(Happy Reading ❤️❤️)
Rivandra menyandarkan punggungnya yang terasa kaku, lalu mengusap - usap tengkuknya yang pegal, sudah empat operasi besar yang ia tangani dari pagi hingga sore ini, badannya lelah begitu pula mata dan otaknya, ia jelas ingin beristirahat, tak mungkin melanjutkan pekerjaannya bahkan hanya untuk mengecek setumpuk dokumen di depannya
Tanpa beranjak dari duduknya, Rivandra memanggil asistennya lewat interkom, menyerahkan sebagian tugasnya yang sekiranya bisa dilakukan oleh bawahannya, dan menyisakan sebagian lagi pekerjaan yang hanya bisa dilakukan olehnya untuk esok hari, selesai briefing dengan bawahannya, Rivandra meninggalkan rumah sakit miliknya, melaju menuju rumah, senyum terbit di wajahnya membayangkan Mauren sudah di rumah dan menyambut kepulangannya, sesuai dengan janji Mauren padanya kemarin.
Tiba di rumah, Rivandra memacu langkahnya memburu ruang tamu, berharap Mauren berada di depan pintu dan menyambutnya. Tapi sayang, senyumnya harus meredup tatkala pembantunya lah yang membukakan pintu
...“Mauren mana Bi?” Tanya Rivandra pada Bi Jum, pembantu senior di rumahnya...
...“Nyonya Mauren belum pulang, Tuan” tutur Bi Jum...
Rivandra menghela nafasnya, langkahnya gontai masuk ke dalam rumah, duduk sebentar di ruang tamu ia lalu menghidupkan ponselnya yang sengaja ia matikan selama ia di rumah sakit tadi, beberapa laporan panggilan masuk dari beberapa orang termasuk Mauren muncul di layar ponselnya, masuk ke aplikasi perpesanan, Rivandra segera membuka pesan dari Mauren
[sayang, maaf.. shootingku lanjut sampai nanti malam, tadi aku udah coba hubungi kamu tapi HP kamu off] tulis Mauren
[Ya] balas Rivandra enggan, setelah itu ia lebih memilih mematikan ponselnya kembali.
Rasa lelah Rivandra bertambah berkali lipat, kecewa sudah pasti ada, bukan kehidupan rumah tangga seperti ini yang ia impikan, ia ingin istri yang menyambutnya depan pintu rumah dengan senyum sepulang ia bekerja, entah apalagi yang dicari Mauren, toh ia tidak akan kekurangan apa pun, uang dan popularitas akan tetap dalam genggaman Mauren meskipun ia berhenti jadi artis mengingat Rivandra dan keluarganya pun bukan keluarga sembarangan.
Pria itu kemudian bangkit dan menyeret kakinya menuju kamar, langkahnya terhenti ketika samar ia mencium wangi masakan, wangi vanilla itu menguar mengundang indra penciuman Rivandra, menular ke indra perasa hendak mencicip, siapa pun yang sedang memasak patut diapresiasi. Rivandra memacu langkah menuju dapur, lapar memang telah menguasainya sejak tadi siang, jadwal operasi yang padat tadi tak memberikannya kesempatan untuk bersantap selain roti pengganjal perutnya agar ia tetap bisa berkonsentrasi.
Sampai di dapur, bukan hanya indra penciuman saja yang dimanjakan tetapi juga indra penglihatan pria dingin itu, wanita cantik dengan apron motif bunga itu cekatan mondar mandir mengambil ini itu di sekitar dapur, lalu kembali ke depan kompor tempat ia mengolah makanannya
Memandangi Ibu hamil itu diam - diam sebentar, Rivandra kemudian berjalan mendekat, pelan tak ingin mengagetkan, beruntung dapur sedang sepi, para pembantu sedang menyiram tanaman dan membersihkan rumah
...“Kan udah dibilangin jangan capek - capek Areta, kenapa malah sibuk masak gini?” Tanya Rivandra, tangannya sigap menarik kursi di depan meja minibar dapur dan mendudukkan dirinya disana...
Areta menoleh sebentar, dan tersenyum.. manis, sangat manis, bahkan pria dingin mahal senyum itu tanpa sadar ikut tersenyum, ikhlas tanpa paksaan.
...“Oma lagi pengen pisang goreng vanilla Kak, kalau bukan buatan aku Oma kurang suka, biasanya cuma dimakan satu, habis itu dibiarin gitu aja” jawab Areta, matanya fokus membolak balik pisang goreng di depannya, sebagian ada yang sudah matang mengepul di atas piring. ...
Rivandra meneguk salivanya, perutnya meronta protes karena belum terisi, Areta yang kini memarut keju menoleh pada Rivandra, wajah lelah itu terlihat lesu dan sedikit pucat, sebenci - bencinya Areta pada pria dingin itu ia tak tega melihatnya
...“Kak Rivandra mau nyicip pisang gorengnya ga? Siapa tau ada yang kurang, sebelum aku kasih sama Oma” tawar Areta...
Gayung bersambut, memang itu yang diharapkan Rivandra, ingin senyum saking girangnya tapi ia merasa gengsi
...“B-boleh” jawab Rivandra terbata menjaga wibawa...
Areta mendengus kesal, pria arogan itu kadar gengsinya tidak ada yang mengalahkan, kalau saja ia juga tak berbaik hati memberikan berbagai macam makanan buat Areta, Areta tak sudi membagi hasil jerih payah memasaknya
...“Mau ditaburin keju ga?” Tanya Areta...
...“Boleh” sahut Rivandra...
...“Banyak apa dikit?” Tanya Areta lagi...
...“Dikit” jawab Rivandra singkat...
...“Ck, kalau Kak Rivandra ga mau ga usah!” Tandas Areta sewot...
...“Eh saya mau kok, mau” tutur Rivandra, tak ingin kehilangan pisang gorengnya...
Areta menahan tawanya, geli melihat pria dingin dan arogan itu masih menjaga gengsi bahkan saat ia sedang dilanda lapar
...“Makanya jangan ketus - ketus!” Tandas Areta...
Rivandra berdehem
...“Saya ga ketus kok, saya emang gini” kilah Rivandra...
...“Iya.. iya.. terserah lah” sahut Areta, meskipun jengkel ia tetap menyodorkan sepiring pisang goreng yang masih mengepul, aroma vanilla dan taburan keju diatasnya menggugah selera, ditambah Areta yang menyajikannya dengan senyuman, menata piring kecil, garpu dan pisau di samping piring pisang goreng dengan telaten...
...“Silakan Kak” ucap Areta, jiwa melayaninya yang ia pelajari dari kecil di rumah Mauren sudah mendarah daging...
Rivandra tak berhenti meneguk salivanya, tak perlu berpikir lama ia segera melahap pisang goreng buatan istri rahasianya itu, senyumnya mengembang
Areta memandangi Rivandra yang tengah bersantap, merasa ada yang kurang ia kembali lagi ke depan kompornya, tangannya sibuk meramu minuman untuk Rivandra
...“Lagi capek kan? Ini bagus buat relaksasi” ucap Areta, tangannya terampil menyajikan secangkir air jahe dicampur lemon dan madu hangat, “silakan Kak” ucapnya sopan...
Rivandra melihat cangkir yang disodorkan, lantas menoleh pada Areta
...“Terima kasih” ucapnya, “kamu ga perlu kaku - kaku gitu Areta, kamu bukan pelayan di rumah ini” tambahnya...
Areta tersenyum mendengar penuturan Rivandra, apa bedanya menjaga Oma dengan pelayan di rumah itu, sama - sama jajaran pekerja disana, batin Areta
Rivandra menyesap minumannya, benar kata Areta minuman itu aromanya menenangkan, tenggorokannya pun menghangat.
...“Capek ya?” Tanya Areta prihatin pada Rivandra yang kentara sekali lelahnya, Areta ikut mendudukkan dirinya di kursi, kini hanya meja mini bar yang jadi penghalang mereka, meskipun jengah berhadapan dengan pria itu tapi mengingat perhatiannya dari kemarin, Areta merasa tak ada salahnya untuk bersikap manis padanya....
...“Iya capek banget, hari ini empat pasien dengan operasi besar semua, yang terakhir malah nyaris ga bisa selamat” tutur Rivandra, mulutnya tak berhenti mengunyah, sesekali menyesap minuman di cangkirnya, wajahnya yang terlihat letih tadi cerah kembali...
...“Separah itu Kak?” Tanya Areta...
...“Iya parah, hampir nyerah tadi” seloroh Rivandra, entah kenapa ia nyaman berbagi cerita dengan Areta...
...“Aih jangan nyerah dong Kak, malu sama Abulcacis” tandas Areta...
Rivandra mengerutkan keningnya
...“Kamu tau Al -Zahrawi?” Tanya Rivandra bingung...
Areta tersenyum
...“Dari dulu aku udah dipersiapin untuk jadi asistennya Kak Fabian Kak, tiap hari aku harus baca buku, buku apa pun itu dan harus sampai khatam, Kak Fabian pengennya punya asisten yang pinter sama berwawasan luas” tutur Areta, wajahnya perlahan tertunduk, mendung menggelayut di wajahnya mengingat Fabian...
Rasa kagum pada Areta bertambah kadarnya, tak menyangka jika selain cantik dan pintar, Areta juga berwawasan luas, tapi Rivandra merasa tak nyaman membicarakan tentang Fabian, ia memilih untuk menikmati pisang gorengnya lagi, pisang goreng yang mampu membuatnya kembali bersemangat
...“Terima kasih untuk pisang goreng dan minumannya Areta” ucapnya tulus...
...“Iya Kak” ucap Areta datar, moodnya seketika berubah saat mengingat Fabian, ia lalu turun dari kursinya dan sibuk berkutat lagi dengan masakannya...
**Rossy dan Oma yang baru saja hendak ke dapur urung, melihat suami istri yang kelihatannya sedang berdamai itu
...“Balik arah ke kamar Rose, cepetan! Biarin mereka berdua dulu” bisik Oma Mieke pada Rose, tanpa pikir panjang Rose segera membawa Oma Mieke ke kamarnya lagi, meninggalkan Areta dan Rivandra berdua tak ingin mengganggu kebersamaan mereka. ...
** Rivandra memandangi punggung Areta yang tengah sibuk meracik pisang gorengnya, entah kenapa lelah yang ia rasakan perlahan hilang, mungkin pisang goreng dan minuman hangat yang mengurai letihnya, atau mungkin Areta yang menyambutnya dan melayaninya, tapi yang pasti yang paling membuatnya senang adalah saat Areta menyemangatinya, ia merasa dihargai dan dihormati.
...“Kamu udah makan?” Tanya Rivandra pada Areta...
...“Belum Kak, tadi pagi muntah - muntah lagi jadi males makan, jadinya minum susu aja” sahut Areta lesu, baik tangan maupun matanya fokus pada masakannya...
...“Kamu lagi mau makan apa?” Tanya Rivandra lagi...
Areta menghela nafasnya, jujur ia enggan untuk memasukkan apa pun ke lambungnya sekarang, karena cuma akan bertahan sebentar setelah itu ia akan memuntahkannya lagi.
...“ga pengen makan apa - apa Kak” sahut Areta lesu...
...“Kamu harus makan Areta, ingat kamu lagi hamil” ucap Rivandra, sedikit mengecilkan suaranya khawatir ada orang yang mencuri dengar pembicaraan mereka ...
...“Iya, nanti aku makan” jawab Areta enggan...
...“Saya mandi dulu, setelah itu kita cari makanan yang kamu inginkan” tutur pria dingin itu tanpa meminta persetujuan dari Areta, setelah memasukan potongan terakhir pisang goreng ke mulutnya, ia turun dari kursinya lantas beranjak menuju kamarnya...
Areta hanya bisa mendengus kesal, menolak pun tak mungkin, Rivandra seperti tahu kalau ia tak bisa menolak perintah apa pun. Mau tau mau ia menyelesaikan masaknya, kemudian memberikannya pada Oma sambil meminta izin untuk keluar bersama Rivandra, dan sesuai dugaan Areta, baik Oma maupun Rossy bukan hanya memperbolehkan, Oma malah berpesan untuk berlama - lama bersama Rivandra, sementara Rossy sibuk mendandani Areta seolah ini kencan pertama Areta dan Rivandra.
[saya tunggu di gerbang perumahan] tulis Rivandra di pesan yang baru saja Areta baca di ponselnya
[Iya] balas Areta singkat
Areta mematut dirinya di cermin, wajahnya meringis melihat tampilannya sekarang, bukannya ia merasa tidak cantik, tapi bajunya berlebihan, Rossy meminta Areta untuk memakai baju yang ia belikan di mall tempo hari, baju yang harganya fantastis itu sempurna melekat di tubuh Areta, dress selutut berwarna hitam, dipadu dengan flat shoes berwarna senada, rambut coklatnya dibiarkan tergerai, sementara bibirnya dilapisi lip gloss berwarna pink muda oleh Rossy
...“Kak, ini kayaknya berlebihan deh, aku paling cuma mau makan di tukang nasi goreng gerobak Kak” ucap Areta, ia merasa tak nyaman karena jelas ini bukan acara kencan, kalau saja Rivandra bukan Ayah dari anak yang ia kandung sudah pasti ia tak akan sudi pergi berdua bersama Rivandra...
...“Udah nurut aja sama Kakak” ucap Rossy, kini tangannya sibuk menyemprotkan parfum mahalnya di baju Areta, selesai urusan parfumnya Rossy kemudian memindai Areta dari ujung kaki ke ujung kepala...
...“Perfect” ucapnya sambil tersenyum puas, setali tiga uang dengan Oma yang manggut - manggut senang...
...“Hati - hati ya, usahakan pulangnya sebelum yang lain pulang, Papa dan Mama pulang jam 11 malam nanti, kalau soal Mauren nanti mungkin Rivandra yang ngatur” cerocos Rossy saat mengantarkan Areta hingga ke pintu depan, Areta manggut tanda mengerti meskipun ia merasa tak enak, sekarang ia bagai selingkuhan yang diam - diam menemui kekasih gelapnya, padahal niatnya cuma makan nasi goreng gerobak tak jauh dari rumah itu...
Beralibi hendak ke acara teman, Areta lolos dari kecurigaan para pembantu dan satpam rumah yang mempertanyakan kemana ia hendak pergi, tak heran kalau mereka ingin tahu, Areta memang tampak berbeda saat itu, ia berdandan dan bajunya pun bukan baju yang biasa ia pakai sehari - hari.
Tiba di gerbang perumahan, Areta celingukan mencari Rivandra, ia memang tak begitu hapal mobil - mobil yang berjejer di garasi rumah Rivandra, entah mobil yang mana yang ia pakai saat ini, maju beberapa langkah, sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di depannya, kaca mobil depan perlahan turun menampakkan Rivandra yang tampan dan sudah segar, rambutnya masih agak sedikit basah, dengan kaos putih polos dan celana jeans hitam, Rivandra terlihat tampan.
...“Masuk Areta” ucapnya, Areta bergegas masuk dan mendudukkan dirinya di kursi penumpang belakang...
...“Duduk di depan Areta, saya bukan supir kamu” sewot Rivandra ...
...“Iya iya” sahut Areta sambil mengerucutkan bibirnya, ia tak nyaman sebenarnya kalau harus duduk di depan bersama Rivandra, buatnya hanya Mauren yang berhak duduk di kursi itu...
Areta mendudukkan dirinya dengan enggan di sebelah Rivandra, bibirnya masih saja mengerucut, tanpa ia sadari pria tampan itu sedang memperhatikannya lekat, tatapan kagum terefleksi dari sorot matanya, baginya Areta sangat cantik mengenakan baju warna hitam, warna favorit Rivandra. Merasa diperhatikan, Areta menoleh pada laki - laki disampingnya
...“Apa?” Sewot Areta...
...“Ya ampun Areta, kamu galak banget ya” ucap Rivandra sambil terkekeh...
Setelah netra saling bertemu, mereka salah tingkah sendiri, kikuk seperti baru kenal. Mobil itu sudah dingin tapi Areta merasa gerah, jauh memang ia berjalan dari rumah hingga gerbang perumahan tadi, tangan Areta terangkat menggulung rambutnya asal
...“Astaga” ucap Rivandra spontan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, melihat leher putih Areta membuatnya tak karuan...
...“Kenapa Kak? Ada yang liat ya?” Tanya Areta panik, ia sampai merunduk menyembunyikan dirinya...
...“Hahahaha.. ga ada, tadi ada yang kelupaan” ucap Rivandra tergelak, geli melihat wajah Areta yang panik...
...“Ouw” sahut Areta, punggungnya ia tegakan kembali...
...“Mau makan apa?” Tanya Rivandra, lalu pelan melajukan mobilnya...
Areta menghela nafasnya, menimbang kembali apa yang mungkin tidak akan membuatnya mual
...“Aku pengen sate Kak” jawab Areta...
...“Siap” sahut Rivandra senang...
Sepanjang perjalanan mereka lebih banyak diam, sesekali Rivandra mencuri pandang Areta yang acuh disampingnya, tak lama Rivandra menepikan mobilnya di sisi jalan, padahal jalanannya sepi jangankan tukang sate, bahkan nyaris tak ada kendaraan yang lewat
Rivandra melepas sabuk pengamannya, memiringkan dirinya sedikit dan mencodongkan badannya ke arah Areta, Areta kaget bukan main, matanya semakin membulat tatkala wajah Rivandra semakin dekat, parfum yang Areta sukai itu semakin menusuk hidungnya, bahkan hembusan nafas pria itu terasa hangat menyapu wajahnya, Areta memejamkan matanya, antara kalut dan gugup menanti apa yang akan dilakukan Rivandra, ia bersiap dengan jantung yang berdebar..
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
pada kasian sama areta
emak lebih kasian lagi sama mauren.... kl semua terbongkar gimn perasaanya die disini masih baik loh cm masalh pekerjaan aja... justr lakiy revanda serakah setidaky pilih salah satu tapi ini mlhn mau keduaya...... palingan nanti salah satu ada kesalhn fatal baru deh rivanda memilih jaht amat egois tunggu kesalhn fulu baru ditinggalkan
2024-01-02
0
Sandisalbiah
kasian Si Areta.. hidupnya rumit banget...
2023-05-16
0
Septyawati Denita
kapan ketahuannya
2022-10-10
3