Terikat Tanpa Kepastian

Pagi ini semua anggota keluarga berkumpul menikmati sarapan pagi perdana mereka dengan Mauren sebagai menantu, semua terlihat bahagia, sesekali menggoda kedua mempelai tentang malam pertama mereka

“Rivandra, kok kamu diem aja sih? Itu sarapannya juga ga di makan dari tadi?” Tanya Anna pada anaknya yang sejak tadi diam dan termenung

“Capek kali Ma, semaleman kerja keras sama Mauren! Ahahha.. “ Rossy tertawa lepas, yang lain ikut terbahak, puas menggoda pengantin baru

Mauren hanya tersipu malu tak berani mengungkapkan bahwa belum ada malam pertama antara ia dan suaminya karena ia sedang datang bulan

Tak lama, Oma Mieke datang dengan kursi rodanya, dibelakangnya Areta dengan setia mendorongnya perlahan, Rivandra melayangkan pandangannya pada Areta, wajah Areta tampak pucat, matanya bengkak dan sembab, jalannya sedikit berbeda. Rivandra menunduk, kemudian memaki dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan pada wanita malang itu tadi malam

“Selamat pagi Oma” ucap Rossy pada nenek tersayangnya

“Selamat pagi bunga mawar Oma yang cantik!” Sahut Oma Mieke sumringah

“Kalau Rossy bunga mawarnya Oma, terus Mama bunga apa dong?” Goda Rossy

“Dia jelas bunga anggrek dong, elegan dan mahal” jawab Oma Mieke yang membuat Anna tersenyum malu - malu

“Terus kalau Areta?” Tanya Rossy lagi

“Dia bunga lily, bunga paling cantik dan anggun”

“Nah kalau Mauren?”

Pertanyaan Rossy ini membuat semua orang menahan nafasnya, Rossy merutuki dirinya sendiri yang lupa bagaimana rasa tidak suka Oma Mieke pada Mauren

“Dia bunga raflesia!” Jawab Oma yang kemudian cekikikan, puas karena berhasil membuat wajah Mauren kini merah padam

Rivandra menggenggam tangan istrinya, agar istrinya tahu kalau ia ada disitu bersamanya

“Aku ga apa - apa kok, aku yakin lama - lama Oma bisa nerima aku” bisik Mauren

“Loh Areta, kamu sakit? Kok kamu pucat gitu?” Tanya Julian yang menyadari wajah Areta kini pucat pasi

“Areta kamu masih sakit kepala? Tadi malam Revan udah meriksa kamu kan?” Tanya Mauren

Deg

Rivandra merasa dadanya tiba - tiba sesak, jantungnya berdebar kencang, badannya gemetaran, bagaimana jika Areta menceritakan apa yang telah ia lakukan padanya tadi malam di depan semua orang?

Areta mendongak, lalu melayangkan tatapannya yang tajam pada Rivandra

“Areta ga apa - apa kok Om Julian, Kak Mauren. Dokter Rivandra udah meriksa dan memberikan obat terbaik tadi malam” jawab Areta yang menohok hati Rivandra

“Syukurlah! Tapi kalau kamu masih ga enak badan kamu istirahat aja, nanti biar Rossy yang jagain Oma, Ta” timpal Anna

“Iya Areta, saya perhatikan kamu juga jalannya kayak orang kesakitan gitu, kayak ga nyaman, mending kamu istirahat aja ya” tutur Julian lagi

Areta ingin menangis, hatinya campur aduk, ia ingin sekali menceritakan tentang apa yang Rivandra lakukan padanya tadi malam, tapi mana mungkin ia tega menghancurkan hati keluarga yang begitu baik padanya

“Areta beneran ga apa - apa Om, cuma butuh minum vitamin aja” jawab Areta

Julian hanya mengangguk - angguk, percaya akan omongan Areta, keluarga itu kembali sibuk pada santapannya sambil ngobrol bersama

Hanya Oma Mieke yang sadar akan tatapan aneh antara Rivandra dan Areta yang kini saling pandang.

...****************...

Oma baru saja terlelap setelah Areta memandikan dan menidurkannya, badan Areta yang masih merasa ngilu membuatnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak.

Areta membaringkan badannya yang terasa remuk redam, matanya menatap kosong langit - langit kamarnya, air matanya jatuh tanpa di komando. Ia lalu meraih ponselnya yang terus saja berdering, nama Fabian kembali tertera di layar ponselnya, sudah puluhan kali pria impiannya itu menelepon dirinya dari tadi pagi, namun enggan ia gubris, ia merasa sudah kotor, tak ada lagi yang bisa ia banggakan di depan Fabian.

Bibir Areta bergetar meloloskan isakan tangisnya, jahat sekali laki - laki yang katanya terhormat itu, entah iblis mana yang merasukinya hingga ia tega merebut kesucian Areta bahkan di malam pertama pernikahannya.

Areta bukannya tak mendengar ketika ada orang yang masuk ke kamarnya, namun ia malas bergerak, enggan menatap orang yang ia tahu siapa, bau parfumnya tak mungkin Areta bisa lupakan seumur hidupnya

“Areta, bisa kita bicara sebentar?” Ucap Rivandra dengan suara bergetar, Areta tak bergeming, ia masih berbaring dan menatap langit - langit, air matanya belum berhenti.

“Areta, tolong, kita butuh bicara!” Lirih Rivandra

“Ceraikan aku!” Hanya itu yang terucap di bibir Areta

“Justru itu Areta, setelah apa yang terjadi makin mustahil buat saya untuk menceraikan kamu sekarang” omongan Rivandra ini mampu membuat Areta seketika bangun dan mendudukkan dirinya, matanya yang bengkak menatap nyalang Rivandra, sang penghancur hidupnya

“Belum puas kamu menghancurkan hidup aku Tuan Rivandra? Apa salahku sampai menceraikanku pun kamu ga mau?” Semprot Areta

“Bukan gitu Areta, saya akan menceraikan kamu, tapi ga sekarang, kita tunggu sebulan lagi” sahut Rivandra

“Ceraikan aku sekarang Kak, aku ga mau punya ikatan apa pun lagi sama kamu!”

“Kita tunggu kepastian kamu hamil atau enggak nanti”

Deg

Areta mematung, ia tak berpikir sejauh itu, belum berpikir sampai kesana tepatnya, saat ini saja rasanya ia masih seperti mengalami mimpi buruk

Rivandra maju mendekat dan berdiri di sebelah tempat tidur Areta

“Kalau kamu hamil saya akan bertanggung jawab!” Ucap Rivandra

Areta mendengus kesal

“Aku ga mau jadi madu Kak Mauren!” Sengit Areta

“Ga akan, saya pun ga mau membagi cinta saya pada Mauren dengan siapa pun!” Sahut Rivandra

“Jadi apa maksud kamu Kak?”

“Kalau kamu hamil saya akan bertanggung jawab menjadi ayah anak itu, tapi bukan sebagai suami kamu”

“Gila” sengit Areta

“Areta saya mohon mengerti lah, saya ga mau menceraikan kamu pada saat kita belum mengetahui apa kamu hamil atau tidak, kalau kamu sudah pasti hamil saya akan menceraikan kamu, tapi saya pastikan saya akan bertanggung jawab pada anak saya nanti”

Areta menggelengkan kepalanya, entah terbuat dari apa hati Rivandra itu? Apa dia sama sekali tidak mempertimbangkan perasaan Areta, bukannya ia minta maaf atas kejadian tadi malam, ia justru menyiram luka yang masih sangat basah itu

“Apa karena kamu orang kaya lantas semua harus sesuai dengan keinginan kamu Kak?” Sinis Areta

“Tidak ada yang atas dasar keinginan saya, Areta”

”Apa? Apa aku ga salah denger Kak? Tadi malam kamu datang ke kamarku atas dasar keinginan kamu sendiri dan kamu merenggut kehormatanku atas dasar keinginan kamu sendiri Kak!” Sengit Areta

“Saya terpengaruh obat perangsang dan saya mabuk Areta, apa yang tadi malam itu kecelakaan, sama dengan pernikahan kita” sentak Rivandra

Areta memejamkan matanya, kata - kata Rivandra kembali merobek harga dirinya yang memang sudah tercabik - cabik, apa Rivandra ingin ia melupakan kejadian tadi malam dengan alasan kecelakaan? Rivandra memang benar - benar iblis berhati dingin, batin Areta.

“Jadi aku mohon Areta, jangan ceritakan ini pada siapa pun, dan tunggu satu bulan lagi sampai saya menjatuhkan talak” tutur Rivandra sambil mengeluarkan selembar kertas yang sudah terlipat

“Tolong baca ini, ini adalah surat perjanjian antara kita, isinya adalah kesanggupan saya untuk menghidupi anak saya jika kamu memang hamil nantinya, dan juga kompensasi sebesar sepuluh milyar rupiah terlepas dari kamu hamil atau tidak”

“Kompensasi?” Mata Areta membulat, apa ia disamakan dengan wanita penghibur yang dinikmati lantas dibayar?

“Kenapa? apa masih kurang? Tinggal sebutin aja berapa yang kamu mau, saya akan ganti nominalnya” tutur Rivandra

Areta benar - benar muak dengan laki - laki di hadapannya ini, andai ia bisa sudah ia hajar habis - habisan suami sepupunya itu

“Udah lah Areta, saya tau kamu butuh uang, ambil aja, kamu kan bisa memulai hidup baru dan lepas dari Tante sama Om kamu” tutur Rivandra enteng

Hati perempuan mana yang tak tercabik mendapat penghinaan sedemikian rupa setelah kehormatannya direnggut paksa, tapi nalar Areta setuju dengan omongan Rivandra, ia memang butuh uang itu untuk lepas dari Om dan Tantenya, ia pun tak ingin jika ia memang hamil nanti anaknya lahir tanpa pengakuan Ayahnya, ia tak ingin anaknya bernasib seperti dirinya, tidak ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

“Gimana, kamu setuju?”

Areta mengangguk pelan

Rivandra tersenyum puas, ia lalu meraih pena yang tersalip di saku kemejanya, lalu menyerahkannya pada Areta, Areta menarik nafasnya sebelum kemudian ia menanda tangani surat perjanjian itu.

“Kamu simpen baik - baik surat ini, ini bukti pertanggung jawaban saya, jadi jangan pernah berpikir sekali pun untuk membongkar apa pun yang telah terjadi pada kita, saya ga mau sampai kehilangan Mauren, saya cinta banget sama dia” tandas Rivandra

Air mata Areta kembali lolos seiring dengan langkah Rivandra yang meninggalkan kamarnya, mungkin begini nasib orang sepertinya di mata orang kaya, dibeli, diinjak - injak, dikendalikan semaunya.

Ponsel Areta kembali berdering, awalnya ia enggan menjawab, tapi deringnya tak juga berhenti, entah siapa yang pantang menyerah menghubunginya, tangan Areta meraih ponsel yang teronggok tak jauh darinya

“Kak Fabian” gumam Areta begitu melihat nama Fabian di layar ponsel, ia menimbang sebentar, mengumpulkan keberanian sebesar - besarnya, lalu berdehem menetralkan suaranya

“Kak” sapanya pada Fabian

“Areta, kamu nangis?” Tanya Fabian

“Enggak” sahut Areta

“Jangan bohong” timpal Fabian

“Enggak bohong” sahut Areta lagi

“Ayolah Areta, aku tau suara kamu kalau nangis”

“Emang gimana suaranya?”

“Manja! Hahhaha.. “ tawa Fabian terdengar renyah di telinga Areta

“Sok tau” ucap Areta

“Tau dong, bahkan rasa bibir kamu aja Kakak tau”

“Kak, ih!” Areta mengerucutkan bibirnya mendapat godaan dari Fabian

“Kenapa, mau dicium lagi?”

“Kak!!” Sewot Areta

“Ahhahha.. kalau kamu mau, Kakak kesana sekarang”

“Jangan, kapan - kapan aja”

“Jadi kapan - kapan mau dicium lagi?”

“Kak Fabian, sudah lah!” Protes Areta, wajahnya memanas karena malu, senyum terbit di wajahnya yang cantik, namun seketika senyumnya meredup ketika matanya tak sengaja menangkap surat perjanjian yang tergeletak di depannya

“Kak, ada yang mau Areta tanyain”

“Nanya apa? Nanya gimana rasanya ciuman sama kamu?”

“Kak, serius!”

“Ya udah nanya apa?”

“Kalau misalnya pacar Kakak udah ga perawan, Kak Fabian masih mau terima apa enggak?” Tanya Areta memberanikan diri dan menunggu jawaban Fabian dengan harap - harap cemas

Fabian hening sebentar

“Emmmmhh, Kakak ga mau yang bekas sih, tapi kalau kamu yang ga perawan, Kakak terima aja kok! Ahahahha.. “ jawab Fabian sambil tertawa terbahak

Areta menghela lega nafasnya, entah Fabian tadi bercanda atau tidak, buatnya harapan itu kembali muncul.

“Ya udah Kakak kerja lagi ya, kamu jaga diri baik - baik, ngomong - ngomong Kakak suka rasa strawberru di bibir kamu! Hehhehe..” ucap Fabian sambil cengengesan

“Semangat kerjanya Kak”

“Sayang kamu Areta” ucap Fabian yang lalu mengakhiri pembicaraan mereka

Deg..

Jantung Areta serasa berhenti, apa ia tak salah dengar tadi?

Areta mengipas - ngipas wajahnya yang memanas, ia lalu mengusap sisa air matanya, senyumnya ia terbitkan kembali, ia lalu membaringkan tubuhnya, tangannya ia bawa memilin - milin kalung pemberian Fabian, semoga apa yang ia dengar tadi benar adanya, sehingga semua perjuangannya selama ini membuahkan hasil, hanya Fabian yang selama ini jadi tujuannya, hanya Fabian yang membuatnya bersemangat di tengah keterpurukannya sebagai seorang yatim piatu dan anak haram.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ambil uangya pergi jauh... percuma lo keluar dr rivanda masuk k febian sama aja

2024-01-01

0

Tiwik Firdaus

Tiwik Firdaus

pindah aja dari situ areta yang jauh lalai perlu keluar negeri biar tsu rasa rvindra

2023-03-22

0

Senandung Lanaya

Senandung Lanaya

Author semangat, ayo up lagi. 🔥

2022-09-29

1

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Tanpa Resepsi
2 Pengantin Tanpa Malam Pertama
3 Saling Membenci
4 Tragedi
5 Terikat Tanpa Kepastian
6 Kecurigaan Oma
7 Honeymoon Untuk Dua Istri
8 Pacar Untuk Areta
9 Terbongkar
10 Kewajiban Suami Istri
11 Kehamilan Areta
12 Kemarahan Rossy
13 Perhatian Rivandra
14 Dingin Kembali
15 Hangat
16 Keluar Bersama
17 Basah
18 Malam Pertama
19 Mauren VS Areta
20 Kecurigaan Mauren
21 Sesak
22 Status
23 Ingin Lari
24 Ringkih
25 Fabian
26 Rivandra Makin Galau
27 Pertolongan
28 Akal Bulus
29 Ketika Takdir Bicara
30 Menggoda
31 Kegilaan Fabian
32 Rumah Kita
33 Periksa Kandungan
34 Kemana Rivandra?
35 Pertengkaran Pertama
36 Kebenaran Terungkap
37 Usaha Fabian dan Mauren
38 Dia Anakku!
39 Pesona Istri Pertama
40 Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41 Semua Rahasia Terbongkar
42 Buka Saja Semuanya!
43 Jeratan Areta
44 Kegelisahan Keluarga Mauren
45 Permintaan Mauren
46 Curahan Hati Rivandra
47 Titik Lelah Rivandra
48 Jangan Siksa Saya, Areta!
49 Semua Gara - Gara Areta!
50 Baby Areta dan Rivandra
51 Happy Honeymoon
52 Lembayung Senja
53 Berpeluh
54 Keputusan Rivandra
55 Akibat
56 Pilihan Yang Sulit
57 Aku akan baik - baik saja
58 Hancur Lebur
59 Kebusukan
60 Membuka Tabir Satu Per Satu
61 Akhir Kecurangan
62 Jarum dalam tumpukan jerami
63 Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64 Ada apa ini?
65 Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66 Jangan Ganggu Suamiku!
67 Buku Nikah
68 Mengusik Akan Terusik
69 Lamaran Dave Untuk Mauren
70 Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71 Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72 Terima Kasih Mama dan Papa
73 Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74 Tak Selalu Mulus
75 Krisis Percaya Diri
76 Kerikil Dalam Rumah Tangga
77 Pertengkaran
78 Pesona Seorang Rossy
79 Perlindungan Seorang Suami
80 Semakin Bucin
81 Mertua
82 Menusuk Dari Belakang
83 Kasih Sayang Julian
84 Lamaran
85 Kepergian
86 Kebahagiaan Setelah Duka
87 Update Karya Baru
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pernikahan Tanpa Resepsi
2
Pengantin Tanpa Malam Pertama
3
Saling Membenci
4
Tragedi
5
Terikat Tanpa Kepastian
6
Kecurigaan Oma
7
Honeymoon Untuk Dua Istri
8
Pacar Untuk Areta
9
Terbongkar
10
Kewajiban Suami Istri
11
Kehamilan Areta
12
Kemarahan Rossy
13
Perhatian Rivandra
14
Dingin Kembali
15
Hangat
16
Keluar Bersama
17
Basah
18
Malam Pertama
19
Mauren VS Areta
20
Kecurigaan Mauren
21
Sesak
22
Status
23
Ingin Lari
24
Ringkih
25
Fabian
26
Rivandra Makin Galau
27
Pertolongan
28
Akal Bulus
29
Ketika Takdir Bicara
30
Menggoda
31
Kegilaan Fabian
32
Rumah Kita
33
Periksa Kandungan
34
Kemana Rivandra?
35
Pertengkaran Pertama
36
Kebenaran Terungkap
37
Usaha Fabian dan Mauren
38
Dia Anakku!
39
Pesona Istri Pertama
40
Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41
Semua Rahasia Terbongkar
42
Buka Saja Semuanya!
43
Jeratan Areta
44
Kegelisahan Keluarga Mauren
45
Permintaan Mauren
46
Curahan Hati Rivandra
47
Titik Lelah Rivandra
48
Jangan Siksa Saya, Areta!
49
Semua Gara - Gara Areta!
50
Baby Areta dan Rivandra
51
Happy Honeymoon
52
Lembayung Senja
53
Berpeluh
54
Keputusan Rivandra
55
Akibat
56
Pilihan Yang Sulit
57
Aku akan baik - baik saja
58
Hancur Lebur
59
Kebusukan
60
Membuka Tabir Satu Per Satu
61
Akhir Kecurangan
62
Jarum dalam tumpukan jerami
63
Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64
Ada apa ini?
65
Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66
Jangan Ganggu Suamiku!
67
Buku Nikah
68
Mengusik Akan Terusik
69
Lamaran Dave Untuk Mauren
70
Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71
Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72
Terima Kasih Mama dan Papa
73
Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74
Tak Selalu Mulus
75
Krisis Percaya Diri
76
Kerikil Dalam Rumah Tangga
77
Pertengkaran
78
Pesona Seorang Rossy
79
Perlindungan Seorang Suami
80
Semakin Bucin
81
Mertua
82
Menusuk Dari Belakang
83
Kasih Sayang Julian
84
Lamaran
85
Kepergian
86
Kebahagiaan Setelah Duka
87
Update Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!