Bab 19 - Potret Keluarga

Taran yang berhasil mendapatkan kesepakatan kerja datang menghampiri Shazia dan Zihan. Ia berniat untuk membawa pulang dua orang yang tengah asyik menikmati acara itu.

“Zihan, ayo pulang. Kita sudah lama berada di sini. Dan nona Shazia apa kau ingin ikut?”

“Tidak usah, aku membawa kendaraan sendiri,” balas Shazia.

“Papa aku akan pulang bersama mama, papa pulang sendiri saja.”

Taran terdiam, alisnya berkerut ketika Zihan menyebut kata ‘mama'. “Siapa yang kau sebut dengan panggilan mama, Zihan?”

Zihan hanya diam tapi manik matanya melirik ke arah Shazia.

“Zihan ayah tak pernah mengajarkanmu memanggil orang lain dengan sembarangan seperti itu,” tegur sang Ayah

“Tidak papa, aku tidak masalah dia memanggilku seperti itu, dia senang dan aku pun juga senang,”

“Bukan itu masalah—“

“Ya, aku tahu, orang lain atau mungkin kau bisa berpikiran jika aku mendekati Zihan seperti ini hannyalah sandiwara untuk mendapatkan harta keluarga Savas kan?”

“Tidakkah kau tahu masalah apa yang akan terjadi nantinya—“

Pembicaraan Taran terhenti, kala Iskander kembali datang membawa keluarganya.

“Tuan Savas saya ucapkan selamat atas keberhasilan putra Anda, dia benar-benar berbakat bisa menjadi siswa terbaik.”

“Terima kasih tuan Iskander.”

“Oh, ya, saya juga ingin mengenalkan istri dan putra saya pada keluarga Anda.”

“Istriku dia adalah Tuan Savas, pemilik dari perusahaan tempatku bekerja sama.”

“Tuan Savas, ini adalah istri dan putra saya.” Sang istri yang ditunjuk pun memberi salam pada Taran dan Shazia, begitu pula dengan putra Iskander.

Iskander menatap Shazia yang berdiri di samping Taran.

“Apa wanita yang berdiri di samping itu benar istri Anda?”

“Tida—“

“Ya, paman dia ibuku,” balas Zihan cepat menyela perkataan sang Ayah.

Iskander tertawa kecil, “Saya tak menyangka jika Anda sudah menikah, tuan Taran. Sungguh itu benar-benar berbeda dari rumor yang selama ini terdengar,” ucap Iskander lagi.

“Iya, apalagi istri Anda sungguh cantik. Saya sangat kagum ketika istri Anda naik ke atas panggung, sungguh sangat elegan dan memukau. Anda berdua sangat cocok,” ucap istri Iskander menambahi.

Mendengar itu Shazia dan Taran saling menatap, lalu saling membuang muka.

“Baiklah kalau begitu kami permisi Tuan Savas, maaf telah mengganggu waktu Anda.”

“Tidak papa Tuan Iskander, senang bisa bekerja sama dengan Anda.”

“Kami permisi Nyonya Savas, senang bisa berkenalan dengan wanita baik dan cantik seperti Anda,” ucap Istri Iskander.

“Anda terlalu memuji, Anda bahkan tak kalah cantik dan menawan, Pantas saja Tuan Iskander tak pernah berpaling dari Anda.” Ucapan Shazia mengundang tawa suami istri yang bahagia itu.

“Baiklah-baiklah kami permisi sekarang.”

Keluarga Iskander pun memberi salam, begitu pula dengan ketiganya yang membalas salam perpisahan tersebut.

“Kau lihat apa yang terjadi, banyak orang yang salah sangka terhadap kita, mereka tak hanya menganggapmu sebagai ibunya Zihan,” bisik Taran.

“Aku tak peduli, lagi pula aku tak akan bertemu dengan mereka lagi,” balas Shazia tak ingin kalah berdebat.

“Itu menurutmu, dan ini baru permulaan dari pernyataanmu, nona Shazia. Aku tidak tahu apa yang kau katakan di gedung aula, tapi kuharap kau tak menyesal.”

“Demi Zihan, aku tak akan menyesal sedikit pun tuan Taran.”

“Kenapa kau selalu ikut campur masalah putraku, Nona Shazia?”

Keduanya saling menatap sengit, tetapi Zihan menghentikan mereka.

“Mama, Papa berhentilah bertengkar, lihatlah ada orang yang ingin datang menghampiri kita.”

Kedua orang itu pun saling membuang muka.

“Benar bahwa ini keluarga Savas?” tanya seorang fotografer sembari memeriksa kertas berisi nama-nama siswa yang akan difotonya.

Zihan mengangguk, “Benar, paman”

“Baiklah kalau begitu kita mulai saja sesi fotonya,” ucap sang fotografer sambil menyiapkan kamera.

“Tuan, Nyonya, kenapa kalian diam saja? Ayo atur posisi!” pinta sang juru kamera.

Shazia pun mengambil posisi berdiri di samping kiri Zihan, sedangkan Taran berdiri di samping kanan.

“Nyonya tolong sedikit bergeser ke samping suami Anda, jika terlalu jauh seperti itu Anda tidak akan masuk ke frame.”

Sang juru kamera tampak kesal melihat sikap kaku tiga orang di hadapannya, “Nyonya sedikit lagi, sedikit mendekat ke suami Anda.”

‘Cekreek....!’ Kamera mulai memotret.

“Nyonya, Tuan, kalian benar-benar sepasang suami istri kan?” tanya sang fotografer lagi ketika tak puas melihat hasil potretnya.

“Benar paman, mereka Ayah dan ibuku,” balas Zihan dengan cepat.

Sang fotografer yang merasa kepalanya mulai berdenyut, akhirnya turun tangan, ia mengatur Shazia dekat dengan Taran dengan tangan kirinya memegang bahu Zihan.

“Nah, itu sempurna, sekarang untukmu Zihan, tolong tunjukan piala dan piagammu ke arah kamera.”

“Benar sekali, itu sangat sempurna!”

“Dan untuk Anda, Tuan, tolong letakan tangan Anda di pinggang istri Anda.”

Taran yang mendapat arahan tersebut tak serta-merta menuruti, ia memegang bahu Shazia sebagai gantinya.

Tepat ketika tangan Taran menyentuh bahunya, Shazia seketika merinding, dan jantungnya pun mulai berdegup tak karuan.

kenapa jantungku berdegup kencang seperti ini, Shazia jangan gugup dia hanya memegang bahumu. Shazia.

“Tuan, sudah saya katakan, di pinggang istri Anda—“

Tatapan dingin nan tajam dari Taran membuat sang juru kamera terdiam, membuatnya tersenyum paksa ke arah Taran, dan akhirnya mulai memotret. “Baiklah Tuan, pertahanan pose Anda.”

‘Cekreek...!’

“Oke, ini sempurna. Kalau begitu saya permisi keluarga Savas, dan untuk hasilnya pihak sekolah akan membagikannya pada masing-masing murid nanti.”

Shazia dan Zihan pun mengiyakan. Setelah kepergian juru kamera itu, Taran pun memutuskan untuk pergi.

“Zihan kau ingin ikut bersama nona Shazia?”

“Iya, Papa, aku ingin pergi bersama Mama.”

Beberapa kali pun Taran mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zihan, ia tetap tak terima putranya memanggil orang lain dengan sebutan mama.

Padahal aku yang mengurus dan membesarkanmu, tapi dengan mudahnya kau menganggap orang lain sebagai orang tuamu, Zihan. Taran

“Baiklah, ayah akan kembali ke kantor, jika ada apa-apa telepon saja.”

Zihan mengangguk, “Iya papa.”

“Zihan kau ingin ikut bibi jalan-jalan?”

“Jalan-jalan, tentu saja!”

“Baiklah ayo!”

Setelah kepergian Taran, keduanya pun meninggalkan tempat. Dengan motornya Shazia mengajak Zihan berjalan mengitari kota, juga menikmati es krim dan jajanan ringan sembari melihat pemandangan senja dari pinggir danau.

“Kau senang Zihan?”

“Aku senang sekali! Bahkan aku sangat bahagia, mama. Aku akan selalu mengingat bahwa hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku,” balas Zihan dengan mata berbinar menatap Shazia.

Shazia tersenyum senang mendengarnya, ia mengelus kepala Zihan. “Kau selalu pandai dalam mengambil hati seseorang.”

“Mama, maukah mama berjanji padaku?”

“Tentang apa?”

“Maukah mama berjanji bahwa mama tidak akan meninggalkan Zihan bahkan jika nanti papa menikah dengan orang lain.”

“Tentu saja, Sayang. Selama Papamu masih mengizinkanmu untuk bermain ke restoran bersama mama. Mama tidak akan meninggalkanmu, mama akan selalu berusaha untuk jadi ibu terbaik untukmu,” balas Shazia sambil memegang erat lengan Zihan.

Terpopuler

Comments

Reny Saputro

Reny Saputro

semangat

2022-11-18

0

ossy Novica

ossy Novica

Zihan bahagia sekali karna Ahazia mau jadi mamanya meski sang papa tak terima

2022-11-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!