memeriksa lembar demi lembar kertas tersebut. Sedang di sampingnya, ada Aslan yang selalu setia menunggu.

“Aslan, apakah Zihan sudah pulang?” tanya Taran membuka percakapan.

“Belum, tadi dia meneleponku, katanya ia ingin pergi mengunjungi restoran.”

Mendengar jawaban Aslan, Taran menghentikan aktivitasnya, ia menatap Aslan untuk meminta penjelasan lebih.

“Apa dia ke tempat wanita itu lagi?”

Aslan mengangguk

Taran mendengus kesal, “Aku tak habis pikir dengan kelakuannya, bagaimana dia bisa begitu dekat, dengan orang asing yang baru dikenalnya?”

Aslan yang melihat kerisauan saudara sepupunya itu pun tersenyum kecil, “Tenang saja, Taran, aku telah menyelidiki latar belakang Nona itu, dia orang yang baik.”

“Bukan itu yang kurisaukan, aku hanya tidak ingin dia begitu dekat dengan orang asing dari pada dengan ayah kandungnya sendiri, Aslan.”

Tiba-tiba pintu terbuka, tanpa mengetuk pintu seorang pria tua datang menghampiri keduanya, ia lalu duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Taran.

Sosok lelaki tua itu tak lain adalah ayah kadung Taran, Derya Selim Savas, itulah namanya. Sosok yang selalu menghawatirkan anak dan cucunya tanpa menghawatirkan dirinya sendiri.

“Ayah, apa yang membuatmu datang kemari?”

“Aku ingin menjemput cucuku kesayanganku, tapi dia tidak ada di sekolah, apa dia bersamamu? “

“Dia tidak bersamaku, dia pergi bermain,” balas Taran.

“Bermain? Ke mana?”

“Zihan pergi mengunjungi seorang wanita pemilik restoran yang letaknya tak begitu jauh dari sekolahnya, Paman,” jelas Aslan.

“Apa! Benarkah?”

Aslan mengangguk.

Sang ayah menghela nafas, ia menatap ke arah Taran yang telah melanjutkan kembali pekerjaannya.

“Itulah sebabnya kau harus segera menikah, Taran. Agar setidaknya putramu memiliki sosok ibu yang bisa mendidiknya.”

“Selama dia memiliki seorang ayah dan tak kekurangan apa pun. Dia tak membutuhkan sosok ibu di dalam hidupnya, Ayah.”

“Itu menurut pendapatmu, Taran. Pernahkah kau bertanya padanya?”

“Jika tak ada hal penting yang dibicarakan lebih baik kau pulang, Ayah. Kau harus menjaga kesehatanmu, jangan memikirkan hal yang membuatmu jatuh sakit.”

“Ayah hanya ingin kau bahagia, Taran. Jangan terpaku pada masa lalu.”

“Tidak mudah untuk melupakan masa lalu, Ayah. Hidupku sudah cukup dengan kehadiran Zihan. Jangan terlalu menghawatirkan kami!”

“Baiklah, mungkin saat ini kau menolak. Tapi ayah pastikan cepat atau lambat kau akan menikah dengan gadis yang ayah pilihkan untukmu!” Derya langsung beranjak dari tempatnya dan meninggalkan ruangan Taran.

Taran tak menggubris hal tersebut, ia tetap acuh pada pekerjaannya sendiri.

Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!