Hangat

“Suuutt” bisiknya pada wanita yang tengah menenggelamkan kepala di dadanya, Areta bukannya mau begini tapi rasa takutnya tertangkap basah bersama Rivandra lebih besar dibanding rasa gugupnya sekarang. Dalam diam Areta mendengarkan degup jantung Rivandra, teratur tapi cepat, parfumnya, dada bidangnya, ah Areta nyaman begitu pun Rivandra.

❤️❤️❤️

**dag dig dug, Areta mengirup oksigen banyak - banyak, tapi malah parfum Rivandra yang makin tercium, Areta membalik wajahnya mengganti pipi kirinya yang dari tadi menempel di dada bidang Rivandra, merasa Areta tak tenang tangan Rivandra refleks membelai lembut kepala Areta, tangannya yang kekar makin mendekap erat, Areta nyaris tak bisa bernafas dibuatnya, ingin segera lepas tapi tak mungkin, membuat sedikit saja suara maka sudah pasti semua rahasia terbongkar, jadi ia hanya bisa menunggu di dekapan Rivandra.

“Jangan banyak gerak, diem dulu” bisik Rivandra

Badan tak bisa gerak, tapi mulut Areta yang protes “Ga gerak kok, orang dipeluk erat gini, gimana mau gerak” gumamnya sangat pelan

“Areta, suuuttt” bisik Rivandra lagi, suara derap langkah makin jelas, makin mendekat, kedua orang itu makin takut, nostalgia kejadian beberapa minggu lalu yang menimpa mereka, serupa tapi tak sama.

Derap langkah makin jelas, berhenti sebentar, suara denting sendok terkena mangkuk terdengar, sepertinya orang itu telah memergoki sop iga yang mereka tinggalkan begitu saja di meja dapur

“Siapa yang makan malem - malem gini?” SuaraTante Anna bermonolog, kemudian lanjut melangkah lagi, makin dekat ke tempat persembunyian mereka

Areta memejamkan mata, tak sanggup melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, tangannya yang tadi menggantung refleks memeluk punggung Rivandra, makin mengeratkan pelukannya minta perlindungan. Pria jangkung itu seperti paham, mengikuti impuls mencium pucuk kepala Areta dengan hidungnya, hembusan nafas dari hidungnya hangat di ubun - ubun istrinya, syahdu. Irama jantung Rivandra makin tak beraturan di telinga Areta, Areta pun sama nyaris pingsan rasanya.

Tante Anna berhenti sebentar di depan wastafel, beberapa langkah dari tempat persembunyian anak dan menantu rahasianya itu, mengatupkan keran yang airnya menetes sedikit

“Kebiasan ini, pasti si Mba lupa nutup kerannya lagi” lanjut Anna bermonolog, selesai dengan kerannya, Tante Anna berbalik badan, melangkah sebentar lalu berhenti, “trek trek” suara saklar lampu dimatikan serempak, dapur seketika gelap gulita, menyisakan lampu kabinet kitchen set, temaram cahayanya.

Urusan lampu beres langkah Anna terdengar lagi melaju keluar dari area dapur, langkahnya mulai samar tapi sejoli itu tak beranjak, hening jadi patung dalam kegelapan.

Ibu hamil itu menggeliat sedikit, tapi tangannya tetap di punggung Rivandra, pipi kanannya masih menempel di dada bidang sang pria, telinganya masih betah mendengar irama jantung Rivandra yang tak beraturan

“U-udah pergi belum ya?” Bisik Areta terbata, nyaris tak terdengar, ngeri jika Tante Anna ternyata masih disana

“Suuutt.. masih kayaknya, diem aja dulu, tenang” Rivandra sabar mengelus surai Areta, jantungnya sudah bekerja normal, tapi hati dan gugupnya tidak. Ia nyaman, sangat nyaman memeluk Areta. Senang bisa melindungi, merasa dibutuhkan, dan sumpah demi apa pun enggan melepaskan.

Areta terkantuk - kantuk, hanyut dalam buaian, cuma kaki yang mulai kebas yang mengingatkannya kalau ia masih dalam posisi bersembunyi

“Udah ga ada kayaknya Kak” bisik Areta, Rivandra hanya meneguk salivanya, entah lah kenapa ia tak rela betul mengurai pelukannya.

Tak ada reaksi, Areta menggeliat lagi, menurunkan tangannya dari punggung Rivandra, pelan mendorong dada bidang itu agar meloloskannya, berhasil sebentar tapi tangan kekar itu mendekapnya kembali.

“Sebentar lagi Areta, sebentar lagi….” Tutur Rivandra setengah meminta, Areta yang jiwa patuhnya sudah terbentuk sempurna manut, bagai anak ayam yang sedang dierami induknya Areta merasa hangat dipelukan pria dingin itu.

“Kak udah, Tante Anna udah ga ada” bisik Areta tanpa bergerak, hanya iris matanya saja yang bergerak ke kanan dan ke kiri menunggu jawaban

“Kak” ulang Areta, mulai jengkel karena Rivandra tak bergeming

Menghela nafasnya pelan, badan Areta mulai bergerak - gerak, pelan memisahkan badannya dari Rivandra, memberi jarak hingga tangan kokoh itu terlepas, wajah Rivandra tampak sendu.

Areta berdehem, mengurai kegugupannya yang ampun - ampunan, “Kak, aku ke kamar dulu ya, ngantuk” ucapnya

Rivandra menghembuskan nafasnya, melepaskan diri dari tembok yang sejak dari tadi jadi sandarannya, “Saya ikut ya”

“Ga usah Kak, nanti malah ada yang lihat” sahut Areta enggan

“Saya masih belum selesai merhatiin kamu Areta, kan saya udah janji” ucap Rivandra keukeuh

“Ck.. ya udah, tapi jangan lama - lama, nanti malah ada yang liat” sahut Areta kesal

“Iya, cuma sampai kamu tidur doang” ucap Rivandra senang wajahnya berseri

Areta melangkahkan kakinya pelan, Rivandra menyusul dibelakangnya, sabar menyesuaikan langkahnya dengan Areta

“Kak Mauren?” Nyaris lupa kalau pria ini punya istri lain, Areta seketika berhenti, hampir saja Rivandra menubruknya, matanya menoleh pada Rivandra

“Lagi syuting acara talk show, besok siang baru pulang” tutur Rivandra wajahnya berubah tak senang, gurat kesedihan tampak di wajah tampannya

“Ouw” sahut Areta, tak ingin membahasnya lebih lanjut, ia meneruskan langkah sepelan mungkin

“Areta” panggil Rivandra sambil menarik tangan Areta dari belakang, Areta otomatis berhenti

“Kenapa lagi?” Tanya Areta jengkel

“Kamu udah minum susu hamil?” Tanya Rivandra bermaksud mengingatkan

Areta menggelengkan kepalanya “belum sempet Kak” ucapnya

Dokter tampan itu menghela nafasnya

“Ada dispenser ga di kamar kamu?” Tanya Rivandra

Areta menggeleng lagi

“Tunggu bentar” ucapnya, Rivandra gegas berbalik ke arah dapur, sementara Areta berdiri mematung di sisi tembok, memastikan dirinya tak terlihat jika ada yang datang

Tak lama Rivandra kembali, tangannya penuh membawa gelas, sendok, dan termos kecil

“Yuk” ucapnya, lalu memimpin Areta berjalan di depannya.

****************

Rivandra celingukan sebentar melihat sekeliling ruangan depan kamar Areta, memastikan tak ada yang melihat mereka, lalu “blam” pintu kamar Areta tertutup.

Areta yang sudah lelah meringkukan kakinya dirinya di tempat tidur, sementara Rivandra sibuk membuatkan susu hamil untuk Areta

Rivandra duduk di tepi ranjang Areta, mengelus pelan lengan wanita cantik yang hampir terpejam itu

“Minum susu dulu, Areta” ucapnya lembut

Areta menggeliat sebentar tapi tak kuat membuka matanya “nanti aja Kak” ucap Areta serak

Pria itu tersenyum, gemas melihat Areta yang tidur meringkuk memeluk gulingnya “Nanti kamu lupa, kamu juga belum bersih - bersih kan?” Tutur Rivandra

Masih dengan merem, Areta membenar - benarkan bantalnya “Cuma merem bentar Kak, capek banget, lagian aku ada janjian video call entar lagi sama Kak Kenzo, bentar aja minum susunya” ucapnya

Rivandra menarik tangannya dari lengan Areta, Areta janjian video call dengan Kenzo? Artinya mereka masih berhubungan? Batin Rivandra, rasa kecewa terbit di hati entah darimana datangnya

“Ya sudah, saya ke kamar dulu, susunya saya simpen di atas meja” ucapnya datar, Rivandra kemudian beringsut bangkit, melangkah keluar kamar Areta, “Blam” suara pintu kamar terdengar ditutup. Areta memicingkan matanya yang sudah berat dan melihat ke arah pintu yang sudah tertutup, lantas terpejam kembali.

** Tertidur sebentar saja membuat wanita itu segar kembali, Areta menggeliat, lantas mengucek matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah segelas susu yang ia ingat buatan Rivandra tadi, susu yang sudah dingin itu ditenggaknya hingga habis. Sekilas ia mengingat kejadian tadi, pria dingin itu sangat lembut dan hangat ketika tadi mereka bersembunyi, kalau dipikir sepertinya sikap Rivandra gampang sekali berubah awalnya sangat dingin tapi kemudian ia menghangat bahkan terlalu dekat, seperti tadi.. bau parfum pria itu bahkan masih menempel di bajunya, mengingat Rivandra dia mengingat Kenzo.. astaga, ia lupa janjian panggilan videonya dengan Kenzo

Areta beringsut duduk, meraih ponselnya di atas meja tepat di belakang gelas susu tadi, puluhan panggilan video dan panggilan suara tak terjawab muncul di layar ponsel Areta, belum lagi beberapa pesan masuk, isinya Kenzo semua dan satu pesan dari.. Fabian

Deg..

Areta membelalakan matanya, memastikan jika ia tak salah membaca nama Fabian, jari lentiknya ragu membuka pesan dari pria yang lama mengisi hatinya itu, jantungnya sudah berdebar duluan, hampir sekitar 10 menit Areta menimbang, akhirnya pesan Fabian ia buka juga

“Areta” hanya itu isi pesan Fabian beberapa jam tadi, jarinya gatal untuk membalas tapi hatinya tak mengizinkan, ia tak ingin lagi berhubungan dengan Fabian, cukup sudah. Lagi pula Areta kini sudah menikah dan mengandung apa lagi yang bisa di harapkan, ia bahkan tak tahu bagaimana reaksi Kenzo nanti ketika sudah saatnya Areta memberitahukan kondisinya dan mundur dari perjodohannya. Areta meletakkan kembali kepalanya di bantal, ponselnya ia genggam di tangan, patah hatinya terasa kembali, perih sangat perih.

Ponsel di tangan Areta bergetar, terlanjur malas ia biarkan saja, beberapa pesan sepertinya masuk, ingin ia abaikan, tapi rasa penasaran menggelitik mengalahkan kemalasannya, Areta membawa ponsel ke depan wajahnya, membuka aplikasi perpesanan, matanya membelalak, bukan Kenzo atau Fabian ternyata, melainkan Rivandra

[Masih online juga? Ini udah larut malam!] Tulisnya, Areta beringsut duduk, kaget bukan kepalang, baru kali kedua pria arogan itu mengirimnya pesan setelah dulu kali pertama ia pernah mengirim pesan pada Rivandra atas suruhan Mauren, dan hanya dibalas dengan huruf ‘Y’, demi apa pun arogansi pria itu tak ada yang mengalahkan, dan malam ini ia mengirim pesan pada Areta, kesambet apa pria dingin itu hari ini? Batin Areta.

Belum sempat Areta membalas, Rivandra mengiriminya lagi pesan

[kenapa ga dibales? Saya ke kamar kamu sekarang] tulisnya

“Astaga, kenapa lagi dia?” Tutur Areta frustasi, Areta sigap bangkit, lalu melangkah cepat ke depan meja rias, menyisir kilat rambutnya yang sedikit berantakan, dan membubuhkan lip balm di bibirnya.

Tak lama pintu Areta diketuk, hanya sekali karena Rivandra langsung menerobos masuk tanpa di komando, bahkan Areta saja masih di depan meja riasnya

“Kak, ngapain? Kalau ada yang lihat gimana Kak?” Cerocos Areta kesal sambil bangkit dari duduknya

Rivandra berdehem

“Cuma mau nganterin ini” ujarnya sambil menyodorkan kantong plastik penuh berisi aneka roti, cokelat, dan kacang - kacangan, “jangan makan mi instan lagi, bilang sama saya kalau kamu mau makan yang lain” ucapnya

“Ah iya, terima kasih atas perhatiannya Kak” ucap Areta sopan

“Um.. kamu udah selesai video call sama Kenzonya?” Tanya Rivandra, matanya menyapu ke seluruh ruangan, entah mencari apa

“Ga jadi Kak, aku ketiduran tadi” sahut Areta sendu

“Baguslah, udah terlalu malem, sebaiknya kamu istirahat, begadang ga bagus kandungan kamu” tuturnya

“Ah iya baik” sahut Areta, seperti biasa manut, sudah mendarah daging memang kepatuhannya

Rivandra tersenyum puas, “saya seneng kalau kamu nurut gitu” ucapnya, sebelah tangannya mengacak rambut Areta yang baru saja disisir

Deg..

Areta mematung, tak lama ia meringis.. yakin kalau Rivandra punya dua kepribadian

“Ya udah, selamat malam” ucap Rivandra lalu beranjak dari kamarnya.

Areta menghela nafasnya, lalu meletakkan kantong plastik itu begitu saja diatas meja, ia sudah tak berselera makan, pesan dari Fabian tadi cukup mengusiknya, mungkin cintanya belum padam, tapi keinginannya untuk bersama Fabian sekarang itu jelas kemustahilan. Ada Aurel di sisi Fabian, dan padanya ada anak yang dikandung serta status istri rahasia adik ipar Fabian sendiri, hidup Areta rumit, teramat rumit.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

hubungan seperti apa yg diinginkan areta hamil dengn suami kakakya..... jatuh cinta dengan kk sepupuya tp tak bisa dimiliki trus mau d jodohkn dengn kondisi hamil..... mending kabur areta...

2024-01-02

0

Linda.w

Linda.w

hxhxbbxb

2022-10-08

0

Ami Tarmini

Ami Tarmini

lanjut

2022-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Tanpa Resepsi
2 Pengantin Tanpa Malam Pertama
3 Saling Membenci
4 Tragedi
5 Terikat Tanpa Kepastian
6 Kecurigaan Oma
7 Honeymoon Untuk Dua Istri
8 Pacar Untuk Areta
9 Terbongkar
10 Kewajiban Suami Istri
11 Kehamilan Areta
12 Kemarahan Rossy
13 Perhatian Rivandra
14 Dingin Kembali
15 Hangat
16 Keluar Bersama
17 Basah
18 Malam Pertama
19 Mauren VS Areta
20 Kecurigaan Mauren
21 Sesak
22 Status
23 Ingin Lari
24 Ringkih
25 Fabian
26 Rivandra Makin Galau
27 Pertolongan
28 Akal Bulus
29 Ketika Takdir Bicara
30 Menggoda
31 Kegilaan Fabian
32 Rumah Kita
33 Periksa Kandungan
34 Kemana Rivandra?
35 Pertengkaran Pertama
36 Kebenaran Terungkap
37 Usaha Fabian dan Mauren
38 Dia Anakku!
39 Pesona Istri Pertama
40 Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41 Semua Rahasia Terbongkar
42 Buka Saja Semuanya!
43 Jeratan Areta
44 Kegelisahan Keluarga Mauren
45 Permintaan Mauren
46 Curahan Hati Rivandra
47 Titik Lelah Rivandra
48 Jangan Siksa Saya, Areta!
49 Semua Gara - Gara Areta!
50 Baby Areta dan Rivandra
51 Happy Honeymoon
52 Lembayung Senja
53 Berpeluh
54 Keputusan Rivandra
55 Akibat
56 Pilihan Yang Sulit
57 Aku akan baik - baik saja
58 Hancur Lebur
59 Kebusukan
60 Membuka Tabir Satu Per Satu
61 Akhir Kecurangan
62 Jarum dalam tumpukan jerami
63 Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64 Ada apa ini?
65 Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66 Jangan Ganggu Suamiku!
67 Buku Nikah
68 Mengusik Akan Terusik
69 Lamaran Dave Untuk Mauren
70 Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71 Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72 Terima Kasih Mama dan Papa
73 Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74 Tak Selalu Mulus
75 Krisis Percaya Diri
76 Kerikil Dalam Rumah Tangga
77 Pertengkaran
78 Pesona Seorang Rossy
79 Perlindungan Seorang Suami
80 Semakin Bucin
81 Mertua
82 Menusuk Dari Belakang
83 Kasih Sayang Julian
84 Lamaran
85 Kepergian
86 Kebahagiaan Setelah Duka
87 Update Karya Baru
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pernikahan Tanpa Resepsi
2
Pengantin Tanpa Malam Pertama
3
Saling Membenci
4
Tragedi
5
Terikat Tanpa Kepastian
6
Kecurigaan Oma
7
Honeymoon Untuk Dua Istri
8
Pacar Untuk Areta
9
Terbongkar
10
Kewajiban Suami Istri
11
Kehamilan Areta
12
Kemarahan Rossy
13
Perhatian Rivandra
14
Dingin Kembali
15
Hangat
16
Keluar Bersama
17
Basah
18
Malam Pertama
19
Mauren VS Areta
20
Kecurigaan Mauren
21
Sesak
22
Status
23
Ingin Lari
24
Ringkih
25
Fabian
26
Rivandra Makin Galau
27
Pertolongan
28
Akal Bulus
29
Ketika Takdir Bicara
30
Menggoda
31
Kegilaan Fabian
32
Rumah Kita
33
Periksa Kandungan
34
Kemana Rivandra?
35
Pertengkaran Pertama
36
Kebenaran Terungkap
37
Usaha Fabian dan Mauren
38
Dia Anakku!
39
Pesona Istri Pertama
40
Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41
Semua Rahasia Terbongkar
42
Buka Saja Semuanya!
43
Jeratan Areta
44
Kegelisahan Keluarga Mauren
45
Permintaan Mauren
46
Curahan Hati Rivandra
47
Titik Lelah Rivandra
48
Jangan Siksa Saya, Areta!
49
Semua Gara - Gara Areta!
50
Baby Areta dan Rivandra
51
Happy Honeymoon
52
Lembayung Senja
53
Berpeluh
54
Keputusan Rivandra
55
Akibat
56
Pilihan Yang Sulit
57
Aku akan baik - baik saja
58
Hancur Lebur
59
Kebusukan
60
Membuka Tabir Satu Per Satu
61
Akhir Kecurangan
62
Jarum dalam tumpukan jerami
63
Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64
Ada apa ini?
65
Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66
Jangan Ganggu Suamiku!
67
Buku Nikah
68
Mengusik Akan Terusik
69
Lamaran Dave Untuk Mauren
70
Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71
Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72
Terima Kasih Mama dan Papa
73
Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74
Tak Selalu Mulus
75
Krisis Percaya Diri
76
Kerikil Dalam Rumah Tangga
77
Pertengkaran
78
Pesona Seorang Rossy
79
Perlindungan Seorang Suami
80
Semakin Bucin
81
Mertua
82
Menusuk Dari Belakang
83
Kasih Sayang Julian
84
Lamaran
85
Kepergian
86
Kebahagiaan Setelah Duka
87
Update Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!