NovelToon NovelToon

Satu Suami Dua Istri

Pernikahan Tanpa Resepsi

(Hai all, welcome ke karya kedua Author Aurora ya, besar harapan Author agar karya kedua ini mendapat antusiasme dari teman - teman semua berupa like, gift, favorite, vote, serta tak lupa kritik dan saran 😊😊. Happy reading all ❤️❤️❤️❤️)

...****************...

“Kak, disini aja!” Ucap Areta setengah berbisik dengan nafas terengah - engah lalu berjongkok di belakang gunungan sisa - sisa bahan bangunan bercampur sampah

“Yakin disini ga keliatan?” Tanya Rivandra sambil celingukan memastikan kondisi sekitar aman

“Ga bakal keliatan Kak, soalnya gelap” sahut Areta

Rivandra segera bergabung dengan Areta meskipun ia sejujurnya merasa jijik harus berdekatan dengan sampah, tapi untuk malam ini ia berharap sampah inilah yang akan menjadi pahlawan mereka.

Sial betul memang nasib mereka malam ini, baru saja mereka hendak menjemput Mauren ketika mobil mewah Rivandra dihadang oleh sekelompok begal, Rivanda yang awalnya hendak melarikan diri dengan menabrak para begal tersebut urung ketika melihat senjata api yang ditodongkan pada mereka, mau tidak mau akhirnya ia dan Areta menyerah dan mengikuti keinginan begal tersebut, awalnya begal tersebut hanya mengambil barang - barang berharga di dalam mobil Rivandra seperti laptop, ponsel, jam tangan mewah Rivandra hingga isi dompet Rivandra dan Areta, namun ketika mereka melihat wajah cantik dan badan molek Areta, mereka pun berniat menggagahi Areta. Dua orang begal bahkan telah memegang tangan kiri dan kanan Areta, sementara satu orang lagi membuka kancing kemeja Areta satu per satu.

Sadar akan niat jahat para begal tersebut, Rivandra mengeluarkan kemampuan bela dirinya, begal pertama yang ia tumbangkan adalah begal yang tengah menodongkan senjata api padanya, menyusul beberapa begal yang lain, sialnya salah satu begal memukul punggung Rivandra dari belakang dan membuatnya terhuyung hingga jatuh, beruntung tak lama kemudian ia bangkit lantas menarik tangan Areta untuk lari dari sana.

Kini Areta dan Rivandra sama - sama mematung di belakang tumpukan sampah itu untuk menghindari kejaran para begal yang terakhir kali mereka lihat tengah tunggang langgang mengejar mereka berdua. Hening awalnya, hanya suara jangkrik yang terdengar, entah dimana mereka sekarang karena tadi Rivandra berlari tanpa tahu arah, baru saja Rivandra hendak keluar dari tempat sembunyinya namun urung karena suara derap langkah mendekat. Beberapa orang yang mendekat bergumam tak jelas, membuat Areta maupun Rivandra makin mengkerutkan diri mereka

“Ada ga?” Tanya seorang laki - laki tak jauh dari tempat Areta dan Rivandra bersembunyi

“Ga keliatan, tapi saya yakin mereka tadi jalan ke arah sini” sahut laki - laki yang lain

“Cari lagi ayo!” Ucap laki - laki lain memberikan komando, membuat suasana seketika riuh

Baik Areta maupun Rivandra semakin gemetaran, jika sampai para begal itu menemukan mereka entah bagaimana nasib mereka nantinya

Areta memejamkan matanya sambil merapal do’a - do’a, badannya kian gemetaran, Rivandra yang berjongkok di sebelahnya menyadari itu, ia merasa prihatin melihat Areta yang ketakutan, tangannya lantas mengelus kepala Areta dan menariknya perlahan ke dekapannya

Memang dasarnya sedang takut, Areta manut saja ketika kepalanya kini menempel di dada bidang Rivandra

“Udah jangan takut, kita aman” ucap Rivandra menenangkan Areta meskipun dirinya pun ketar - ketir

Suara derap langkah itu semakin mendekat, Rivandra yakin lambat laun para begal itu akan menemukan tempat persembunyian mereka

“Nah bener kan, apa saya bilang!” ucap seorang Bapak ketika menemukan Areta dan Rivandra sambil menyorotkan lampu senter pada keduanya, membuat Areta dan Rivandra sama - sama memicingkan matanya karena silau, keduanya kini memucat menyadari bahwa persembunyian mereka telah diketahui

“Pak RT, disini Pak!” Teriak Bapak itu lagi, seketika suara derap langkah beberapa orang mendekat ke arah mereka

“Mana Pak, ketemu yang mesumnya?” Timpal seorang Ibu - Ibu yang baru saja sampai disana

“Ketemu Bu, nih orang - orangnya, pada ngumpet di belakang sampah, dikiranya ga bakal ketemu kali” sahut Bapak yang menemukannya tadi

Areta dan Rivandra baru menyadari bahwa bukan rombongan begal yang menemukan mereka, melainkan sekelompok warga

“Pak Budi, coba suruh orangnya berdiri!” Ujar seorang Bapak yang baru saja sampai disitu

“Hei ayo berdiri kalian!” Ucap Bapak yang menemukan Areta dan Rivandra pertama kali

Areta dan Rivandra saling memandang, mereka bingung dengan apa yang terjadi, namun keduanya menuruti perintah Bapak itu dan kemudian berdiri, sorot lampu senter dari beberapa warga membuat keduanya semakin memicingkan mata mereka

“Huuuuu…” sorak para warga yang ternyata jumlahnya tak sedikit

“Dasar mesum, ga tau malu!” Ucap seorang Ibu - Ibu yang menyebabkan yang lain riuh menimpali

“Arak aja Pak RT, arak!!” Seru warga yang lain

Rivandra dan Areta sontak kaget, merasa jika sedang terjadi kesalah pahaman

“Bapak - Bapak maaf, ini salah paham, kami ga ngapa - ngapain” ucap Rivandra mencoba berbicara di tengah riuhnya orang yang menyoraki dan mencaci mereka, sementara Areta hanya mematung dengan badan gemetaran dan mata berkaca - kaca

“Mana ada maling ngaku, udah Pak arak aja!” Timpal warga yang lain

“Iya bener Pak, arak aja, arak!” Ucap para warga kompak menghakimi

Pak RT yang dimaksud tampaknya kesulitan menenangkan warganya yang tengah diliputi amarah

Rivandra tak patah arang, ia terus saja mencoba memberikan penjelasan

“Kami disini sedang bersembunyi Pak, tadi ada begal yang mencoba mengejar kami” terang Rivandra, namun bukannya di dengar seorang warga yang berada di dekat Rivandra justru malah mendorongnya hingga Rivandra terhuyung ke depan

“Tampangnya doang kaya, emang ga bisa nyewa hotel buat begituan, ini malah ngotorin kampung orang!” Cecar seorang warga

“Huuuuuuu” warga kembali riuh menyoraki

“Tenang - tenang dulu, kita tanya baik - baik dulu!” Pekik Pak RT mencoba menenangkan warganya, beberapa warga patuh pada Pak RT dan membungkam mulutnya, sementara sebagian besar warga masih saja mencaci atau mengompori Pak RT agar mengarak Areta dan Rivandra

“Kalian ini ngapain disini, hah?” Tanya Pak RT sambil memandang Areta dan Rivandra

“Kami baru saja menjadi korban begal Pak, barang kami di rampok, tadi bahkan suadara saya ini mau diperkosa” terang Ravindra

“Bohong Pak, jangan percaya!” Seru seorang warga yang disetujui warga lain

“Iya Pak, kalau ada begal mana begalnya sekarang?” Tanya warga yang lain

“Pak RT coba aja liat baju mereka, sama - sama udah hampir kebuka atasnya Pak, berarti tadi mereka lagi mesum!” Teriak seorang warga, Rivandra yang mendengar seruan warga itu segera memandang dirinya sendiri, dan benar saja dua kancing atas kemejanya lepas sudah, kemejanya pun lecek akibat perkelahiannya tadi dengan para begal. Rivandra kemudian melayangkan pandangannya pada Areta, kancing kemeja Areta pun sama terbukanya, karena panik Areta lupa memasangkannya kembali setelah dibuka paksa oleh begal tadi, beruntung ia masih menggunakan tanktop di dalam kemejanya.

“Bener!” Timpal warga yang lain

“Iya Pak tadi waku kepergok sama saya mereka lagi pelukan!” Ucap Pak Budi orang yang pertama menemukan mereka

“Dasar mesum!” Pekik seorang Ibu

“Huuuu” sorak para warga lagi

“Arak Pak arak!” Teriak warga yang lain, Rivandra sudah tak mampu berucap, suara - suara miring para warga tak mampu ia kalahkan, sementara Areta tak bergeming ia hanya bisa tertunduk, badannya gemetaran sementara sebelah tangannya dipegangi oleh seorang Ibu

“Kalau perlu telanjangi aja Pak!” Teriak warga yang lain, ide sadis yang justru disetujui semua warga

Baik Areta maupun Rivandra sama - sama tersentak, jantung mereka memompa semakin cepat, keringat mengucur deras di dahi mereka

“Bapak - Bapak, Ibu - Ibu sabar, jangan main ditelanjangi, kalau menurut saya kita nikahkan saja!” Ucap Pak RT, Rivandra dan Areta bukannya senang dengan solusi yang ditawarkan oleh Pak RT justru mereka merasa itu adalah musibah

“Tidak bisa Pak, saya tidak bisa menikahi Areta, saya akan menikahi pacar saya beberapa hari lagi” tutur Rivandra

“Mau nikahin orang lain tapi mesumnya sama gadis lain gitu? Dasar laki - laki kurang ajar!” Geram seorang Ibu pada Ravindra

Warga sontak bergemuruh kembali meminta Pak RT untuk segera bertindak

“Arak aja dulu ke kelurahan Pak, kita selesaikan disana” ucap seorang warga yang disetujui Pak RT, jadilah Areta dan Ravindra diarak oleh warga menuju kelurahan, beruntung jaraknya tak terlalu jauh sehingga tak banyak warga yang melihat mereka.

Sesampainya di kelurahan mereka di dudukkan berdua, sementara para warga mengelilingi mereka

“Kalian berdua sudah mendengar keinginan warga kan? Sekarang sebaiknya kalian menghubungi keluarga kalian untuk menikahkan kalian disini” ucap Pak RT

Rivandra jelas enggan menghubungi keluarganya untuk mempermalukan mereka di depan banyak orang, apa kata keluarga mereka nanti, belum lagi jika ia ketahuan oleh Mamanya melanggar pingitan yang tengah ia jalani menjelang pernikahannya. Bayangan bagaimana reaksi Mauren ketika mendengar hal ini juga terlintas, Mauren pasti akan sangat kecewa padanya.

“Maaf Pak tapi HP saya dibawa begal tadi, saya tidak hapal satu pun No. HP keluarga saya” bohong Rivandra

Pak RT mendengus kesal

“Kalau pihak laki - laki ga apa - apa lah, yang pihak perempuan saja, segera panggil wali kamu kesini untuk menikahkan kamu”

Areta sama bingungnya dengan Rivandra, ia tak mungkin menghubungi keluarganya yang tak lain adalah orang tua Mauren kekasih Rivandra, belum tentu mereka akan percaya dengan omongan Areta dan Rivandra, selain itu ia juga memang tak punya wali yang bisa menikahkannya.

“Saya tidak punya wali nikah Pak” ucap Areta dengan suara yang bergetar, wajahnya masih menunduk. Rivandra yang duduk disampingnya bingung, bukan kah ada keluarga Mauren? Tapi Rivandra bungkam, ia berpikir jika Areta berpikir sama dengan dirinya yaitu menghindarkan keluarganya dari rasa malu.

“Banyak alasan Pak, sudah ditelanjangi saja, kasih pelajaran Pak RT!” Ucap seorang warga

“Betul Pak”

“Betul” warga - warga mulai menimpali

“Tenang, tenang dulu!” Teriak Pak RT, suaranya yang lantang mampu membuat para warga mulai terdiam

“Kalian berdua sudah dengar kan apa maunya warga, sekarang keputusan ada di tangan kalian, kalian mau nikah sekarang atau ditelanjangi dan di arak keliling kampung!” Tutur Pak RT

Rivandra menimang, ia tak mungkin membiarkan Areta ditelanjangi, bagaimana pun Areta adalah seorang perempuan, entah bagaimana ia nanti jika harus menjadi tontonan warga dengan bertelanjang, apalagi sebenarnya baik Areta dan dirinya tak salah apa - apa.

“Kalau soal wali nikah pihak perempuan saya bisa minta tolong ustadz Furqon untuk menikahkan kalian” tutur Pak RT lagi

Banyak warga yang protes tak setuju karena menantikan tontonan kedua sejoli itu bertelanjang, bukan apa - apa, keduanya sama - sama rupawan dan enak dipandang, pemandangan yang jarang mereka dapatkan

Tapi Pak RT tak bergeming, ia tak ingin warganya menghakimi orang dengan brutal

“Baik Pak, saya akan menikahi Areta disini” ujar Rivandra dengan berat hati, hanya ini jalan satu - satunya sekarang untuk keluar dari tempat itu. Sementara Areta tak bergeming, meskipun dunianya terasa runtuh seketika, tapi apa daya mereka memang tak punya pilihan lain.

“Huuuu, akhirnya ngaku juga! Tadi aja bilangnya di begal lah, mau diperkosa lah!” Sinis seorang Ibu - Ibu yang diamini oleh warga yang lain

“Sudah - sudah, ini kan mereka sudah mau tanggung jawab, tolong panggilkan ustadz Furqon segera!” Titah Pak RT pada seorang warganya

“Kamu ada mas kawin apa? Tanya Pak RT pada Rivandra, Rivandra berpikir sebentar rasanya ia tak punya apa pun lagi setelah semuanya digasak habis oleh begal tadi, namun seketika ia mengingat cincin yang tadi sore diberikan oleh neneknya padanya begitu neneknya memberikan wejangan pernikahan pada dirinya, ia ingat cincin itu ia masukkan ke dalam saku celananya dengan niat ingin memberikannya pada Mauren begitu bertemu.

Rivandra merogoh sakunya dan meraih cincin klasik bertahta berlian disana, cincin turun temurun yang akan dipakai oleh para menantu perempuan yang baru bergabung dengan keluarga besarnya, harusnya ini menjadi milik Mauren, tapi untuk sementara cincin itu harus ia sematkan di jari Areta.

Tak berselang lama seorang laki - laki paruh baya tampak berjalan dengan tergesa, dibelakangnya mengekor warga yang Pak RT titahkan untuk menyusul Ustadz tadi, tebakan Rivandra orang tersebut adalah Ustadz yang dimaksud

“Assalamu’alaikum” ucap Ustadz pada seluruh warga

“Wa’alaikum Salam” sahut warga kompak

“Ini katanya saya disuruh menjadi wali untuk menikahkan pasangan yang tengah berbuat zina, apa betul?” Tanya Ustadz pada Pak RT

“Betul Pak Ustadz, itu orangnya” tunjuk Pak RT pada Areta dan Rivandra

“Apa sudah ditanya baik - baik benar mereka melakukan perbuatan itu atau tidak?” Tanyanya lagi

“Sudah Pak, yang laki - laki buktinya mau menikahi si perempuan” sahut warga yang lain

“Astagfirullah” ucap Ustadz tersebut sambil geleng - geleng kepala “ya sudah disegerakan saja nikahnya agar tidak berbuat maksiat lagi” ucapnya

Ustadz tersebut kemudian mengambil tempat duduk di depan Rivandra kemudian bertanya tentang nama lengkap Rivandra beserta Areta, kegaduhan terjadi begitu Areta tak mampu menyebut nama ayahnya yang memang sampai sekarang belum ia ketahui, kericuhan pun tak pelak kembali terjadi

“Pantas saja mau - maunya diobok - obok sama laki - laki yang bukan suaminya, ternyata anak haram toh!” Sinis seorang Ibu, warga yang lain ikut menyumpahi Areta dan menghakiminya dengan kata - kata kasar, Rivandra semakin tak mengerti, namun bukan itu yang ia pedulikan sekarang, ia hanya ingin segera mengakhiri semuanya.

“Tenang, tenang, akadnya akan segera saya mulai, yang perempuan bisa memakai binti Ibunya, sudah tidak usah diperkeruh” ucap Ustadz tersebut, “tapi sebelumnya saya harus bertanya dulu pada pihak laki - laki, apakah anda terpaksa menikahi perempuan ini? Karena kalau terpaksa maka pernikahannya tidak sah” tanya Ustadz pada Rivandra

Rivandra diam sejenak, ia tak mungkin mengatakan jika ia terpaksa di depan warga yang tengah meradang. Ia lalu menarik nafasnya dalam - dalam untuk menjernihkan pikirannya dan memastikan otaknya bahwa ia rela menikahi Areta untuk menjaga kehormatannya.

“Saya tidak terpaksa Pak Ustadz” ucap Rivandra, sejenak ia menoleh pada Areta yang masih saja menunduk dan tak bergeming

“Baik kalau begitu silakan Pak RT dan seorang warga agar menjadi saksi pernikahan” ucap Ustadz, Pak RT dan seorang warga kemudian mantap duduk di samping Rivandra dan Areta

“Baik kita mulai” ucap Ustadz sambil menjabat tangan Rivandra, “Bismillahirahmanirrahim, saudara Rivandra Sebastian Edwards bin Julian Edwards saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan Areta Diandra binti Liliana De Vries yang walinya telah diwakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan anda dengan mas kawin cincin emas bertahta berlian dibayar tunai”

Rivandra menarik nafas sebentar sebelum mantap menyebut ijabnya

“Saya terima nikah dan kawinnya Areta Diandra binti Liliana De Vries dengan mas kawin cincin emas bertahta berlian dibayar tunai” ucapnya dalam satu tarikan nafas

“Apakah sudah sah?” Tanya Ustadz

“Sah” ucap kedua saksi yang diamini seluruh warga

Do’a pun kemudian dipanjatkan, setelah wejangan singkat diberikan pada kedua mempelai itu, warga kemudian akhirnya melepaskan Areta dan Rivandra untuk pergi dari situ. Areta dan Rivandra bergegas meninggalkan tempat itu, tempat dimana keduanya sah menjadi suami istri secara agama, tanpa keluarga atau tanpa resepsi. Tak ada kata sepanjang mereka berjalan kaki, beruntung ada taksi yang sedang mangkal tak jauh dari sana, Rivandra dan Areta kemudian bergegas menaiki taksi tersebut menuju kediaman Rivandra.

Sudah seminggu lamanya memang Areta diperbantukan di rumah Rivandra untuk merawat dan menemani Oma Mieke Nenek dari Rivandra, karena perawat yang biasa menangani Oma tiba - tiba pulang kampung, Oma yang sangat pemilih dalam menerima perawatnya itu kesulitan mencari penggantinya, namun begitu melihat Areta yang diutus oleh calon mertua Rivandra, Oma Mieke langsung jatuh hati dan menerima Areta sebagai perawatnya.

“Ceraikan aku Kak” ucap Areta tiba - tiba, Rivandra menoleh, begitu pun dengan sopir taksi yang melihat mereka berdua dari kaca tengah namun kembali fokus ke jalan begitu melihat tatapan Rivandra

“Harus sekarang Areta?” Tanya Rivandra

“Apalagi yang Kakak tunggu? Toh pernikahan kita juga terpaksa Kak, minggu depan Kakak bahkan akan menikah dengan Kak Mauren” tandas Areta

“Pernikahan tadi bukan main - main Areta, meskipun tanpa keluarga tapi saya tetap menganggap pernikahan tadi sah, dan ga mungkin saya menceraikan kamu sekarang juga, itu artinya saya mempermainkan akad yang saya ucap tadi” terang Rivandra panjang lebar, “begini saja Areta, tunggu beberapa hari lagi, sebelum saya menikah dengan Mauren saya akan menceraikan kamu” tutur Rivandra lagi

Areta hanya mendengus kesal tanpa mampu berucap apa pun lagi

”Tenang saja saya tidak akan meminta hak apa pun pada kamu sebagai suami dan saya harap kamu pun begitu, kamu tau kan kalo hati saya cuma untuk Mauren” ucap Rivandra

“Cih.. lagian siapa yang tertarik untuk jadi istri kamu Kak, kalo bukan karena desakan warga yang main hakim sendiri tadi, bahkan ngebayangin jadi istri Kak Rivandra aja aku ogah tau ga?! Sengit Areta “selain dingin akut, Kak Rivandra itu arogan, so cool, kepedan, sok ganteng!” cerocosnya lagi

“Ahahhaha.. begitu penilaian kamu tentang saya selama ini Areta?” Tanya Rivandra sambil terbahak. “Dosa tau kamu ngatain suami kayak gitu!” Ucapnya yang kemudian tertawa terbahak lagi

“Dasar aneh, dikatain malah ketawa!” Sinis Areta “Lagian kamu cuma suami terpaksa Kak, jadi ga usah pake ngomongin dosa segala!” Tambah Areta sambil memonyongkan bibirnya

Namun entah kenapa wajah Areta yang tengah kesal itu jadi hiburan tersendiri untuk Rivandra, lagi - lagi pria tampan yang biasanya dingin itu tertawa terbahak seolah ingin melepaskan beban besar yang baru saja lepas dari pundaknya.

Pengantin Tanpa Malam Pertama

(Hai all, welcome ke karya kedua Author Aurora ya, besar harapan Author agar karya kedua ini mendapat antusiasme dari teman - teman semua berupa like, gift, favorite, vote, serta tak lupa kritik dan saran 😊😊. Happy reading all ❤️❤️❤️❤️)

Areta dan Rivandra melangkahkan kaki mereka untuk masuk ke dalam rumah, setelah Rivandra memerintahkan satpam rumahnya untuk membayar taxi yang mengantarkan mereka, gengsinya ia telan bulat- bulat karena uang yang habis digondol begal.

Sebelum masuk Rivandra membetul - betulkan bajunya yang sedikit lecek, menarik nafas dalam - dalam, ia paham betul konsekuensi yang tengah menantinya di dalam rumah. Rivandra menoleh sebentar pada Areta yang berdiri membeku di belakangnya, wajah wanita itu dingin seperti biasa ditambah shock atas peristiwa yang menimpanya tadi, hingga bibirnya saja ikut pucat pasi

...“Areta, tolong rahasiakan pernikahan kita pada siapa pun, saya ga mau keluarga saya apalagi Mauren tahu tentang status kita” ucap Rivandra setengah berbisik...

...“Jangan khawatir, aku juga ga mau kalau ada siapa pun yang tau soal status kita Kak, aku cuma minta penuhi janji Kakak untuk menceraikanku sebelum Kak Rivandra nikah sama Kak Mauren” jawab Areta lesu, Rivandra mengangguk menyanggupi....

Langkah kaki Rivandra tak tergesa, santai saja tapi jantungnya berdebar hebat, apalagi ketika ia membuka pintu, kumpulan anggota keluarganya menatap Rivandra dan Areta horor, siap menghakimi

...“Rivandra, kamu dari mana aja? Mama udah teleponin kamu ratusan kali tapi nomer kamu ga aktif!” Cerocos Mama Anna Ibu dari Rivandra, langkahnya cepat mendekat ke arah Rivandra,” kamu baik - baik aja kan?” Tanyanya lagi sambil membolak balik wajah Rivandra mencari entah lecet atau goresan yang mungkin tertinggal....

...“Aku baik - baik aja Ma, maaf ponselku dan ponsel Areta di ambil begal tadi, mobil sama isi dompet juga habis di rampok mereka” jawab Rivandra, berita itu membuat wajah anggota keluarga horor kembali, kali ini karena panik...

...“Astaga, tapi kalian baik - baik aja kan?” Tanya Julian Ayahnya Rivandra, kepala keluarga sekaligus pengambil keputusan mutlak di rumah itu, matanya mengekori Rivandra yang melangkah dan beringsut duduk di sofa bersama Mamanya...

...“Syukurlah kami baik - baik aja Pa, mereka cuma ngambil mobil dan barang - barang kami terus habis itu kabur” tutur Rivandra, sengaja menutupi tentang penggerebakan warga yang berujung dengan pernikahannya dengan Areta...

...“Syukurlah” ucap Julian lega, lelaki nerumur kepala lima itu manggut - manggut...

...“Kamu gimana Areta?” Rossy, anak tertua Julian mengimbangi memberi perhatian pada Areta, korban yang lain, bukan hanya bertanya ia melangkah mendekati Areta yang masih berdiri di ambang pintu...

...“apa ada yang luka? Kasian kamu pasti kamu takut banget ya tadi, ini pasti gara - gara ulah si Rivandra yang nyulik kamu” tuding wanita cantik itu...

Areta sebenarnya masih gemetaran, jika tadi takut begal, setelah itu takut ditelanjangi warga, maka sekarang takut jika pernikahannya dan Rivandra terbongkar, malam ini ia serba takut.

...“Ga apa - apa Kak, Areta baik - baik aja, terima kasih atas perhatiannya” sahut Areta sopan, tak ingin mengadu tentang rasa takutnya yang kini bertambah berkali lipat karena status rahasianya dengan Rivandra...

...“Syukurlah, kalau kamu kenapa - kenapa bilang sama Kak Rossy ya” titah Rossy ramah, rasanya hanya ia yang ramah pada Areta malam ini...

...“Ah iya sebenarnya kamu habis darimana sih Rivandra? Mama kan udah ngelarang kamu buat keluar rumah selama masa pingitan, ini kamu malah keluyuran, mana bawa - bawa Areta lagi! Masih untung cuma barang kalian aja yang diambil, nah kalo nyampe Areta diapa - apain sama begal tadi gimana? Mama harus ngomong apa sama keluarganya Mauren dan calon suaminya nanti?! Berondong Anna pada Rivandra...

Deg..

Calon suami? Entah apa jadinya jika keluarga ini tau bahwa justru Rivandra lah yang menjadi suami Areta malam ini, batin Areta

...“Ma, sudah lah yang penting kan Rivandra sama Areta udah pulang dengan selamat, udah biarin Rivandra istirahat, dia masih syok kayaknya” bela Julian prihatin melihat anaknya yang sekaku dirinya itu dihakimi...

...“Ga bisa gitu Pa, apa yang diomongin Mama itu bener, emang kebiasaan anak ini suka semaunya sendiri Pa, ngeyel, susah dibilangin, udah Mama ceramahin aja terus!” Kompor Rossy...

Sementara masih terjadi kegaduhan di ruang tamu, Areta lebih memilih undur diri dan melangkahkah kakinya menuju kamar Oma Mieke, kalau sudah selarut ini biasanya Oma Mieke sudah terlelap, tapi karena rasa tanggung jawab akan tugas yang sempat ditinggalkannya tadi, Areta ingin memastikan bahwa Neneknya Rivandra itu telah nyaman di tempat tidurnya.

Beberapa kali ketukan pintu yang tak disahut membuat Areta langsung masuk ke dalam kamar Oma Mieke, ia melangkah sepelan mungkin mendekati tempat tidur dimana Oma Mieke sudah terlelap dengan pulasnya.

Areta membenar - benarkan selimut Oma Mieke, sekali lagi memastikan kalau Oma sudah nyaman sebelum ia kembali ke kamarnya untuk mandi dan membaringkan diri, sungguh Areta butuh tidur sekarang. Peristiwa hari ini membuat jiwa dan badannya lelah luar biasa. Kakinya saja masih lemas, badannya awet gemetaran

...“Kamu kok baru pulang Areta?” tanya Oma Mieke tiba - tiba, gadis yang tengah hanyut dalam lamunannya itu spontan mengelus dadanya, kaget, jantungnya serasa nyaris copot....

...“Astaga Oma, haduh Oma bikin Areta kaget aja!” Seloroh Areta, “Oma kok belum tidur? Ini udah malem banget loh Oma” gadis itu kemudian duduk di tepi ranjang, mengistirahatkan sebentar badannya yang remuk redam...

Oma Mieke beringsut duduk

...“Oma mana bisa tidur kalau tau kamu belum pulang Areta, kamu dibawa kemana sama Rivandra tadi?” cecar Oma Mieke, “Ah Oma tau, kalian habis kencan diam - diam ya?” Goda Oma Mieke sambil senyum - senyum dan menaikan satu alisnya...

...“Ahhahhaha… Oma, kencan gimana? Oma kan tau kalo Kak Rivandra itu mau nikah sama Kak Mauren!” Areta terbahak, geli mendengar tudingan Oma Mieke...

Oma mendengus kesal,

...“harusnya nikahnya itu sama perempuan kayak kamu, bukan malah milih artis kacangan gitu” ucap Oma Mieke seakan lupa kalau Mauren adalan sepupu Areta, memang dari hari pertama bertemu dengan Areta, Oma Mieke sudah terang - terangan memberi tahu Areta bahwa ia tak suka dengan Mauren...

...“Namanya jodoh ga ada yang tau Oma” sahut Areta, ...

...“Nah itu dia, jodoh itu ga ada yang tau, siapa tau ada keajaiban dalam beberapa hari ini terus Rivandra cucu Oma itu nikahnya sama kamu”...

Deg..

Areta mematung, kalau kata orang omongan adalah do’a maka sepertinya omongan Oma adalah do’a yang makbul karena memang saat ini ia adalah istri dari Rivandra yang sah secara agama

...“Oma istirahat dulu ya, udah malem, besok pagi Areta ajak Oma sarapan di taman belakang deh” tutur Areta mengalihkan pembicaraannya...

...“Janji? Oma seneng banget kalau sarapan di taman belakang, Oma jadi bisa liat kebun mawar Oma, liat kupu - kupu, terus Oma juga bisa bernafas lega ga melulu liat muka kakunya Julian atau Rivandra” cerocos Oma Mieke yang membuat mereka berdua tergelak ...

Setelah berbincang santai sebentar, akhirnya Oma Mieke tertidur dengan pulas. Areta nyaris saja ikut tertidur tadi saking lelahnya, jika saja suara Oma yang mengigau tak membangunkannya.

Areta beringsut bangkit dari tempat tidur Oma Mieke, langkahnya gontai menuju keluar kamar. Setelah mematikan lampu kamar dan menyisakan cahaya temaram dari lampu tidur, Areta menutup pintu kamar itu sepelan mungkin. Tangannya terulur mengusap tengkuknya yang terasa kaku, tak lama ia membalik badan hendak melangkah, tak sadar sosok tinggi tegap Rivandra sudah ada di depannya,

...“Astaga Kak, ngapain sih disitu? Kaget tau!” Protesnya, sungguh ia tak ingin bertemu lagi dengan laki - laki di depannya malam ini...

...“Sssttt, jangan kenceng - kenceng ngomongnya, ntar ada yang denger” ucap Rivandra sambil meraih tangan Areta dan menariknya menuju samping lemari besar tepat di depan kamar Oma Mieke, lemari tempat penyimpanan barang - barang antik millik Julian itu menjulang tinggi dan kokoh, disamping lemari besar itulah Rivandra kecil dulu sering bersembunyi ketika bermain petak umpet dengan Rossy, kakaknya....

Rivandra celingukan sebentar memastikan rumah yang telah sepi dan gelap di beberapa titik itu sudah steril dari orang, wajahnya menunduk sedikit mensejajarkan tatapannya dengan iris mata Areta

...“Tadi kamu ngobrol apa sama Oma? Saya denger - denger soal nikah, kamu ga cerita sama Oma kalau kita udah nikah kan?” Cecar Rivandra, wajah dinginnya mengintimidasi, jaraknya terlalu dekat, Areta sampai bisa menghirup bau mint yang menguar dari mulut Rivandra, sepertinya pria itu telah mandi, wajahnya sudah segar kembali, bajunya pun sudah berganti, sekarang ia hanya mengenakan kaos ketat berwarna hitam yang membuat otot kekarnya makin menonjol...

...“Ngapain aku ceritain ke Oma Kak? Apa untungnya coba? Yang ada bisa - bisa aku dikatain pelakor sama semua keluarga Kakak” tandas Areta...

...“Bagus kalo kamu ngerti, inget ya ga boleh ada siapa pun yang tau soal pernikahan kita, baik keluargaku maupun keluarga kamu terlebih Mauren” ucap Rivandra memberikan penekanan ketika menyebut nama Mauren, kekasih yang begitu ia cintai beberapa tahun ini....

...“Jangan khawatir Kak, dan tolong Kakak juga tepatin janji yang udah Kakak buat untuk menceraikan aku beberapa hari lagi, aku tunggu!” ucap Areta tak mau kalah, lantas mantap beranjak hendak menuju kamarnya, sial tak dapat ditolak memang, baru beberapa langkah ia berjalan, suara langkah seseorang terdengar menuju ke arah mereka, tentu akan mencurigakan jika Areta dan Rivandra terlihat berduaan tengah malam begini....

Areta yang panik segera kembali ke tempat persembunyiannya tadi, sementara Rivandra sigap menghimpitnya untuk memastikan jika yang datang tak akan melihat mereka

Areta merutuki dirinya yang lupa jika setiap malam Julian akan memeriksa kondisi Ibunya itu, dan benar saja memang Julian yang datang kesana, masuk sebentar ke kamar Oma Mieke dan tak lama kemudian keluar lagi lalu berjalan dan menghilang berbelok ke ruangan lain

Gadis itu menghela lega nafasnya, melepaskan ketegangan yang melandanya barusan belum lagi himpitan dada bidangnya Rivandra membuatnya sulit bernafas tadi, namun entah kenapa laki - laki jangkung di depannya tak juga mengurai himpitannya pada Areta, Rivandra mematung tak bergeming

...“Kak lepas ih, ga usah nyari - nyari kesempatan ya!” Sewot Areta...

Rivandra yang tersadar sempat terbawa gelora hasrat pada Areta segera mengurai himpitannya, lantas berdehem menutupi nafsunya yang kian membuncah

...“yang nyari - nyari kesempatan siapa? Tadi saya cuma mastiin nyampe Papa benar - benar udah jauh dari sini” elak Rivandra, ia malu sendiri karena sempat terhanyut pada hangatnya tubuh Areta tadi....

...“Ngeles aja kayak bemo! Udah jelas - jelas tadi Kak Rivandra tetep ngehimpit badan aku padahal Om Julian udah jauh” cerocos Areta lagi...

...“Jangan geer ya kamu, tadi saya cuma bener - bener khawatir kalau Papa nyampe ngeliat kita disini, lagian saya udah punya Mauren dan saya cinta banget sama dia, saya ga mungkin tertarik pada wanita lain” sewot Rivandra ...

...“Iya iya, terserah Kakak aja!” Sahut Areta asal lalu beranjak dari situ meninggalkan Rivandra yang sedang berperang dengan birahinya sendiri. Tak salah memang jika ia menyentuh Areta toh Areta adalah istrinya dan ini adalah malam pertama mereka, tapi itu berarti ia mengkhianati rasa cintanya pada Mauren....

...“Sabar - sabar, nunggu Mauren beberapa hari lagi” gumamnya pada diri sendiri...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rutinitas pagi ini terlihat seperti biasa, keluarga besar telah berkumpul untuk sarapan bersama, meskipun tanggal pernikahan Rivandra dan Mauren sudah semakin dekat tapi tak nampak kesibukan berarti di rumah Rivandra, itu karena pernikahan mereka akan dilaksanakan di salah satu hotel termewah dan semua persiapan pernikahan Rivandra telah diserahkan pada wedding organizer yang diawasi langsung oleh asisten pribadinya Anna.

...“Rivandra, kamu udah hapalin ijab kabul kan? Awas jangan nyampe salah sebut nama ya entar” ucap Anna pada anaknya...

Rivandra mengangguk, ingatannya melayang pada kejadian tadi malam, bukan hanya menghapal ia bahkan telah mengucapkannya dengan lancar malam tadi, tapi bukan untuk Mauren melainkan Areta, Rivandra menoleh sekilas pada Areta yang tengah sibuk menyendok makanan untuk Oma Mieke

...“Kalau Oma sih malah berharap salah sebut, ya salah sebut jadi nama Areta gitu!” Seloroh Mieke...

...“Uhuuuk” Rivandra yang tengah makan terbatuk mendengar omongan Omanya itu, Rossy yang duduk di sebelahnya menepuk - nepuk tengkuk adiknya itu dan menyodorkan segelas air minum...

...“Oma sudah lah, kasian tuh Rivandra nyampe keselek gitu” ucap Anna prihatin pada anaknya, “lagian kan yang mau nikah itu Mauren bukan Areta, ya pastinya nama Mauren dong yang disebut di ijab kabul bukan Areta, Oma” tutur Anna...

...“Terserahlah, itu kan harapannya Oma, yang namanya harapan bisa terwujud bisa enggak, tergantung Tuhan maunya bagaimana” cetus Oma Mieke membungkam Anna...

Areta menundukkan kepalanya, seandainya saja keluarga itu tahu bahwa harapan Oma sudah terwujud, entah bagaimana reaksi keluarga Rivandra. Selain Oma Mieke, Areta tak yakin jika anggota keluarga Rivandra yang lain akan menerimanya sebagai menantu, siapa lah ia dibanding Mauren.

...“Oma kita ke taman belakang sekarang yuk, katanya Oma mau sarapan disana” ujar Areta, ia enggan mendengarkan perdebatan antara keluarga itu, apalagi entah salah apalagi ia pada Rivandra pagi ini sehingga laki - laki itu menatap tajam padanya...

Oma Mieke mengangguk senang dan membiarkan Areta mendorong kursi rodanya menuju taman belakang, senyuman terukir di wajah Oma Mieke sepanjang jalan menuju tempat favoritnya. sesampainya disana Areta menyuapi wanita tua yang masih cantik itu dengan telaten

...“Kamu katanya lusa mau wisuda ya Areta? emangnya kamu sekolah keperawatan dimana?”...

...“Areta ga sekolah keperawatan Oma, Areta kuliah jurusan ekonomi” jawab Areta...

Oma Mieke mengerutkan keningnya,

...“Loh sarjana ekonomi kenapa malah ngerawatin nenek - nenek kayak Oma gini? Harusnya kan kamu kerjanya di perusahaan atau di bank gitu Areta” selidik Oma...

...“Tante Susan sama Om Dani yang minta agar Areta diperbantukan disini Oma, kan Oma lagi butuh perawat” sahut Areta sambil menyuapkan makanan ke mulut Oma Mieke sepelan mungkin...

...“Diperbantukan? disuruh maksudnya? Kamu itu keponakan atau pesuruh mereka sih Areta?” Sewot Oma Mieke, ia semakin tak suka dengan keluarganya Mauren itu, entah kenapa dari awal Rivandra membawa Mauren ke rumah dulu, Oma Mieke sudah tak senang padanya, padahal Mauren sangat cantik, anak pengusaha kaya, dan artis yang sedang naik daun. ...

...“Loh kan ga apa - apa kalau Areta bantuin Om dan Tante, Oma. Itung - itung balas budi” sahut Areta meskipun kalau dipikir - pikir ia sudah membalas budi mereka sejak dari kecil dulu, keluarga Mauren memang memperlakukannya dengan baik, tapi dari Areta kecil dulu ia sudah terbiasa membantu pekerjaan pelayan di rumah, menyiapkan seragam dan keperluan sekolah Mauren atau Fabian Kakaknya Mauren, bahkan mengerjakan semua tugas dan PR sekolah Mauren. Semua itu ia lakukan sebagai bentuk balas budi atas kebaikan Om dan Tantenya yang telah mau menampung dan membesarkan dirinya yang tak memiliki Ayah atau Ibu sedari kecil...

...“Kenapa kamu harus balas budi? bukannya mereka itu keluarga kamu? sudah kewajiban mereka untuk merawat kamu Areta!” Cecar Oma Mieke lagi...

...“Oma makannya udah habis, kita masuk yuk, ini waktunya Oma mandi kan?” Bukannya menjawab Areta malah mendorong kursi roda Oma Mieke masuk ke dalam rumah, ia memang malas membahas apalagi mengeluhkan kisah hidupnya yang tragis pada siapa pun....

Sepanjang perjalanan ke kamarnya Oma Mieke bersenandung riang menyanyikan lagu kenangan dengan mendiang suaminya dulu, sesekali Areta ikut bernyanyi, membuat wanita lanjut usia itu semakin semangat melantunkan lagu kesukaannya itu

Kedekatan keduanya justru mendapat tatapan sinis dari Rivandra yang sedang memandangi keduanya dari jauh, pria dingin itu merasa kalau Areta mencari perhatian Neneknya, ia bahkan berpikir jika Areta lah yang membuat Neneknya makin tak suka pada Mauren.

Saling Membenci

(Hai all, welcome ke karya kedua Author Aurora ya, besar harapan Author agar karya kedua ini mendapat antusiasme dari teman - teman semua berupa like, gift, favorite, vote, serta tak lupa kritik dan saran 😊😊. Happy reading all ❤️❤️❤️❤️)

Acara wisuda yang Areta tunggu akhirnya datang juga, setelah ia berjuang susah payah untuk mempertahankan beasiswanya, sesuai dengan syarat yang diajukan oleh Om dan Tantenya, jika Areta ingin kuliah di kampus yang sama dengan Mauren dan Fabian maka Areta harus mengikuti jalur beasiswa.

Hanya Fabian yang waktu itu senior kampusnya alasan Areta keukeuh untuk kuliah di kampus elit dan bergengsi tersebut. Areta sangat menyukai sepupunya itu semenjak ia masih kecil dulu, segala cara ia tempuh agar bisa memantaskan diri untuk bersanding dengan Fabian, termasuk belajar mati - matian agar ia berprestasi karena Areta tahu diri, tak mungkin Tante Susan atau Om Dani menerimanya sebagai menantu kecuali jika Areta punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Sebenarnya awalnya Areta tak percaya diri, tapi perhatian dan rasa suka yang ditunjukkan Fabian padanya membuat ia bersemangat untuk berjuang agar suatu hari ia dianggap layak mendapatkan Fabian

Hampir semua mahasiswa telah memadati kursi yang disediakan di ballroom salah satu hotel termewah itu, begitu juga dengan kursi khusus para pendamping wisudawan dan wisudawati.

...“Ya ampun Areta kamu cantik banget!” Ucap April, sahabat satu - satunya Areta yang baru saja datang, ia terpukau melihat wajah cantik Areta yang mengenakan make up tipis, kebaya warna merah membalut kulit Areta yang putih....

...“Hahhha.. lebay kamu Pril, yang cantik itu kamu, tumben kemayu, aku nyampe pangling tadi!” Goda Areta pada sahabatnya yang tomboy itu...

...“Dih nih anak, dibilangin malah ngeledek! Ga sadar apa kamu diliatin semua orang dari tadi, eh ding kamu emang biasa diliatin ya!” Ocehnya sambil cengengesan...

Perhatian orang - orang pada Areta mulai terpecah ketika Mauren yang juga akan di wisuda datang, bukan hanya karena Maurennya saja yang memang seorang artis, tapi karena pendampingnya yaitu Rivandra, siapa yang tak tahu Rivandra seorang dokter bedah muda yang rupawan dan terkenal, yang juga cucu laki - laki satu - satunya dari seorang konglomerat. Rivandra diizinkan untuk keluar dari masa pingitannya sebentar khusus untuk menghadiri acara wisuda Mauren.

April memicingkan mata, memastikan penglihatannya pada subjek jauh di depannya yang baru saja datang, tempat duduk para wisudawan memang diatur sesuai fakultas dan nomor induk siswa, fakultas ekonomi mendapat posisi di tengah ballroom, Areta dan April duduk di barisan belakang, agak jauh dari pintu masuk. “Om dan Tante kamu sama Kak Mauren datang tuh Ta, itu calon suaminya kan ya?” Tanya April pada Areta yang malah celingukan mencari sosok Fabian diantara kerumunan orang

...“Iya” sahut Areta tak peduli, seandainya saja temannya itu tahu kalau mereka sekarang mereka tinggal satu atap dan bahkan Rivandra sudah jadi suaminya, entah selebar apa mulutnya menganga nanti...

...“Ganteng banget ya Ta kalau liat aslinya, jauh lebih ganteng dibanding di TV sama di majalah loh” tambahnya lagi, matanya tak berkedip melihat sosok Rivandra yang kini duduk di kursi pendamping bersama orang tua Mauren...

Areta menoleh pada sahabatnya itu

...“Tau cowok ganteng juga kamu Pril? Aku pikir kamu taunya cewek cantik, sempet takut juga kalau kamu naksir aku! Hahhaha.. “ goda Areta lagi dengan tawa renyahnya...

...“Dih nih anak lama - lama ngelunjak ya kamu, aku sumpahin kamu sama Kak Fabian jadian loh!” Tutur April, ia memang sudah tahu perasaan sahabatnya itu pada Fabian...

...“Aamiin.. tau gitu aku ledekin aja kamu dari dulu!” Seloroh Areta lagi, hidungnya kempas kempis bahagia atas do’a April...

...“Kamu mau aku cabut sumpahku tadi Areta?”...

...“Hahha.. ampun Pril, ampun!” Ucap Areta, kedua sahabat itu kemudian tertawa bersama, tawa Areta semakin lebar tatkala melihat Fabian yang baru saja datang, laki - laki tampan yang juga menjadi pusat perhatian itu sebenarnya bukan datang untuk Areta, melainkan untuk kekasihnya Aurel, hasil perjodohan orang tua Fabian dan orang tua Aurel. Tak ada pendamping yang datang untuk Areta hari ini, tapi tak apa, ia sudah terbiasa....

...“Tuh cowok idaman kamu dateng Ta!” Tunjuk April pada Areta, “tapi kok gandengan sama Aurel, Ta?” Tanya April memelankan suaranya sambil menoleh pada Areta, khawatir jika temannya itu tiba - tiba menangis karena patah hati...

Areta membenarkan duduknya, menghirup nafasnya dalam - dalam, “pacaran kan mereka? Dijodohin gitu sama orang tuanya masing - masing, biasa lah orang kaya” sahut Areta santai, namun hatinya remuk redam

...“Ouuww.. Kamu ga apa - apa? Ga pengen nangis gitu?” Mata April menatap Areta lekat, heran melihat sahabatnya yang anteng - anteng saja...

Gadis yang terbiasa menahan perasaan itu, profesional menampilkan senyum terbaiknya, “Baru pacaran kan Pril belum nikah, kata orang sebelum janur kuning melengkung maka masih milik bersama! Hahhha…” bukannya menangis Areta malah tertawa bahagia, April bingung awalnya tapi melihat temannya tengah bahagia ia pun ikut tertawa

Acara wisuda kemudian dimulai, satu per satu nama wisudawan dan wisudawati dipanggil sesuai fakultas masing - masing untuk dipindahkan tali toganya dengan khidmat oleh rektor mereka, meninggalkan acara puncak yaitu pengumuman wisudawan dan wisudawati terbaik.

**Areta kini sudah berbaris di pinggir panggung dengan beberapa mahasiswa yang mendapat nilai tertinggi sesuai dengan gladi resik beberapa hari sebelumnya, Areta boleh bangga ketika berada di jajaran mahasiswa berprestasi itu, tak mudah untuk menjadi salah satunya, karena kampus bergengsi itu terakreditasi internasional. suara MC membahana memanggil satu - satu mahasiswa kebanggaan kampus untuk naik ke atas panggung, ketika tinggal satu orang yang di depan Areta, gugupnya baru terasa

...“Dari Fakultas Hukum, Ahmad Bahtiar putra dari Bapak Yusuf Bahtiar dan Ibu Sari Utami dengan indeks prestasi kumulatif 3,96” ucap MC yang kemudian mendapat tepuk tangan meriah, Areta reflek bertepuk tangan, ikut senang atas pencapaian teman sekampusnya...

...“Dan yang terakhir, dari Fakultas Ekonomi, Areta Diandra De Vries, putri dari Almarhum Bapak Alan Bramasta dan Almarhumah Ibu Liliana de Vries dengan indeks prestasi 4.00” ucap MC, hadirin sontak berdiri bertepuk tangan atas pencapaian sempurna Areta, gadis cantik tanpa pendamping itu maju dengan elegan, siap menerima hasil kerja kerasnya....

Fabian, sang idola gadis cantik itu menatap bangga, sementara Rivandra, suaminya yang baru beberapa hari memandang Areta dingin.

...“Selamat ya Areta, Om bangga banget sama kamu” ucap Om Dani sambil menepuk - nepuk pundak Areta begitu acara telah selesai...

Areta tersenyum lega, bahagia mendapati senyum bangga di wajah Om Dani “makasih Om”, sahutnya sopan

Tak lama Mauren ikut menghampirinya dengan menggandeng mesra Rivandra, suami siri Areta

...“Areta, selamat ya, Kakak bangga banget sama kamu!” Tutur Mauren sambil memeluk Areta lantas mencium pipinya kanan kiri, Areta kaku tak membalas pelukan Mauren, perasaannya campur aduk, takut dan gugup...

...“M-makasih Kak”, seandainya saja Mauren tahu kalau sekarang Areta adalah istri calon suaminya sudah tentu bukan ciuman di pipi yang ia dapat melainkan tamparan, Mauren menyenggol bahu tegap Rivanda yang berdiri angkuh, mengkode agar ikut mengucapkan selamat...

...“Ayo” rengek Mauren...

Mengulurkan tangan segera, Rivandra menatap dingin gadis yang sudah dinikahinya “selamat ya” ucap Rivandra datar, sigap menarik tangannya kembali

...“Iya” sahut Areta dingin, tak ingin berlama - lama pun menatap mata tajam Rivanda, ia memilih memalingkan muka, mencari sosok Fabian...

...“Harusnya kamu kayak Areta tuh, nilainya sempurna, lulusnya juga cepet, kamu malah cuti semester terus buat ngejar karir keartisan kamu” tutur Om Dani pada anaknya Mauren...

Tante Susan berdecak, kesal pada omongan Om Dani

...“Pa, jangan suka ngebandingin gitu ah, Mauren juga berprestasi Pa, buktinya dia bisa jadi artis papan atas” sanggah Tante Susan membela anaknya, Om Dani hanya mendengus, sementara Tante Susan menoleh pada Areta...

...“Oh ya Areta, kamu kerasan kan tinggal di rumah Rivandra?” Tanya Tante Susan, Areta mengalihkan pencariannya akan Fabian sebentar, lanjut menoleh pada Tante Susan dengan senyuman terbaiknya...

...“Iya Tante, semuanya baik sama Areta” sahut Areta, “kecuali Rivandra” batinnya....

...“Hemm, baguslah.. Meskipun sudah lulus, tapi untuk sementara Tante minta kamu tetap jagain Oma Mieke sampai Oma Mieke dapet perawat yang cocok ya, ya itung - itung balas budi sama Om dan Tante lah, Areta” tutur Tante Susan, lembut memang tapi cukup menusuk hati...

...“Iya ga apa -apa Tante, Areta ikutin kemauan Om dan Tante saja” sahut Areta sopan, memangnya punya pilihan apa Areta selain mengikuti keinginan kedua orang itu, bisa dibilang masa depannya tergantung kebaikan dan keinginan mereka, karena untuk sementara ini ia belum punya cukup uang untuk bisa hidup sendiri, uang bulanan yang tak seberapa dari mereka hanya bisa ia tabung sedikit...

Tante Susan tersenyum puas

...“Nah gitu, nanti kalau Oma sudah punya perawat baru kamu bisa bantuin Fabian di kantornya, kamu kan pinter, Tante yakin kamu bisa ngebantu Fabian memajukan perusahaan” tambah Susan, Dani menghela nafasnya, berdirinya tak tenang, tak enak pada calon menantunya membahas urusan keluarga...

...“Ma, apa ga bisa dibicarakan nanti aja?” Protes Mauren membela Areta, Mauren memang selalu baik padanya. Areta merengut, gadis cantik itu benar - benar tak enak hati karena diam - diam menjadi istri calon suaminya...

...“Iya Ma, dibicarakan nanti aja, lagian ga enak kan sama Rivandra, ntar dikiranya kita Om dan Tante yang kejam lagi” gurau Om Dani, Susan membungkam diri lalu tersenyum kikuk, lupa kalau disitu ada Rivandra...

Rivandra tadinya memang berpikir begitu, tapi jika memang seperti itu ia pun tak peduli, yang ia pedulikan hanya cintanya pada Mauren yang begitu besar

Fabian, laki - laki tampan yang Areta tunggu ikut bergabung, meninggalkan Aurel yang tengah sibuk berfoto dengan orang tua dan teman - temannya

Fabian mengulurkan tangan kekarnya, Areta gugup, gemetaran menyambut tangan Fabian “Selamat ya Areta” wajah Fabian yang tampan berkali lipat kadarnya ketika ia tersenyum manis

...“M-Makasih Kak”, jantung Areta tak bisa dikontrolterlalu cepat berdetak, pipi Areta pun bersemu merah, enggan melepaskan genggaman tangan hangat Fabian...

Tante Susan terlihat tak senang melihat interaksi keduanya, ia maju mendekat ke arah Fabian lantas mengusap lengan anaknya, mengurai genggaman Fabian pada Areta

...“Setelah ini kalian mau kemana?” Tanya Susan ramah pada Rivandra...

...“Ada acara makan malam di rumah untuk merayakan kelulusan Mauren, Tante” sahut Rivandra, Om Dani manggut - manggut senang...

Mauren yang masih bergelayut manja di tangan Rivandra tersenyum bangga karena calon mertuanya perhatian

...“Ya udah tapi jangan lama - lama ya, inget kalian masih dalam masa pingitan, jadi jangan keluyuran kemana - mana lagi” titah Susan...

...“Fabian kamu ikut aja ya, biar nanti bisa sekalian nganter Mauren pulang, soalnya Rivandra kan ga boleh keluyuran berduaan lagi sama Mauren” tambah Susan, kali ini Areta yang gugup, debar jantungnya kian memompa cepat, teringat janji yang Fabian buat dulu, fix malam ini hadiah itu ia akan terima dari Fabian...

...“Iya Ma” sahut Fabian patuh lantas menoleh sebentar pada Areta yang kini tertunduk malu, gayung bersambut Fabian memang berniat menemui Areta untuk memberikan hadiah yang ia janjikan jika Areta berhasil mendapatkan nilai tertinggi....

...****************...

Kini ke empat orang itu berada dalam satu mobil, Rivandra di kursi kemudi dengan Mauren di sampingnya, sementara Areta dan Fabian berada di kursi belakang. Beberapa kali Mauren bergelayut manja atau menciumi calon suaminya itu, membuat Fabian risih melihatnya, iri bercampur jengah mungkin, Fabian melirik sebentar Areta yang sibuk berdebar - debar sendiri membayangkan hadiah yang Fabian janjikan.

Tak lama mobil berhenti di depan rumah mewah Rivandra, ke empat orang itu kemudian turun nyaris bersamaan dan masuk ke dalam rumah, tak disangka sang empunya rumah dan anggota keluarga lain telah siap menyambut kedatangan mereka, terutama Mauren, sang primadona.

Mengurai sebentar gandengannya pada Rivandra, Mauren memasang senyum terbaik menyambut pelukan calon mertuanya

...“Selamat ya Mauren, akhirnya kamu udah resmi jadi sarjana ekonomi” ucap Mama Anna pada calon menantunya sambil mendaratkan ciumannya di pipi kanan dan kiri Mauren, Julian dan Rossy ikut bergantian memberikan selamat, mereka lalu sibuk berbincang bahagia, sesekali tawa mereka terdengar, hanya Oma Mieke yang enggan memberikan selamat, Oma lebih memilih duduk sendiri, khidmat menikmati tehnya. Pandangan Oma Mieke beralih pada Areta, gadis cantik berkebaya merah yang berdiri kikuk di samping Fabian...

...“Areta, sini” panggil Oma, tangannya melambai meminta Areta untuk mendekat, Areta menoleh sebentar pada Fabian, Fabian balas mengangguk, mengizinkan Areta untuk meninggalkannya sejenak, gadis itu tergupuh mendekati Oma Mieke...

...“Areta, Oma denger nilai kamu sempurna ya? selamat ya sayang, Oma bangga banget sama kamu” tutur Oma Mieke tangannya terulur mengusap - usap lengan Areta, hangat penuh kasih...

Senyum Areta merekah mendapat perhatian Oma Mieke, “Makasih Oma” sahut Areta yang kemudian takzim mencium punggung tangan Oma Mieke.

...“Gini nih calon istri idaman, udah cantik, otaknya ga kosong, sopan pula” sindir Oma Mieke sengit, suaranya sengaja ia besarkan, keluarga yang tengah berbincang menoleh pada asal suara lalu hening sebentar, Tante Anna salah tingkah tak enak pada Mauren, Om Julian hanya bisa berdehem, sementara Rivandra mengelus punggung Mauren yang kini wajahnya merengut sedih...

**Mauren tak lama mempertahankan sedihnya, mengeluarkan kemampuan aktingnya yang sudah mumpuni, ia gegas menghampiri lantas mencium punggung tangan Oma Mieke dan memberikan senyuman terbaiknya

...“Oma” ucap Mauren manis, namun Oma Mieke malah mendengus dan memalingkan mukanya, Mauren hanya bisa menghela nafas, ia memang telah menyadari ketidak sukaan Oma Mieke padanya semenjak pertama kali Rivandra membawanya ke rumah itu...

Suasana berubah canggung, Rossy dan Anna saling pandang, sementara Julian lagi - lagi hanya bisa berdehem tak nyaman.

Tak ingin drama berlanjut, Anna mendekati Mauren, sigap merangkul pinggangnya

...“Makan yuk, udah pada laper kan?” Ucap Anna sambil menggiring Mauren menuju meja makan, anggota keluarga yang lain mengekor menuju ruang makan, meninggakan Oma dan Areta berdua...

...“Oma mau makan?” Tanya Areta lembut...

...“Males, Oma ga selera” sahut Oma ketus...

...“Ya udah Oma istirahat di kamar aja ya”...

...“Iya, Oma di kamar aja, disini tiba - tiba rasanya pengap, panas” ucap Oma berteriak sengaja sepertinya agar Mauren ikut mendengarnya meskipun Mauren sudah tak terlihat, Areta menggelengkan kepalanya, tak ingin Oma mengeluarkan jurus perangnya lagi, Areta gegas membawa Oma ke kamarnya...

Lama tak kembali juga, Fabian beberapa kali celingukan mencari sosok Areta yang tak kunjung bergabung ke ruang makan

...“Nungguin Areta? Susul aja ke kamarnya Oma” tohok Rivandra pada Fabian temannya...

Fabian hanya nyengir kuda, tak berucap apa - apa malu mengakui kalau ia tengah menunggu Aretameskipun sudah tertangkap basah Rivandra, tak disangka Anna pun ternyata menangkap kegelisahannya, tak ada yang curiga mengingat Fabian dan Areta sepupuan, pikir mereka.

...“Iya Fabian, susulin aja Areta, sekalian suruh makan, kasian dia sendiri yang belum makan” tambah Anna...

...“Kalau gitu permisi sebentar ya” ucap Fabian sambil berlalu dari situ menuju kamar Oma Mieke, ia memang sudah terbiasa berkeliaran di rumah Rivandra karena mereka sudah lama berteman, bahkan Mauren dan Rivandra saling tertarik ketika Fabian dan Mauren berkunjung ke rumah Rivandra dulu....

Baru saja Fabian hendak menuju ke kamar Oma, ketika Areta baru saja keluar dari sana, gadis itu terkejut berbalut gugup

...“Kak Fabian ngapain disini?” Tanya Areta...

...“Nyusulin kamu”...

Areta tersipu malu dibuatnya, merasa agak jauh Fabian berjalan mendekat

...“Aku kan udah janji mau ngasih hadiah buat kamu kalau kamu lulus dengan nilai tertinggi” ucapnya, pipi Areta sudah semerah tomat sekarang...

...“Jangan disini Kak, ke taman belakang aja yuk” ajak Areta malu - malu, keduanya kemudian berjalan beriringan, Fabian sabar menyesuaikan langkahnya dengan Areta yang masih berkebaya lengkap dengan rok jaritnya, belum sempat berganti baju tadi karena ia sibuk mengurus Oma...

...“Ini” ucap Fabian sambil menyerahkan kotak kecil pada Areta sesampainya di taman belakang, kotak beludru berwarna hitam itu dihiasi pita kecil berwarna merah jambu, Areta gugup menerima tangannya sampai gemetaran...

...“Apa ini Kak?” Tanya Areta, jari cantiknya mengelus - elus permukaan kotak yang halus...

...“Buka aja!”...

...“Buat aku?”...

...“Ya buat kamu Areta, ngapain saya kasih kamu kalau buat orang lain”...

Areta cengengesan saja mendengar omelan Fabian, hati sungguh tak sabar ingin tahu isi kotak itu apa, tapi tangan tak sinkron malah gemetaran, alhasil Fabian refleks ikut membantu, sesekali jari mereka bersentuhan, membuat Areta tambah gugup

...“Wah, bagus banget Kak!” mata Areta terbelalak melihat kalung emas putih berkilauan dengan bandul berbentuk bunga es di dalam kotak, Fabian tersenyum senang, bangga karena Areta suka pemberiannya...

...Areta Memindai agak lama dengan senyuman lebar, “Kenapa bunga es Kak?”...

...“Kayak kamu, dingin” timpal Fabian...

...“Ahahaha… emangnya aku dingin gitu Kak?”...

...Fabian tersenyum, “begitu lah” sahutnya...

...“Sini aku pakein” ucap Fabian sambil meraih kalung dari tangan Areta dan mengalungkannya di leher putih Areta...

Entah perasaan Areta saja, tapi ia merasa malam itu begitu romantis, lampu temaram di taman belakang, angin yang bersemilir lembut, kalung indah di lehernya, dan sosok tampan Fabian di depannya

Fabian yang biasa dingin, ikut gugup, sesekali melayangkan pandangannya entah kemana, namun kembali lagi menatap lekat wajah cantik di depannya

...“Kamu cantik Areta” tutur Fabian, mengikuti nalurinya kini jarinya menelusuri bibir Areta, tubuh gadis cantik itu seketika meremang, kesadarannya setengah hilang entah kemana, “Seandainya kamu bukan anak haram” ucap Fabian, Areta tak peduli ia hanya ingin menikmati sentuhan Fabian yang telah lama ia dambakan...

...“Kamu udah pernah ciuman?” Tanya Fabian...

Areta menggeleng pelan malu - malu

...“Seriusan? Kenapa?”...

Areta tak menjawab, ia tak mungkin membiarkan Fabian tahu bahwa ia menolak semua laki - laki yang mendekatinya dan menyimpan ciuman pertamanya untuk Fabian, semuanya untuk Fabian

Fabian menarik dagu Areta perlahan, gadis itu semakin gugup saja, tangannya menggantung kemudian mengepal saking gugupnya

...“Padahal kamu cantik, aneh kalau belum pernah ciuman” tutur Fabian pelan, merdu. Wajah Fabian semakin dekat, pelan ia memiringkan wajahnya memposisikan bibirnya di depan bibir Areta...

”cup” kecupan pertama Fabian sukses membuat Areta meremang merasakan bibir tipis yang selama ini ia curi lihat diam - diam menyentuh bibirnya

...“Beneran ciuman pertama Areta?” Tanya Fabian, sangat lembut...

...“I-iya Kak” Areta terbata, gugupnya hingga ke ubun - ubun...

Fabian mengecup bibir Areta lagi, menutup matanya dan ********** pelan, Areta awalnya kaku apalagi ketika tangan Fabian kini diam bertengger di lehernya

Areta mengikuti nalurinya balas ******* bibir Fabian, idamannya. Kini keduanya tengah masuk ke dalam gelora yang diciptakan Fabian, Areta bahkan lupa kalau kini Fabian telah memiliki pacar dan ia istri siri Rivandra meskipun pernikahan mereka tak diinginkannya.

Fabian membasahi bibir bawah Areta yang terasa kering dengan lidahnya, lantas menyesapnya perlahan membuat tubuh Areta merinding, Areta balas memagut Fabian lembut.

Tangan Fabian turun memegang pinggang langsing Areta, gadis itu lagi - lagi mengikuti impuls mengalungkan tangannya di tengkuk Fabian, membiarkan Fabian memagut bibirnya tanpa henti dan bahkan ikut berperang lidah dengannya.

Tanpa mereka sadari Rivandra yang hendak menyusul Fabian dan Areta tengah memperhatikan mereka dari jauh.

Areta berhenti merespon ciuman Fabian ketika tangan Fabian sudah mulai bergerilya menyentuh dadanya, matanya membulat menatap mata Fabian yang tengah menutup masih menikmati lumatannya pada bibir Areta

Deg..

Jantung Areta makin memompa ketika tangan Fabian mulai meremas dadanya

...“Kak!” Fabian ikut menghentikan ciumannya, membuka matanya perlahan dan mengulik arti pandangan lekat iris coklat Areta padanya, Fabian mengerti ia sudah kelewatan dan Areta belum mau sampai kesitu...

...“Bibir kamu manis Areta, aroma strawberry” tutur Fabian serak, tangannya mengusap bibirnya yang basah dan tertular lipstik Areta...

...“Makasih” ucap gadis itu malu - malu, “Jadi hadiahnya double nih?” Goda Areta...

...“Mau triple? Aku bisa bookingin hotel buat kita.. hehehe”...

...“Ih Kak!” Sewot Areta, pipinya sudah semerah tomat sekarang...

...“Ahahaha.. bercanda” ucap Fabian sambil mengucek rambut Areta yang masin di sanggul...

...“Ih Kak jangan nanti kusut” protes Areta sambil membenar - benarkan rambutnya, Fabian terkekeh melihat Areta yang memanyunkan bibirnya...

...“Kata temen - temen junior di kampus kamu dingin sama cowok, kamu juga nolak semua yang nembak kamu nyampe kamu dijuluki ratu kutub, tapi kok ama saya kamu beda?” Tanya Fabian...

Areta hanya menggigit bibir bawahnya, ia tak mungkin mengatakan pada Fabian kalau ia menyukainya dari dulu, tidak belum saatnya, ia merasa masih belum pantas

...“Ya udah, saya pulang dulu ya, kamu makan habis itu istirahat” ucap Fabian...

Fabian mengecup kembali bibir Areta lalu beranjak dari situ,

Areta mematung tak bergeming, apa yang baru saja terjadi ibarat mimpi buatnya, sedikit tak mungkin tapi ia jelas merasakan bibir hangat dan lembut Fabian. Senyum merekah di bibir Areta, ia kini yakin tinggal selangkah lagi hingga impiannya untuk mendapatkan Fabian terwujud, ia akan menunggu hingga Fabian memintanya untuk menjadi kekasihnya.

...****************...

Selepas makan dan bersih - bersih tadi, Areta tak juga dapat memejamkan matanya, ia masih saja mengingat - ingat kembali ciuman pertamanya dengan Fabian, jarinya meraba - raba bibir bekas ciumannya tadi, seketika badannya merinding kembali, jantungnya pun tak mau berdetak normal karena memompa lebih cepat, ingin sekali ia mengulangi kejadian tadi.

Ketika Areta sibuk dengan lamunannya sambil berguling - guling di kasur, tiba - tiba suara ketukan pintu menjeda lamunannya, Areta beringsut duduk kemudian menunggu sebentar berharap agar yang mengetuk telah pergi, sungguh ia tak ingin siapa pun merusak lamunannya. Namun pintu kembali diketuk, bahkan digedor, tak sabar ingin segera dibuka

Areta bangkit dari tempat duduknya dan membuka pintu, Rivandra sigap masuk ke dalam kamar Areta lantas menutup pintunya dan menguncinya dari dalam

...“Ya ampun Kak, ngapain kesini? Kalau ada yang liat gimana?” Sewot Areta, ia kesal bukan main pada Rivandra...

...“Terus kalau ada yang liat kamu ciuman sama Fabian tadi gimana Areta?” Sengit Rivandra...

Areta membulatkan matanya

...“Kak Rivandra ngintip? Astaga!” Sewot Areta...

...”Bukan ngintip, tapi ga sengaja liat pas mau nyusulin Fabian”...

...“Kamu ga bisa berbuat seenaknya gitu Areta, gimana pun kita masih suami istri, kamu ga boleh ciuman sama laki - laki lain!” Areta melongo mendengar ucapan Rivandra...

...“Kak, kita ini nikah karena terpaksa keadaan, jadi kita ga terikat satu sama lain!”...

...“Tapi bukan berarti kamu bebas ciuman sama laki - laki lain Areta!” Ucap Rivandra tambah sengit, kakinya maju mendekati Areta...

...“Tapi Kak Rivandra bebas disentuh - sentuh sama Kak Mauren gitu?” Sahut Areta tak mau kalah...

...“Itu beda, saya dan Mauren memang mau nikah, sementara kamu sama Fabian ga ada hubungan apa - apa, bukannya Fabian itu pacaran sama Aurel?”...

Areta menarik nafasnya

...“Sebenarnya apa sih masalah kamu Kak?” Sentak Areta...

...“Masalahnya kamu masih istri saya Areta, suka ga suka” tandas Rivandra...

Areta menarik nafasnya, pria ini benar - benar membuat kemarahannya membuncah

...”Pernikahan kemarin terjadi karena kesalahan Kak Rivandra, seandainya aja Kakak ga maksa - maksa aku untuk jemput Kak Mauren ke lokasi syuting, semuanya ga akan terjadi!” Cerocos Areta menumpahkan kekesalannya...

...“Itu udah terjadi Areta, yang pasti selama beberapa hari ke depan kamu masih istri saya, dan selama itu kamu harus bersikap layaknya istri, setelah kita bercerai saya ga peduli dengan apa pun yang kamu lakukan” tandas Rivandra...

...“Egois!” Timpal Areta, “ceraikan aku sekarang Kak, supaya aku bebas!” tambahnya...

...“Kamu bahkan ga bisa nunggu beberapa hari lagi untuk godain pacar orang Areta?” Sinis Rivandra, ia lalu memandangi Areta dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan tatapan merendahkan...

...“Jaga omongan Kakak ya!” Areta mulai meradang...

...“Oh atau sebenarnya kamu diem - diem ngincer saya juga? Makanya kamu nyari perhatian Oma dan jelek - jelekin Mauren depan Oma, gitu?”...

Areta melongo, pria di depannya ini pedenya luar biasa memang

...“Jangankan ngincer, Kakak dikasih gratis pun aku ogah Kak, siapa yang mau sama cowok arogan dan kepedean kayak Kakak gini, Kak Mauren lagi linglung aja kali nyampe mau - maunya sama cowok tirani kayak Kak Rivandra!” Sengit Areta, matanya berkilat marah...

...“Kamu bisa aja ngelak, tapi buktinya kamu tiap hari ngehasut Oma buat benci sama Mauren kan? Apalagi tujuannya kalau bukan buat dapetin saya?” Nyinyir Rivandra, “asal kamu tau ya Areta, apa pun yang kamu lakukan ga akan bisa membuat saya berpisah dari Mauren!”...

...“Astaga!! Heh, kalau emang aku pengen dapetin Kak Rivandra ngapain aku minta - minta cerai coba?”...

...“Kamu pura - pura aja kan? Biar nutupin rencana kamu buat dapetin saya?!” Sinis Rivandra lagi, “oh atau emang ini tabiat kamu Areta, kamu seneng godain cowok orang ya?!” Cecar Rivandra sambil memajukan wajahnya menatap rendah Areta yang tengah dibakar api amarah...

...“Keluar kamu Kak, keluar!” Pekik Areta sambil mengacungkan telunjuknya, masa bodoh jika ada yang mendengarnya...

Rivandra panik, khawatir jika ada yang mendengar teriakan Areta, tanpa pikir panjang ia segera beranjak keluar dari kamar itu, meninggalkan Areta dengan sejuta kebencian yang tumbuh serempak di hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!