Satu Suami Dua Istri
(Hai all, welcome ke karya kedua Author Aurora ya, besar harapan Author agar karya kedua ini mendapat antusiasme dari teman - teman semua berupa like, gift, favorite, vote, serta tak lupa kritik dan saran 😊😊. Happy reading all ❤️❤️❤️❤️)
...****************...
“Kak, disini aja!” Ucap Areta setengah berbisik dengan nafas terengah - engah lalu berjongkok di belakang gunungan sisa - sisa bahan bangunan bercampur sampah
“Yakin disini ga keliatan?” Tanya Rivandra sambil celingukan memastikan kondisi sekitar aman
“Ga bakal keliatan Kak, soalnya gelap” sahut Areta
Rivandra segera bergabung dengan Areta meskipun ia sejujurnya merasa jijik harus berdekatan dengan sampah, tapi untuk malam ini ia berharap sampah inilah yang akan menjadi pahlawan mereka.
Sial betul memang nasib mereka malam ini, baru saja mereka hendak menjemput Mauren ketika mobil mewah Rivandra dihadang oleh sekelompok begal, Rivanda yang awalnya hendak melarikan diri dengan menabrak para begal tersebut urung ketika melihat senjata api yang ditodongkan pada mereka, mau tidak mau akhirnya ia dan Areta menyerah dan mengikuti keinginan begal tersebut, awalnya begal tersebut hanya mengambil barang - barang berharga di dalam mobil Rivandra seperti laptop, ponsel, jam tangan mewah Rivandra hingga isi dompet Rivandra dan Areta, namun ketika mereka melihat wajah cantik dan badan molek Areta, mereka pun berniat menggagahi Areta. Dua orang begal bahkan telah memegang tangan kiri dan kanan Areta, sementara satu orang lagi membuka kancing kemeja Areta satu per satu.
Sadar akan niat jahat para begal tersebut, Rivandra mengeluarkan kemampuan bela dirinya, begal pertama yang ia tumbangkan adalah begal yang tengah menodongkan senjata api padanya, menyusul beberapa begal yang lain, sialnya salah satu begal memukul punggung Rivandra dari belakang dan membuatnya terhuyung hingga jatuh, beruntung tak lama kemudian ia bangkit lantas menarik tangan Areta untuk lari dari sana.
Kini Areta dan Rivandra sama - sama mematung di belakang tumpukan sampah itu untuk menghindari kejaran para begal yang terakhir kali mereka lihat tengah tunggang langgang mengejar mereka berdua. Hening awalnya, hanya suara jangkrik yang terdengar, entah dimana mereka sekarang karena tadi Rivandra berlari tanpa tahu arah, baru saja Rivandra hendak keluar dari tempat sembunyinya namun urung karena suara derap langkah mendekat. Beberapa orang yang mendekat bergumam tak jelas, membuat Areta maupun Rivandra makin mengkerutkan diri mereka
“Ada ga?” Tanya seorang laki - laki tak jauh dari tempat Areta dan Rivandra bersembunyi
“Ga keliatan, tapi saya yakin mereka tadi jalan ke arah sini” sahut laki - laki yang lain
“Cari lagi ayo!” Ucap laki - laki lain memberikan komando, membuat suasana seketika riuh
Baik Areta maupun Rivandra semakin gemetaran, jika sampai para begal itu menemukan mereka entah bagaimana nasib mereka nantinya
Areta memejamkan matanya sambil merapal do’a - do’a, badannya kian gemetaran, Rivandra yang berjongkok di sebelahnya menyadari itu, ia merasa prihatin melihat Areta yang ketakutan, tangannya lantas mengelus kepala Areta dan menariknya perlahan ke dekapannya
Memang dasarnya sedang takut, Areta manut saja ketika kepalanya kini menempel di dada bidang Rivandra
“Udah jangan takut, kita aman” ucap Rivandra menenangkan Areta meskipun dirinya pun ketar - ketir
Suara derap langkah itu semakin mendekat, Rivandra yakin lambat laun para begal itu akan menemukan tempat persembunyian mereka
“Nah bener kan, apa saya bilang!” ucap seorang Bapak ketika menemukan Areta dan Rivandra sambil menyorotkan lampu senter pada keduanya, membuat Areta dan Rivandra sama - sama memicingkan matanya karena silau, keduanya kini memucat menyadari bahwa persembunyian mereka telah diketahui
“Pak RT, disini Pak!” Teriak Bapak itu lagi, seketika suara derap langkah beberapa orang mendekat ke arah mereka
“Mana Pak, ketemu yang mesumnya?” Timpal seorang Ibu - Ibu yang baru saja sampai disana
“Ketemu Bu, nih orang - orangnya, pada ngumpet di belakang sampah, dikiranya ga bakal ketemu kali” sahut Bapak yang menemukannya tadi
Areta dan Rivandra baru menyadari bahwa bukan rombongan begal yang menemukan mereka, melainkan sekelompok warga
“Pak Budi, coba suruh orangnya berdiri!” Ujar seorang Bapak yang baru saja sampai disitu
“Hei ayo berdiri kalian!” Ucap Bapak yang menemukan Areta dan Rivandra pertama kali
Areta dan Rivandra saling memandang, mereka bingung dengan apa yang terjadi, namun keduanya menuruti perintah Bapak itu dan kemudian berdiri, sorot lampu senter dari beberapa warga membuat keduanya semakin memicingkan mata mereka
“Huuuuu…” sorak para warga yang ternyata jumlahnya tak sedikit
“Dasar mesum, ga tau malu!” Ucap seorang Ibu - Ibu yang menyebabkan yang lain riuh menimpali
“Arak aja Pak RT, arak!!” Seru warga yang lain
Rivandra dan Areta sontak kaget, merasa jika sedang terjadi kesalah pahaman
“Bapak - Bapak maaf, ini salah paham, kami ga ngapa - ngapain” ucap Rivandra mencoba berbicara di tengah riuhnya orang yang menyoraki dan mencaci mereka, sementara Areta hanya mematung dengan badan gemetaran dan mata berkaca - kaca
“Mana ada maling ngaku, udah Pak arak aja!” Timpal warga yang lain
“Iya bener Pak, arak aja, arak!” Ucap para warga kompak menghakimi
Pak RT yang dimaksud tampaknya kesulitan menenangkan warganya yang tengah diliputi amarah
Rivandra tak patah arang, ia terus saja mencoba memberikan penjelasan
“Kami disini sedang bersembunyi Pak, tadi ada begal yang mencoba mengejar kami” terang Rivandra, namun bukannya di dengar seorang warga yang berada di dekat Rivandra justru malah mendorongnya hingga Rivandra terhuyung ke depan
“Tampangnya doang kaya, emang ga bisa nyewa hotel buat begituan, ini malah ngotorin kampung orang!” Cecar seorang warga
“Huuuuuuu” warga kembali riuh menyoraki
“Tenang - tenang dulu, kita tanya baik - baik dulu!” Pekik Pak RT mencoba menenangkan warganya, beberapa warga patuh pada Pak RT dan membungkam mulutnya, sementara sebagian besar warga masih saja mencaci atau mengompori Pak RT agar mengarak Areta dan Rivandra
“Kalian ini ngapain disini, hah?” Tanya Pak RT sambil memandang Areta dan Rivandra
“Kami baru saja menjadi korban begal Pak, barang kami di rampok, tadi bahkan suadara saya ini mau diperkosa” terang Ravindra
“Bohong Pak, jangan percaya!” Seru seorang warga yang disetujui warga lain
“Iya Pak, kalau ada begal mana begalnya sekarang?” Tanya warga yang lain
“Pak RT coba aja liat baju mereka, sama - sama udah hampir kebuka atasnya Pak, berarti tadi mereka lagi mesum!” Teriak seorang warga, Rivandra yang mendengar seruan warga itu segera memandang dirinya sendiri, dan benar saja dua kancing atas kemejanya lepas sudah, kemejanya pun lecek akibat perkelahiannya tadi dengan para begal. Rivandra kemudian melayangkan pandangannya pada Areta, kancing kemeja Areta pun sama terbukanya, karena panik Areta lupa memasangkannya kembali setelah dibuka paksa oleh begal tadi, beruntung ia masih menggunakan tanktop di dalam kemejanya.
“Bener!” Timpal warga yang lain
“Iya Pak tadi waku kepergok sama saya mereka lagi pelukan!” Ucap Pak Budi orang yang pertama menemukan mereka
“Dasar mesum!” Pekik seorang Ibu
“Huuuu” sorak para warga lagi
“Arak Pak arak!” Teriak warga yang lain, Rivandra sudah tak mampu berucap, suara - suara miring para warga tak mampu ia kalahkan, sementara Areta tak bergeming ia hanya bisa tertunduk, badannya gemetaran sementara sebelah tangannya dipegangi oleh seorang Ibu
“Kalau perlu telanjangi aja Pak!” Teriak warga yang lain, ide sadis yang justru disetujui semua warga
Baik Areta maupun Rivandra sama - sama tersentak, jantung mereka memompa semakin cepat, keringat mengucur deras di dahi mereka
“Bapak - Bapak, Ibu - Ibu sabar, jangan main ditelanjangi, kalau menurut saya kita nikahkan saja!” Ucap Pak RT, Rivandra dan Areta bukannya senang dengan solusi yang ditawarkan oleh Pak RT justru mereka merasa itu adalah musibah
“Tidak bisa Pak, saya tidak bisa menikahi Areta, saya akan menikahi pacar saya beberapa hari lagi” tutur Rivandra
“Mau nikahin orang lain tapi mesumnya sama gadis lain gitu? Dasar laki - laki kurang ajar!” Geram seorang Ibu pada Ravindra
Warga sontak bergemuruh kembali meminta Pak RT untuk segera bertindak
“Arak aja dulu ke kelurahan Pak, kita selesaikan disana” ucap seorang warga yang disetujui Pak RT, jadilah Areta dan Ravindra diarak oleh warga menuju kelurahan, beruntung jaraknya tak terlalu jauh sehingga tak banyak warga yang melihat mereka.
Sesampainya di kelurahan mereka di dudukkan berdua, sementara para warga mengelilingi mereka
“Kalian berdua sudah mendengar keinginan warga kan? Sekarang sebaiknya kalian menghubungi keluarga kalian untuk menikahkan kalian disini” ucap Pak RT
Rivandra jelas enggan menghubungi keluarganya untuk mempermalukan mereka di depan banyak orang, apa kata keluarga mereka nanti, belum lagi jika ia ketahuan oleh Mamanya melanggar pingitan yang tengah ia jalani menjelang pernikahannya. Bayangan bagaimana reaksi Mauren ketika mendengar hal ini juga terlintas, Mauren pasti akan sangat kecewa padanya.
“Maaf Pak tapi HP saya dibawa begal tadi, saya tidak hapal satu pun No. HP keluarga saya” bohong Rivandra
Pak RT mendengus kesal
“Kalau pihak laki - laki ga apa - apa lah, yang pihak perempuan saja, segera panggil wali kamu kesini untuk menikahkan kamu”
Areta sama bingungnya dengan Rivandra, ia tak mungkin menghubungi keluarganya yang tak lain adalah orang tua Mauren kekasih Rivandra, belum tentu mereka akan percaya dengan omongan Areta dan Rivandra, selain itu ia juga memang tak punya wali yang bisa menikahkannya.
“Saya tidak punya wali nikah Pak” ucap Areta dengan suara yang bergetar, wajahnya masih menunduk. Rivandra yang duduk disampingnya bingung, bukan kah ada keluarga Mauren? Tapi Rivandra bungkam, ia berpikir jika Areta berpikir sama dengan dirinya yaitu menghindarkan keluarganya dari rasa malu.
“Banyak alasan Pak, sudah ditelanjangi saja, kasih pelajaran Pak RT!” Ucap seorang warga
“Betul Pak”
“Betul” warga - warga mulai menimpali
“Tenang, tenang dulu!” Teriak Pak RT, suaranya yang lantang mampu membuat para warga mulai terdiam
“Kalian berdua sudah dengar kan apa maunya warga, sekarang keputusan ada di tangan kalian, kalian mau nikah sekarang atau ditelanjangi dan di arak keliling kampung!” Tutur Pak RT
Rivandra menimang, ia tak mungkin membiarkan Areta ditelanjangi, bagaimana pun Areta adalah seorang perempuan, entah bagaimana ia nanti jika harus menjadi tontonan warga dengan bertelanjang, apalagi sebenarnya baik Areta dan dirinya tak salah apa - apa.
“Kalau soal wali nikah pihak perempuan saya bisa minta tolong ustadz Furqon untuk menikahkan kalian” tutur Pak RT lagi
Banyak warga yang protes tak setuju karena menantikan tontonan kedua sejoli itu bertelanjang, bukan apa - apa, keduanya sama - sama rupawan dan enak dipandang, pemandangan yang jarang mereka dapatkan
Tapi Pak RT tak bergeming, ia tak ingin warganya menghakimi orang dengan brutal
“Baik Pak, saya akan menikahi Areta disini” ujar Rivandra dengan berat hati, hanya ini jalan satu - satunya sekarang untuk keluar dari tempat itu. Sementara Areta tak bergeming, meskipun dunianya terasa runtuh seketika, tapi apa daya mereka memang tak punya pilihan lain.
“Huuuu, akhirnya ngaku juga! Tadi aja bilangnya di begal lah, mau diperkosa lah!” Sinis seorang Ibu - Ibu yang diamini oleh warga yang lain
“Sudah - sudah, ini kan mereka sudah mau tanggung jawab, tolong panggilkan ustadz Furqon segera!” Titah Pak RT pada seorang warganya
“Kamu ada mas kawin apa? Tanya Pak RT pada Rivandra, Rivandra berpikir sebentar rasanya ia tak punya apa pun lagi setelah semuanya digasak habis oleh begal tadi, namun seketika ia mengingat cincin yang tadi sore diberikan oleh neneknya padanya begitu neneknya memberikan wejangan pernikahan pada dirinya, ia ingat cincin itu ia masukkan ke dalam saku celananya dengan niat ingin memberikannya pada Mauren begitu bertemu.
Rivandra merogoh sakunya dan meraih cincin klasik bertahta berlian disana, cincin turun temurun yang akan dipakai oleh para menantu perempuan yang baru bergabung dengan keluarga besarnya, harusnya ini menjadi milik Mauren, tapi untuk sementara cincin itu harus ia sematkan di jari Areta.
Tak berselang lama seorang laki - laki paruh baya tampak berjalan dengan tergesa, dibelakangnya mengekor warga yang Pak RT titahkan untuk menyusul Ustadz tadi, tebakan Rivandra orang tersebut adalah Ustadz yang dimaksud
“Assalamu’alaikum” ucap Ustadz pada seluruh warga
“Wa’alaikum Salam” sahut warga kompak
“Ini katanya saya disuruh menjadi wali untuk menikahkan pasangan yang tengah berbuat zina, apa betul?” Tanya Ustadz pada Pak RT
“Betul Pak Ustadz, itu orangnya” tunjuk Pak RT pada Areta dan Rivandra
“Apa sudah ditanya baik - baik benar mereka melakukan perbuatan itu atau tidak?” Tanyanya lagi
“Sudah Pak, yang laki - laki buktinya mau menikahi si perempuan” sahut warga yang lain
“Astagfirullah” ucap Ustadz tersebut sambil geleng - geleng kepala “ya sudah disegerakan saja nikahnya agar tidak berbuat maksiat lagi” ucapnya
Ustadz tersebut kemudian mengambil tempat duduk di depan Rivandra kemudian bertanya tentang nama lengkap Rivandra beserta Areta, kegaduhan terjadi begitu Areta tak mampu menyebut nama ayahnya yang memang sampai sekarang belum ia ketahui, kericuhan pun tak pelak kembali terjadi
“Pantas saja mau - maunya diobok - obok sama laki - laki yang bukan suaminya, ternyata anak haram toh!” Sinis seorang Ibu, warga yang lain ikut menyumpahi Areta dan menghakiminya dengan kata - kata kasar, Rivandra semakin tak mengerti, namun bukan itu yang ia pedulikan sekarang, ia hanya ingin segera mengakhiri semuanya.
“Tenang, tenang, akadnya akan segera saya mulai, yang perempuan bisa memakai binti Ibunya, sudah tidak usah diperkeruh” ucap Ustadz tersebut, “tapi sebelumnya saya harus bertanya dulu pada pihak laki - laki, apakah anda terpaksa menikahi perempuan ini? Karena kalau terpaksa maka pernikahannya tidak sah” tanya Ustadz pada Rivandra
Rivandra diam sejenak, ia tak mungkin mengatakan jika ia terpaksa di depan warga yang tengah meradang. Ia lalu menarik nafasnya dalam - dalam untuk menjernihkan pikirannya dan memastikan otaknya bahwa ia rela menikahi Areta untuk menjaga kehormatannya.
“Saya tidak terpaksa Pak Ustadz” ucap Rivandra, sejenak ia menoleh pada Areta yang masih saja menunduk dan tak bergeming
“Baik kalau begitu silakan Pak RT dan seorang warga agar menjadi saksi pernikahan” ucap Ustadz, Pak RT dan seorang warga kemudian mantap duduk di samping Rivandra dan Areta
“Baik kita mulai” ucap Ustadz sambil menjabat tangan Rivandra, “Bismillahirahmanirrahim, saudara Rivandra Sebastian Edwards bin Julian Edwards saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan Areta Diandra binti Liliana De Vries yang walinya telah diwakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan anda dengan mas kawin cincin emas bertahta berlian dibayar tunai”
Rivandra menarik nafas sebentar sebelum mantap menyebut ijabnya
“Saya terima nikah dan kawinnya Areta Diandra binti Liliana De Vries dengan mas kawin cincin emas bertahta berlian dibayar tunai” ucapnya dalam satu tarikan nafas
“Apakah sudah sah?” Tanya Ustadz
“Sah” ucap kedua saksi yang diamini seluruh warga
Do’a pun kemudian dipanjatkan, setelah wejangan singkat diberikan pada kedua mempelai itu, warga kemudian akhirnya melepaskan Areta dan Rivandra untuk pergi dari situ. Areta dan Rivandra bergegas meninggalkan tempat itu, tempat dimana keduanya sah menjadi suami istri secara agama, tanpa keluarga atau tanpa resepsi. Tak ada kata sepanjang mereka berjalan kaki, beruntung ada taksi yang sedang mangkal tak jauh dari sana, Rivandra dan Areta kemudian bergegas menaiki taksi tersebut menuju kediaman Rivandra.
Sudah seminggu lamanya memang Areta diperbantukan di rumah Rivandra untuk merawat dan menemani Oma Mieke Nenek dari Rivandra, karena perawat yang biasa menangani Oma tiba - tiba pulang kampung, Oma yang sangat pemilih dalam menerima perawatnya itu kesulitan mencari penggantinya, namun begitu melihat Areta yang diutus oleh calon mertua Rivandra, Oma Mieke langsung jatuh hati dan menerima Areta sebagai perawatnya.
“Ceraikan aku Kak” ucap Areta tiba - tiba, Rivandra menoleh, begitu pun dengan sopir taksi yang melihat mereka berdua dari kaca tengah namun kembali fokus ke jalan begitu melihat tatapan Rivandra
“Harus sekarang Areta?” Tanya Rivandra
“Apalagi yang Kakak tunggu? Toh pernikahan kita juga terpaksa Kak, minggu depan Kakak bahkan akan menikah dengan Kak Mauren” tandas Areta
“Pernikahan tadi bukan main - main Areta, meskipun tanpa keluarga tapi saya tetap menganggap pernikahan tadi sah, dan ga mungkin saya menceraikan kamu sekarang juga, itu artinya saya mempermainkan akad yang saya ucap tadi” terang Rivandra panjang lebar, “begini saja Areta, tunggu beberapa hari lagi, sebelum saya menikah dengan Mauren saya akan menceraikan kamu” tutur Rivandra lagi
Areta hanya mendengus kesal tanpa mampu berucap apa pun lagi
”Tenang saja saya tidak akan meminta hak apa pun pada kamu sebagai suami dan saya harap kamu pun begitu, kamu tau kan kalo hati saya cuma untuk Mauren” ucap Rivandra
“Cih.. lagian siapa yang tertarik untuk jadi istri kamu Kak, kalo bukan karena desakan warga yang main hakim sendiri tadi, bahkan ngebayangin jadi istri Kak Rivandra aja aku ogah tau ga?! Sengit Areta “selain dingin akut, Kak Rivandra itu arogan, so cool, kepedan, sok ganteng!” cerocosnya lagi
“Ahahhaha.. begitu penilaian kamu tentang saya selama ini Areta?” Tanya Rivandra sambil terbahak. “Dosa tau kamu ngatain suami kayak gitu!” Ucapnya yang kemudian tertawa terbahak lagi
“Dasar aneh, dikatain malah ketawa!” Sinis Areta “Lagian kamu cuma suami terpaksa Kak, jadi ga usah pake ngomongin dosa segala!” Tambah Areta sambil memonyongkan bibirnya
Namun entah kenapa wajah Areta yang tengah kesal itu jadi hiburan tersendiri untuk Rivandra, lagi - lagi pria tampan yang biasanya dingin itu tertawa terbahak seolah ingin melepaskan beban besar yang baru saja lepas dari pundaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Endang Winarsih
pertama aja udah seru,bagus ceritanya
2023-02-20
0
Yenita Septiana
bab pertama langsung seru abis
2022-11-18
2
Senandung Lanaya
Seru banget author. Semanggaat
2022-09-29
1