Bab 11 - Baju Kesayanganku!

Di ruangan sang ayah, Zihan begitu bosan, sudah berjam-jam lamanya ia duduk diam sambil melihat pemandangan dari kaca.

“Papa kapan pekerjaanmu selesai? Aku ingin pulang,” tanya Zihan.

“Sebentar lagi, jadi bersabarlah Zihan,” jawab sang Ayah singkat.

“Sudah berapa kali papa menjawab seperti itu, aku bosan papa, papa lama sekali,” keluh Zihan.

“Ya, sabar, sebentar lagi pekerjaan ayah akan selesai, jangan merengek.”

Jengkel dengan sang ayah, Zihan kembali diam, “Papa menyebalkan!”

Di tengah kebosanan yang melanda, tak sengaja Zihan melihat sosok yang tak asing di tengah keramaian, ia memicingkan matanya dari jendala, memastikan dia benar-benar mengenalnya.

Ekspresi Zihan seketika berubah, ia segera beranjak dan cepat-cepat pergi meninggalkan ruangan sang Ayah. Taran yang melihat itu bingung akan tingkah laku Zihan.

“Kau ingin pergi ke mana Zihan?”

“Aku pergi sebentar ayah!” teriak Zihan sambil berlari.

Anak itu turun menggunakan lift, sesampainya di lantai dasar ia kembali berlari menuju lokasi sosok tersebut. Untuk sesat Zihan terdiam mengamati kerumunan yang berlalu lalang, tapi dengan cepat ia menemukannya.

“Bibi Aynur!” teriak Zihan dari seberang jalan.

“Bibi!”

“Bibi Aynur!” teriak Zihan ketika melihat Aynur tak kunjung menoleh ke arahnya.

Aynur yang mendengar seseorang memanggilnya, berbalik mencari sumber suara, di tengah orang yang berlalu lalang, mata Aynur langsung tertuju pada Zihan, Aynur tersenyum dan datang menghampiri anak itu.

“Zihan, apa yang kau lakukan di sini? Dan kau sendirian?” tanya Aynur langsung.

“Tidak, Bibi, aku ikut papa bekerja di kantor itu, karna aku melihat bibi makannya aku segera turun ke sini,” jawab Zihan sambil menunjuk ke gedung bertingkat di belakangnya.

“Oh, benarkah, bibi pikir kau sendirian. Bibi hampir lupa kau putranya tuan Taran.”

“Bibi, kenapa hari ini restoran bibi Shazia tutup? Tadinya aku pergi ke sana, karna tutup dan tidak orang akhirnya aku ikut papa bekerja,” ucap Zihan mengerucutkan bibirnya.

Gaya bicara yang manja membuat Aynur gemas. Tampaknya inilah yang dirasakan Shazia jika berhadapan dengan anak itu.

“Tampaknya bibi Shazia lupa memberi tahumu kalau hari ini restoran libur, dan dia sedang pergi sekarang.”

“Memangnya bibi Shazia pergi ke mana, Bi?”

“Dia pergi ke panti asuhan, bibi juga ingin pergi menyusul ke sana, apa kau ingin ikut Zihan?”

Mata Zihan berbinar dan ekspresinya berubah senang “Benarkah! Bolehkan aku ikut?”

“Nona, pesanan Anda sudah siap!” panggil sang pedagang dari seberang jalan.

“Ya, sebentar, paman!” jawab Aynur.

Aynur kembali menoleh ke arah Zihan, “Tentu saja kau boleh ikut, Zihan. Tapi kau harus minta izin terlebih dahulu pada ayahmu,”

“Ya, Bibi aku akan minta izin pada papa,” balas Zihan yang ingin kembali ke kantor.

“Tunggu, Zihan! Kita pergi sehabis makan, ya. Bibi belum makan siang, dan apakah kau sudah makan?”

“Aku belum makan siang bibi,”

“Nah, baguslah, ayo kita pergi ke seberang, tadi bibi memesan kumpir.”

“Apa itu kumpir bibi?”

“Kentang panggang yang diisi banyak isian, kau belum pernah memakannya, ya?” tanya Aynur sambil memegang tangan Zihan dan menyeberang jalan.

Zihan menggeleng.

“Maka kali ini kau barus mencobanya, di sini salah satu tempat terenak.”

“Paman tolong buatkan satu kumpir lagi dengan isian yang sama seperti ini,” pinta Aynur pada sang pedagang.

“Baik, ini pesananmu yang pertama, yang kedua akan segera di buat.”

...****************...

Setelah selesai makan, keduanya memasuki kantor Taran, Aynur mengantarkan langsung Zihan untuk menemui sang Ayah di ruangannya.

“Bibi harus ikut denganku, jika tidak aku bisa tidak diizinkan,”

“Ya, lihatlah bibi ikut denganmu, jangan khawatir papamu pasti setuju jika mendengar nama bibi Shazia. Oh, ya bagaimana rasa kumpirnya? Lezatkah?”

“Ya, keju dan menteganya terasa menyatu dengan kentang, aku suka itu, tapi tetap tak bisa mengalahkan masakan bibi Shazia,”

“Rupanya kau pengikut berat masakan bibi Shazia, ya.”

“Ya tentu saja bibi, sangat suka!”

Selama perjalanan keduanya banyak berbincang. Sedangkan di sisi lain Aslan baru saja memasuki ruangan, ia berniat mengajak kemenakannya itu untuk pergi keluar.

“Zihan ayo ikut paman pergi, kau ingin beli es krim tidak?” ucap Aslan sembari membuka ganggang pintu.

“Ah, Dia tidak ada di ruangan, Taran ke mana perginya Zihan?” tanya Aslan ketika mendapati ruangan hanya ada Taran.

“Dia pergi keluar, aku tidak tahu ke mana anak itu pergi.”

“Taran, kau tidak takut jika putramu di culik? kau terlalu membebaskannya.”

Taran mendongak, menatap malas sekretaris cerewetnya itu. “Aku tahu sifatnya Aslan, dia tidak akan pergi jauh tanpa memberi tahu. Dari pada kau memusingkannya lebih baik kau bawa botol tinta ini keluar, cukup merepotkan jika tumpah,” ucap Taran sambil menunjuk botol tinta di mejanya.

“Ya, baiklah.” Aslan melangkah maju dan mengambil botol tinta tersebut.

“Botol tinta ini sudah tidak ada penutupnya, sangat merepotkan jika mengenai berkas penting milikmu, aku akan segera membuangnya,” balas Aslan yang mulai berbalik dan melangkah pergi membawa botol tinta itu.

“Baiklah Taran, aku akan kembali ke ruang—“

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Aslan yang tak melihat ke arah depan, tak sengaja menabrak Aynur yang ingin masuk ke ruangan.

Tepat di depan pintu yang terbuka itu keduanya saling menabarak, menyebabkan tinta yang di pegang Aslan tumpah ke pakaian Aynur.

Aynur seketika terdiam melihat pakaian yang ia kenakan terkena tinta.

“Ah, Maaf!” seru Aslan.

“Ya, Allah. Baju kesayanganku!” Aynur menatap sinis kemudian pada pria di hadapannya.

Dia kan paman Zihan yang aku siram waktu itu, apa dia ingin membalasku? Aynur.

“Aku tahu Tuan, jika aku pernah menyirammu, tapi aku tidak menyangka jika kau akan membalasku.”

“Maaf, saya benar-benar tak sengaja,” ucap Aslan dengan wajah bersalah.

“Huh bagaimana caranya aku harus menghilangkan nodanya?”

“Padahal baju ini jarang sekali kukenakan.”

“Saya akan mengganti rugi pakaian Anda, Nona.”

“Tidak, tidak perlu, aku mengerti, aku memang buruk pernah menyirammu, anggap saja sekarang kita impas,” balas Aynur yang kembali memasuki ruangan bersama Zihan.

Tampak guratan senyum di wajah Taran yang sejak tadi memperhatikan drama keduanya.

“Papa bisakah aku pergi ke panti asuhan bersama bibi Aynur?” tanya Zihan.

“Memangnya apa yang ingin kau lakukan di sana?”

“Aku ingin menyusul bibi Shazia, Papa.”

“Jika kau hanya menyusahkan orang lain di sana lebih baik tidak usah.”

“Tidak, Tuan. Zihan tidak menyusahkan, aku yang mengajaknya pergi. Lagi pula Zihan juga pasti akan terlibat dengan pekerjaan di panti nanti.”

Untuk sesaat Taran terdiam, ia menatap lekat putranya, lalu menatap Aynur yang masih mencoba membersihkan pakaiannya dengan saputangan.

“Baiklah, Tapi ingat Zihan, jangan menyusahkan orang lain di sana,” ucap sang ayah memperingatkan.

Zihan mengangguk senang, setelah mendapat izin. Ia mengambil tasnya dan pergi dari ruangan tersebut bersama Aynur, rencananya ia dan Zihan akan menaiki taksi menuju panti.

Terpopuler

Comments

Nora♡~

Nora♡~

Moga2 Aja Shazia berjodoh dengan Taran Savas...Aaminn🤲😇semangat ya Thor...

2022-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!