Bab 7 - Maaf

Shazia menuruni anak tangga, ia melihat sekitar, benar seperti yang dikatakan Aynur, restoran telah tutup dan semuanya sudah dibersihkan. Shazia pun melanjutkan langkahnya, ia menemui Aynur yang tengah duduk bersantai memainkan telepon pintarnya.

“Ada apa Shazia? Kenapa kau datang kemari?” tanya Aynur tanpa menoleh.

“Hm, bisakah aku bertanya sesuatu padamu, Aynur?”

“Tentu, memangnya apa yang ingin kau tanyakan?”

“Itu, b-bisakah kau memberi tahuku tentang ayahnya Zihan?” tanya Shazia terbata-bata.

Aynur seketika menoleh mendengar perkataan Shazia, matanya berbinar menatap sahabatnya dengan penuh senyum.

“Apa, aku tak salah mendengar kan?”

“He, Aynur. Pelankan suaramu, Zihan sedang tidur di atas,” tegur Shazia.

“Ya, baiklah, aku mengerti. Jadi apa yang ingin kau tahu dari ayahnya Zihan?” tanya Aynur yang tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya.

Shazia mengambil tempat duduk di dekat Aynur, ia mulai menceritakan apa yang terjadi di lantai atas.

“Jadi benarkah bahwa pria itu ... maksudku Zihan tidak punya ibu, ya maksudku—“

“Ya, ya, aku mengerti apa yang kau bicarakan, makanya sekali-kali kau harus melihat berita hangat di negeri ini, Shazia. Bukan hanya resep masakan saja,” sela Aynur.

“Bukan hanya di kota ini saja dia terkenal, tapi di satu negara ini akibat karismatik dan ketampanannya,”

“Banyak yang bilang wajahnya itu begitu menjual untuk menjadi seorang aktor dari pada pengusaha,”

“Aynur tolong jawab pertanyaan yang kuajukan saja, jangan ceritakan yang lain,” balas Shazia.

“Baiklah, Shazia, yang dikatakan Zihan itu benar, sejak lahir anak itu tak punya ibu. Bisa dibilang, ayahnya melakukan hubungan satu malam dengan seorang wanita,”

“Singkatnya, sampai saat ini belum ada kabar kapan Tuan Taran itu menikah, banyak yang bertanya-tanya tentang Zihan, dia benar-benar putra kandungnya atau hanya putra angkat,”

“Tentu saja, tuan Taran menepis hal itu dia dengan tegas menegaskan Zihan sebagai putra kandungnya.”

“Seorang pembawa acara pernah menanyakan hal itu, Tapi tuan hanya membalas singkat, kalau ibunya Zihan pergi untuk mengejar kariernya,”

“Ya, tuan Taran tak pernah melibatkan anggota keluarganya untuk masuk pemberitaan media, jadi tidak banyak informasi yang didapatkan tentang keluarganya.”

“Makanya aku begitu terkejut mengetahui Zihan putra kandungnya tuan Taran.”

“Oh, iya, banyak juga rumor yang mengatakan kalau tuan Taran sampai saat ini masih belum menikah, karna dia masih menunggu kedatangan ibu kandung Zihan, bisa dibilang dia mencintai wanita itu,”

Mendengar penjelasan Aynur, rasa iba akan Zihan muncul di benak Shazia. Hanyut dalam pikiran, Shazia tak memperhatikan lagi apa yang dikatakan Aynur.

“Hei, Shazia. Kau mendengarku atau tidak?”

Shazia tersentak, “Ah, Ya, Aynur, aku dengar. Rasanya benar-benar bersalah mengatakan hal itu padanya,” keluh Shazia.

“Hmm, tidak papa Shazia. Kau kan tidak tahu, lagi pula Zihan kan begitu dekat denganmu,”

“Baiklah, Aynur. Aku ingin melihatnya di lantai atas, jika ada sesuatu, panggil saja aku, ya.”

“Ya, pergilah, Shazia. Lagi pula kau hanya mengganggu waktuku,”

Shazia menatap sinis kemudian, “Ya, Aynur. Terserah apa yang kau katakan. Lain kali aku akan mengganggu lebih banyak waktumu,” balas Shazia.

Shazia yang kembali ke lantai atas pun menemui Zihan, lama ia menatap anak yang tertidur pulas itu. Ia lalu mengambil kursi dan duduk di dekat Zihan, ia mengelus pelan rambut anak itu dan mengecup keningnya.

“Maafkan bibi, Zihan. Bibi tak tahu tentang kehidupanmu. Tapi bibi berjanji, bahwa bibi akan memberitahumu rasanya kasih sayang seorang ibu itu.”

Tak lama Aynur menyusul Shazia sambil berlari kecil, membuat perhatian Shazia tertuju padanya. “Ada apa Aynur?”

“Shazia, tuan Taran datang, dia menunggu di lantai bawah.”

“Tapi Zihan sedang tidur,”

“Apa susahnya bagimu untuk menggendongnya Shazia, aku yakin Zihan tak akan terbangun karnanya,”

Shazia mengangguk, dengan perlahan ia menggendong dan membawa Zihan ke lantai bawah, sedang Aynur ia membereskan tas Zihan dan menyusul Shazia.

Taran yang melihat Shazia turun sambil menggendong putranya pun bersiap, ia segera memindahkan Zihan ke gendongannya.

“Maaf, putraku banyak merepotkanmu,” ucap Taran membuka pembicaraan.

“Tidak papa, saya tak merasa keberatan dengannya, justru keberadaannya di sini sungguh membuat restoran semakin ramai,” balas Shazia.

“Terima kasih, aku tidak tahu harus membalasmu dengan apa,”

“Tidak perlu, Tuan. Dengan kehadirannya di sini itu sudah cukup membuat saya begitu senang.”

“Sekali lagi terima kasih. Em, bisakah kutahu namamu?”

“Anda bisa memanggil saya Shazia,”

“Nona Shazia, terima kasih,”

Shazia menangguk, melihat Taran hendak mengambil langkah, ia menghentikannya.

“Em, Tuan. Saya harap Anda tidak menganggap saya sebagai orang asing lagi, dan jika Anda sibuk, Tuan bisa menitipkan Zihan pada saya.”

Kata-kata Shazia membuat Taran terdiam sesaat, ia lalu mengangguk pelan. Terlihat senyum Shazia merekah karnanya.

Aynur pun memberikan tas Zihan pada Taran, lalu berdiri di belakang Shazia. Saat mobil ayah dan anak itu telah meninggalkan areal restoran, wajah Aynur terlihat senang.

“Shazia, siapa yang tadi berkenalan, ha?” goda Aynur.

“Aynur kau ini!”

“Apa? Aku benar kan, lihatlah dua sejoli sudah saling berkenalan. Aku akan menceritakannya pada Ayah nanti,”

“Apa! Aynur yang benar saja, kau ini!”

Shazia yang jengkel pun meninggalkan Aynur.

“Lihatlah ada yang merasa kesal rupanya,” canda Aynur sambil tertawa.

Di sisi lain, Taran yang telah sampai ke rumah segera membawa Zihan ke kamar. Ia merebahkan putranya ke ranjang, dan menyelimutinya. Tetapi Taran tak serta-merta pergi dari kamar putranya, ia duduk di samping Zihan dan mengelus rambut putranya itu.

Taran begitu menyayangi putranya, ia tahu bahwa dirinya begitu egois, bahkan tak punya waktu cukup untuk Zihan. Tapi Taran tetap berusaha untuk menjadi sosok Ayah yang baik, yang memberikan apa saja untuk putranya.

“Maafkan, Ayah. Bahkan orang lain lebih memperhatikanmu dari pada Ayahmu sendiri,”

Taran berdiri dari tempatnya, berjalan mendekati jendela dan menatap langit malam, ia menghela nafas, menenangkan perasaan gundah yang sejak tadi merayapinya.

Entah mengapa kata-kata Shazia selalu terbayang di benaknya, orang asing yang baru saja mengenal putranya, tapi sudah begitu dekat.

“Apakah benar yang dikatakan ayah, bahwa Zihan merindukan sosok ibu?”

Taran tak berpikir untuk menikah, ketika Zihan datang untuk pertama kalinya ke rumah, saat itulah ia merasa hitam putih hidupnya kembali berwarna, seakan semua permasalahan yang dihadapinya sirna begitu saja.

Dan harapan yang kembali tumbuh untuk selalu membahagiakan Zihan, membuatnya tak pernah berpikir untuk menikah.

Masa lalu juga menjadi faktor kedua untuknya. Tanpa sadar ia kembali mengingat masa kelamnya. Mendengar dering telepon, membuatnya tersentak dari lamunan, ia segera menarik gorden dan pergi dari kamar Zihan.

“Betapa susahnya membuang masa lalu yang buruk itu,” gerutu Taran.

Episodes
1 Bab 1 - Putramu
2 Bab 2 - Pertemuan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5 Bab 5 - Ayah Zihan
6 Bab 6 - Menimang Cucu
7 Bab 7 - Maaf
8 Bab 8 - Tak Punya Ibu
9 Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10 Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11 Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12 Bab 12 - Aynur dan Aslan
13 Bab 13 - Panti Asuhan
14 Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15 Bab 15 - Bantuan Taran
16 Bab 16 - Undangan
17 Bab 17 - Aku Ibunya!
18 Bab 18 - Panggilan Mama
19 Bab 19 - Potret Keluarga
20 Bab 20 - Ulang Tahun
21 Bab 21 - Menantu
22 Bab 22 - Tepati Janjimu
23 Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24 Bab 24 - Perjodohan
25 Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26 Bab 26 - Berita mengejutkan
27 Bab 27 - Tentang Zihan
28 Bab 28 - Hari Pernikahan
29 Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30 Bab 30 - Kadriye
31 Bab 31 - Batasan wilayah
32 Bab 32 - Kedatangan Manorya
33 Bab 33 - Bibi Aergul
34 Bab 34 - Cincin Pernikahan
35 Bab 35 - Ikut sarapan
36 Bab 36 - Kekasih Taran?
37 Bab 37 - Terus memikirkannya
38 Bab 38 - Terluka
39 Bab 39 - Jalan-jalan
40 Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41 Bab 41 - Penjelasan
42 Bab 42 - Penjelasan (2)
43 Bab 43 - Foto
44 Bab 44 - Tentang Taran
45 Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46 Bab 46 -Menitip Ece
47 Bab 47 - Persiapan pergi
48 Bab 48 - Pesta
49 Bab 49 - Pesta (2)
50 Bab 50 - Pesta (3)
51 Bab 51 - Ece
52 Bab 52 - Aku mencintaimu
53 Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54 Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55 Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56 Bab 56 - Fulya
57 Bab 57 - Bertemu Manorya
58 Bab 58 - Fulya Mengaku
59 Bab 59 - Bertemu Kadriye
60 Bab 60 - Janji Kecil
61 Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62 Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63 Bab 63 - Pusing
64 Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65 Bab 65 - Sakit
66 Bab 66 - Setahun Berlalu
67 Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68 Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69 Bab 69 - Pengakuan Shazia
70 Bab 70 - Defne menentang
71 Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72 Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73 Bab 73 - Kilas Balik #1
74 Bab 74 - Kilas balik #2
75 Bab 75 - Kilas Balik #3
76 Bab 76 - Kilas Balik #4
77 Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78 Bab 78 - Menerima (Tamat)
79 Ektra Part
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 - Putramu
2
Bab 2 - Pertemuan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Kau Harus Menikah!
5
Bab 5 - Ayah Zihan
6
Bab 6 - Menimang Cucu
7
Bab 7 - Maaf
8
Bab 8 - Tak Punya Ibu
9
Bab 9 - Tak Punya Ibu #2
10
Bab 10 - Kapan Seperti Dulu?
11
Bab 11 - Baju Kesayanganku!
12
Bab 12 - Aynur dan Aslan
13
Bab 13 - Panti Asuhan
14
Bab 14 - Aynur dan Aslan #2
15
Bab 15 - Bantuan Taran
16
Bab 16 - Undangan
17
Bab 17 - Aku Ibunya!
18
Bab 18 - Panggilan Mama
19
Bab 19 - Potret Keluarga
20
Bab 20 - Ulang Tahun
21
Bab 21 - Menantu
22
Bab 22 - Tepati Janjimu
23
Bab 23 - Kesepakatan Shazia dan Derya
24
Bab 24 - Perjodohan
25
Bab 25 - Perjodohan yang disetujui
26
Bab 26 - Berita mengejutkan
27
Bab 27 - Tentang Zihan
28
Bab 28 - Hari Pernikahan
29
Bab 29 - Rumah keluarga Savas
30
Bab 30 - Kadriye
31
Bab 31 - Batasan wilayah
32
Bab 32 - Kedatangan Manorya
33
Bab 33 - Bibi Aergul
34
Bab 34 - Cincin Pernikahan
35
Bab 35 - Ikut sarapan
36
Bab 36 - Kekasih Taran?
37
Bab 37 - Terus memikirkannya
38
Bab 38 - Terluka
39
Bab 39 - Jalan-jalan
40
Bab 40 - Jalan-jalan (2)
41
Bab 41 - Penjelasan
42
Bab 42 - Penjelasan (2)
43
Bab 43 - Foto
44
Bab 44 - Tentang Taran
45
Bab 45 - Urusan Keluarga Savas
46
Bab 46 -Menitip Ece
47
Bab 47 - Persiapan pergi
48
Bab 48 - Pesta
49
Bab 49 - Pesta (2)
50
Bab 50 - Pesta (3)
51
Bab 51 - Ece
52
Bab 52 - Aku mencintaimu
53
Bab 53 - Cinta tak dapat dipaksa
54
Bab 54 - Kedatangn Ibu kandung Zihan
55
Bab 55 - Kedatangan Ibu kandung Zihan (2)
56
Bab 56 - Fulya
57
Bab 57 - Bertemu Manorya
58
Bab 58 - Fulya Mengaku
59
Bab 59 - Bertemu Kadriye
60
Bab 60 - Janji Kecil
61
Bab 61 - Terjatuh dari tangga
62
Bab 62 - Aku menyayangimu Papa
63
Bab 63 - Pusing
64
Bab 64 - Kebahagiaan keluarga Savas
65
Bab 65 - Sakit
66
Bab 66 - Setahun Berlalu
67
Bab 67 - Pesta Ulang Tahun
68
Bab 68 - Ingatan Yang Kembali
69
Bab 69 - Pengakuan Shazia
70
Bab 70 - Defne menentang
71
Bab 71 - Fakta Sebenarnya #1
72
Bab 72 - Fakta Sebenarnya #2
73
Bab 73 - Kilas Balik #1
74
Bab 74 - Kilas balik #2
75
Bab 75 - Kilas Balik #3
76
Bab 76 - Kilas Balik #4
77
Bab 77 - Memberi Tahu Taran
78
Bab 78 - Menerima (Tamat)
79
Ektra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!