(Hai all, welcome ke karya kedua Author Aurora ya, besar harapan Author agar karya kedua ini mendapat antusiasme dari teman - teman semua berupa like, gift, favorite, vote, serta tak lupa kritik dan saran 😊😊. Happy reading all ❤️❤️❤️❤️)
Areta mondar mandir tak tenang di kamarnya, sampai hari pernikahan Rivandra dan Mauren yang berlangsung tadi, Rivandra belum juga menjatuhkan talaknya, itu artinya sekarang ia istri pertama Rivandra sedangkan Mauren istri keduanya, meskipun hanya ia dan Rivandra yang tahu.
Tapi Areta mana tega memposisikan Mauren yang begitu menyayanginya menjadi madunya sendiri, meskipun pernikahannya dengan Rivandra hanya sebatas status saja. Dan Areta bukannya tak berusaha untuk mendapatkan talak dari Rivandra, tapi semenjak pertengkaran terakhirnya dengan Rivandra, Rivandra seolah menghindar darinya, mungkin bukan sengaja menghindar tapi beberapa hari ini Rivandra sibuk di rumah sakit karena pasiennya membludak, ia bahkan pulang ke rumah saat dini hari.
Mama Anna sudah wanti - wanti agar Rivandra mengalihkan tanggung jawabnya pada dokter lain dulu karena hari pernikahannya sudah di depan mata, tapi siapa yang bisa mengalahkan skill Rivandra sebagai dokter bedah di rumah sakit itu? Akhirnya Mama Anna menyerah pada kondisi.
Areta juga sudah seringkali mengirimkan pesan dengan ponsel pemberian Rossy sebagai ganti ponselnya yang dibegal, tapi jangankan membalas, Rivandra bahkan tak membacanya.
“Harus cerai malam ini juga” gumam Areta, ia bertekad untuk menemui Rivandra malam ini untuk meminta talak darinya, Areta lalu beranjak meninggalkan kamarnya menuju ruang tengah dimana keluarga besar Rivandra dan Mauren tengah berkumpul sepulang dari hotel setelah menggelar acara resepsi
Areta mengabsen satu per satu orang yang ada di ruangan itu, namun sosok tinggi tegap Rivandra tak ada diantaranya
“Ta, nyari siapa?” Tanya Mauren yang tiba - tiba ada di belakang Areta, Mauren terlihat cantik dan anggun dengan dress putih bekas resepsinya tadi
“um.. nyari Kak Rivandra, Kak” ucap Areta gugup
“Ngapain nyariin Rivan?” Tanya Mauren
“Ini Kak mau nanyain obat sakit kepala, kepalaku sakit banget dari pagi tadi” sahut Areta sekenanya
“Kamu sakit Ta?” Tanya Mauren sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Areta, nah ini yang membuat Areta makin ingin segera bercerai dari Rivandra, Mauren begitu baik dan perhatian padanya dari dulu.
“Cuma sakit kepala aja Kak, telat makan kayaknya.. hehehe” tutur Areta sambil cengengesan menutupi rasa bersalahnya pada Mauren
“Kamu tuh kebiasaan dari dulu suka nunda - nunda makan, ya udah kamu istirahat aja ya, nanti Kakak minta Rivan buat meriksa kamu, sekarang dia masih di hotel sama temen - temen dokternya”
“Ah iya Kak, makasih ya” ucap Areta sambil memeluk erat Mauren, baginya Mauren itu malaikat penjaganya, dari dulu Mauren selalu membelanya ketika Tante Susan memarahainya.
......................
Rivandra menyenderkan punggungnya di sandaran kursi mobil yang ia tumpangi, nafasnya memburu, beberapa kali ia menelan salivanya karena hasrat yang tiba - tiba membuncah, semua ototnya menegang, ia kemudian terkekeh ketika sadar bahwa teman - teman dokter sekaligus bawahannya di rumah sakit itu telah mencampur minumannya dengan obat perangsang sebagai “hadiah pernikahan”.
Mobil yang ditumpangi Rivandra melaju kencang sesuai dengan perintah Rivandra pada sopir pribadinya itu, Rivandra sudah tak sabar ingin mereguk malam pertama dengan Mauren dan menuntaskan hasratnya yang terus saja memberontak, belum lagi kepalanya yang pusing karena minuman yang dipaksa ia tenggak
Begitu sampai rumah telah sepi, para tamu telah pulang dan semua anggota keluarga sepertinya telah terlelap karena sudah menginjak tengah malam. Rivandra segera menuju ke kamar pengantinnya di lantai dua, membuka pintunya perlahan, dan tanpa basa - basi beringsut naik ke tempat tidurnya yang dipenuhi kelopak bunga mawar merah, ia lalu menatap wajah Mauren yang telah terlelap, wajah cantik yang begitu ia cintai beberapa tahun ini, wanita yang ia sabar nantikan kelulusan kuliahnya agar bisa ia peristri, dan hari ini wanita itu sudah jadi miliknya seutuhnya
Mauren membuka matanya perlahan ketika menyadari sentuhan di dadanya, tanpa basa basi Rivandra langsung menindih tubuh Mauren dan menciumi bibir istrinya itu, bau alkohol menguar dari mulut keduanya, karena Mauren juga sempat minum bersama teman - teman artisnya setelah acara resepsi tadi sebelum ia pulang ke rumah Rivandra.
Kini keduanya saling mencumbu, selain hasrat, pengaruh alkohol juga membuat keduanya lepas kendali
“Rivan, jangan!” Ucap Mauren sesaat ketika Rivan hendak memoloskan istrinya itu
“Kenapa Ren? Aku udah ga bisa nunggu, udah di ujung!” Protes Rivandra
“Aku lagi datang bulan, maaf!” Ucap Mauren ragu
yang sontak membuat Rivandra lemas
Maaf sih gampang, tapi bagaimana nasib pusakanya yang tak mau mengerti bahwa Mauren sedang datang bulan? Batin Rivandra
Rivandra menghirup udara banyak - banyak lantas menghembuskannya perlahan untuk menetralisir nafsunya yang sudah tak karuan, entah berapa dosis yang diberikan teman - temannya tadi yang pasti ia akan bisa bertempur sampai pagi tanpa henti.
“Bobo aja yuk yang, aku udah ngantuk banget, kepalaku juga pusing tadi kebanyakan minum sama temen - temen” ucap Mauren
“Ya udah kamu bobo duluan aja, aku mandi dulu” tutur Rivandra, kesal sih tapi mau bagaimana lagi, semoga mandi bisa mengurangi hasratnya yang kian menyiksa
“Eh Rivan, kamu keberatan ga kalau meriksa kondisi Areta dulu? Tadi dia ngeluh sakit kepala, anak itu sempet punya vertigo dulu, aku khawatir sama kondisinya dia” tutur Mauren yang teringat akan kondisi Areta
“Areta? Astaga!” Gumam Rivandra pelan, ia baru saja teringat jika ia belum menjatuhkan talak pada wanita itu sesuai janjinya, baiklah malam ini juga ia akan menuntaskan status pernikahan mereka.
“Ya udah aku meriksa Areta bentar, kamu tidur duluan aja ya” ucap Rivandra sambil mengecup sayang bibir istrinya
Meskipun kepalanya makin pusing dan pandangannya sedikit berkunang, ia meneruskan langkahnya menuju kamar Areta, semuanya harus selesai malam ini agar tak ada ikatan apa pun antara mereka lagi
Rivandra mengetuk pelan kamar Areta tak ingin sampai membangunkan anggota keluarga yang lain, tak berapa lama pintu kamar Areta dibuka, Rivandra lantas masuk sedang Areta segera menutup pintunya
“Kak, mana janji kamu? Cepet ceraikan aku Kak!” Berondong Areta
Rivandra malah mematung, menatap Areta dari ujung kaki sampai ujung kepala, wanita cantik itu sepertinya baru saja selesai mandi karena rambutnya masih terlilit handuk, sementara piyama satin berwarna merah membalut kulitnya yang putih bersih, otot Rivandra kembali menegang, nafasnya memburu, sejurus kemudian ia mengulang ingatannya saat bibir ranum milik Areta tengah dinikmati oleh Fabian, mata Rivandra mengabut, obat gila itu telah membuat tubuhnya tak terkendali
“Kak, cepetan!”
Ucapan Areta barusan jadi salah arti di telinga Rivandra yang sedang dikuasai nafsu, seketika itu juga ia memburu ke arah Areta, memeluknya erat lantas menggeret badan Areta yang meronta - ronta ke tempat tidur, sementara bibir Rivandra mengunci bibir Areta agar tak berteriak
Rivandra mungkin sudah gila ketika ia kini menindih tubuh Areta yang terus meronta, bibirnya tak juga lepas dari bibir Areta, gadis malang itu benar - benar tak berdaya dibawah kungkungan badan tinggi dan kokoh Rivandra, hatinya merapalkan do’a berharap ada orang yang memergoki mereka, sungguh ia tak rela jika Rivandra lah yang mendapatkan kesuciannya
Segala macam cara ia coba agar lepas dari kungkungan Rivandra dan tangan yang kini membekap mulutnya, sementara bibir Rivandra sibuk menciumi badan atas Areta yang telah polos akibat pakaian yang ia buka paksa
Otak Rivandra memang sedang tak bekerja semestinya, hanya nafsu binatang yang ia miliki sekarang, meskipun gadis itu sekuat tenaga melawannya dengan wajah penuh derai air mata tapi Rivandra tak peduli, kini pusakanya telah merobek harta satu - satunya milik Areta, membuat gadis itu tak lagi melawan, telat sudah baginya untuk melawan, kini hancur sudah hidupnya, harapannya, dan mimpinya untuk bersama Fabian
Areta hanya bisa menatap penuh benci dan dendam pada Rivandra yang masih saja menggagahinya tanpa belas kasihan, hingga pria itu meraung merasakan pelepasannya di dalam rahim Areta. Lantas beringsut dari tempat tidur, meraih kemejanya yang teronggok di lantai, membenarkan resleting celananya yang tadi terbuka, lalu bangkit berdiri dan berjalan sempoyongan keluar dari kamar itu, meninggalkan Areta yang kini menangis meraung - raung.
Areta mengamuk, menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya, merobek seprai dengan noda darah dan cairan dari pria jahanam yang merenggut paksa mahkotanya, rasa sakit pada bagian inti dan badannya tak sesakit hatinya, apa yang harus ia lakukan sekarang? Pada siapa ia harus mengadukan nasibnya, haruskah ia membuka semuanya namun membuat pernikahan Mauren hancur?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
waduh, Rivandra mem** *kosa istri sirih nya sendiri
2023-05-24
0