Basah

(Happy Reading ❤️❤️)

Rivandra melepas sabuk pengamannya, memiringkan dirinya sedikit dan mencodongkan badannya ke arah Areta, Areta kaget bukan main, matanya semakin membulat tatkala wajah Rivandra semakin dekat, aroma parfum yang Areta sukai itu semakin menusuk hidungnya, bahkan hembusan nafas pria itu terasa hangat menyapu wajahnya, Areta memejamkan matanya, antara kalut dan gugup menanti apa yang akan dilakukan Rivandra, ia bersiap dengan jantung yang berdebar..

----

...“Sabuk pengamannya dipake Areta” ucap Rivandra lembut, sambil memasangkan sabuk pengaman pada Areta, “klek”...

Deg…

Malunya Areta ampun - ampunan, ia sampai menutup wajahnya, pikirannya tadi sudah berlayar kemana - mana

...“Kamu kenapa Areta?” Tanya Rivandra bingung, setelah memastikan Areta aman, ia kembali ke tempatnya, memasang sabuk pengamannya, lalu perlahan melajukan mobilnya...

Areta menghirup oksigen banyak - banyak berharap bisa mengusir rasa groginya, untung saja ia tak melayangkan tangannya pada pria itu karena berpikir kalau Rivandra akan menciumnya tadi, kalau tidak sudah pasti malunya berkali lipat,

...“Areta, kamu kenapa? Mual lagi?” Tanya Rivandra, ia khawatir karena Areta menarik dan mengeluarkan nafasnya, membuat pipinya menggembung dan mengempis...

Areta menggeleng pelan, lalu membenarkan duduknya, “ga apa - apa Kak, fokus aja nyetir, fokus!” tutur Areta

...“I-iya, saya fokus kok nyetirnya, harus fokuslah kan bawa istri sama anak” seloroh Rivandra...

Deg..

Kali ini keduanya yang berdebar, Rivandra spontan mengatakan itu tadi tapi kini ia gugup sendiri, Areta lebih lagi, malam ini jantungnya seperti berolahraga

Areta berdehem, “Tukang satenya mana ya? Kok ga keliatan juga?” Tuturnya memecah kegugupan

...“Um.. anu, um.. kamu mau satenya yang di gerobak atau di restoran?” Tanya Rivandra, ia salah tingkah, bicaranya yang biasa terkonsep kali ini berantakan, bingung entah mau ngomong apa ...

...“Di gerobak aja ya Kak, sambil duduk ngeliatin Abangnya ngipasin sate, wangi pas bakar satenya itu loh Kak enak banget” ucap Ibu hamil itu, wajahnya sumringah, matanya berbinar bahagia...

...Senyum terukir di bibir Rivandra, “Kamu mulai ngidam ya?” Tanyanya ...

...“Kandungannya udah satu bulan lebih Kak, mungkin aku emang mulai ngidam” tutur Areta sambil memegang sebentar dan memandangi perutnya, tempat dimana benih Rivandra kini tumbuh...

Rivandra mengulurkan tangannya, mengelus singkat perut Areta dan mengulum senyumnya

...“Kalau pengen apa - apa ngomong sama saya ya, kalau pas saya di rumah saya langsung beliin, tapi kalau saya lagi di rumah sakit atau ada urusan diluar, nanti saya minta orang saya buat nganterin ke rumah lewat Kak Rossy” tutur Rivandra...

...“Ga usah repot - repot Kak” ucap Areta ...

...“Ga repot - repot lah, itu kan anak saya, kalau kamu ngidam ya tanggung jawab saya buat menuhin keinginan kamu” sahut Rivandra, “ngerti ga Areta?!” Tanya Rivandra ...

...“Ah iya Kak, ngerti” jawab Areta, manut seperti biasa...

Mobil Rivandra masih saja melaju pelan, keduanya sibuk celingukan mencari tukang sate gerobak, berharap segera menemukannya mengingat waktu mereka yang terbatas, belum lagi petir sudah menggelegar, hujan tampaknya sudah tak sabar ingin segera turun

...“Kak, itu tukang satenya!” Tunjuk Areta, matanya berbinar...

...“Ah iya, sebentar” ucap Rivandra, tangannya sigap membelokan setir mobilnya untuk menepi dan memarkirkan mobilnya...

...“Yuk” ucap Rivandra, namun baru saja ia membuka sabuk pengamannya hujan turun dengan derasnya tanpa ampun ...

...“Yaaaahhh, hujan Kak” Areta merengut, kalau tidak sedang hamil mungkin ia bisa berkompromi makan sate di restoran atau mencari tukang sate yang paling tidak menyediakan tempat duduk dan tempat berteduh, tapi mood swingnya kini keukeuh menginginkan sate di gerobak itu...

...Rivandra mafhum betul raut kecewa di wajah Areta, “bentar ya” ucapnya sebelum ia keluar dari mobil dan menerobos hujan menuju geroba sate...

Areta melongo kaget, tak menyangka Rivandra akan senekad itu mengingat hujan yang turun dengan derasnya, ingin menyusul tapi mendengar suara petir sekencang itu Areta urung, ia hanya bisa melihat Rivandra dari kejauhan, berdiri di belakang tukang sate yang sibuk mengipas satenya, dibawah atap terpal yang tak seberapa besar hanya cukup untuk melindungi pembakaran dan mereka berdua, yang membuat Areta kaget adalah pria dingin itu ngobrol dengan penjual satenya, bahkan sesekali tawanya terlihat seolah mereka sudah akrab

...“Ga salah? kesambet apalagi itu cowok!?” Gumam Areta heran...

Bohong jika saat ini Areta tidak kagum melihat Rivandra, perhatian Rivandra untuknya, wajah ramah pada penjual sate, dan rambut basahnya yang sesekali ia sugar, Rivandra sangat tampan.

Areta berdebar, pipinya bersemu merah hingga ke daun telinga, malu sendiri memuji dalam hati pria yang selama ini dibencinya.

...“Astaga, aku kenapa?” Gumam Areta sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya...

Belum lagi hilang pikiran Areta tentang Rivandra, pria yang tengah Areta kagumi itu masuk ke dalam mobil, membawa tiga tentengan bungkus plastik yang luarnya basah karena air hujan

...“Ini satenya” ucap Rivandra, senyumnya puas sudah berhasil memenuhi keinginan Areta...

Areta terenyuh pada perhatian Rivandra padanya, entah karena masih pengaruh mood swing kehamilannya atau memang perhatian Rivandra membuatnya terharu, mata Areta sampai berkaca - kaca, nyaris menangis

...“Kak, makasih ya, maaf aku jadi ngerepotin” ucapnya, air matanya hampir keluar...

...“Ahahaha.. ga apa - apa Areta, ga perlu nyampe nangis gitu” ucap Rivandra, suara tawanya renyah di telinga Areta...

...“Tapi Kak Rivandra jadi basah” tutur Areta...

Rivandra mengusap - ngusap rambutnya yang basah, “ga apa - apa, entar juga kering” ucapnya

...“Jangan Kak, nanti Kak Rivandra sakit, aku bantu keringin ya” ucap Areta, tangannya sigap mengambil beberapa helai tisu dari dalam tasnya, melipatnya dan ia usap - usapkan di wajah Rivandra yang basah, lalu naik ke rambutnya...

Rivandra menegang, perasaannya tak karuan, sentuhan wanita itu di tengah rasa dingin yang menerpanya membuat hasratnya bangkit, ia tak munafik ingin sekali merasakan kembali hangatnya tubuh Areta, ditambah Areta yang sangat cantik dengan aroma parfum milik Rossy, kesukaannya. Ah kakaknya itu, sepertinya sengaja membuat penampilan Areta sesuai selera Rivandra.

...“Kakak bawa baju ganti ga?” Baju Kakak basah banget ini, tutur Areta khawatir, tangannya masih sibuk mengelap sisa air hujan di rambut Rivandra ...

...“Biasanya saya bawa, tapi di mobil yang satunya” sahut Rivandra...

...“Ya udah kita pulang aja yuk Kak, biar Kakak bisa ganti baju” ...

...“Ga bisa pulang dulu Areta, kalau hujannya sederas ini pasti jalanan yang kita lewatin tadi buat pulang banjir, nunggu bentar nyampe hujannya reda terus banjirnya surut ya” ucap Rivandra, Areta menurunkan tangannya, kini khawatir menerpanya, melirik jam di tangan kirinya sebentar, Areta menarik nafas ...

...“Udah jam 8 Kak, nunggunya lama ga ya? Aku takut Tante sama Om keburu pulang, belum lagi Kak Mauren” tuturnya ...

Mendengar nama Mauren, Rivandra segera meraih ponselnya di dalam laci dashboard mobil, membuka pesan dari Mauren yang belum sempat dibacanya, beberapa panggilan masuk darinya juga muncul di pemberitahuan, ponsel Rivandra memang di mode getar seperti biasa.

[sayang, maaf, maaf banget, aku ada script reading buat film terbaru, pulangnya besok pagi, ga apa - apa kan?] tulis Mauren

[ya] hanya itu jawaban Rivandra, kecewa lagi? Sudah pasti, merasa tidak dihargai? Jelas, bahkan Mauren lebih mementingkan pekerjaannya dibanding Rivandra, Mauren yang ia kenal dulu berbeda dengan Mauren sekarang

Hening sejenak sambil menyandarkan punggung ke sandaran kursi, ia lalu menoleh pada wanita cantik yang masih menatapnya, menunggu jawaban darinya

...“Ah iya kenapa Areta?” Tanya Rivandra, ia sampai lupa apa yang Areta tanyakan tadi...

...“Itu Kak, kalau Om sama Tante terus Kak Mauren keburu pulang gimana?” Tanya Areta...

Tangan Rivandra terulur mengacak pucuk rambut Areta, senyum terbit di wajahnya

...“Udah ga apa - apa, tadi Kak Rossy udah chat katanya Kak Rossy yang ngomong ke Papa sama Mama nanti kalau kamu lagi ada acara di rumah temen kamu, terus kalau soal Mauren.. “ jeda sebentar, raut kecewa terlihat di wajah tampan Rivandra “Mauren baru pulang besok pagi, udah kamu tenang aja” ucapnya...

...“Ah iya Kak” sahut Areta, pipinya memerah malu, sentuhan Rivandra di kepalanya membuat hatinya tak menentu...

...“Makan dulu satenya, ga enak kalau dingin” tutur Rivandra...

...“Iya” jawab Areta si wanita penurut, tangannya sibuk membuka bungkusan sate, aroma sate yang ia idamkan membuat air liurnya nyaris menetes...

...“Kakak ga salah, kenapa belinya banyak banget?” Protes Areta...

...“Hahaha.. supaya kamu dan anak kita sehat lah” sahutnya...

Areta mendengus

...”Aku ga bakalan sanggup Kak makan sebanyak ini” tuturnya, “bantuin” rengek Areta, sambil menyodorkan setusuk sate untuk Rivandra...

Rivandra sigap meraih satenya, lalu melahapnya pelan, “Nih udah dibantuin, kamu makan juga dong” ucapnya, tanpa diminta lagi Areta melahap satenya dengan wajah bahagia. Sate yang mereka anggap sangat banyak tadi itu nyatanya habis dilahap berdua, hawa dingin karena hujan yang tak juga mereda membuat perut mereka lapar.

...“Udah bisa pulang belum Kak?” Tanya Areta, sebentar - sebentar ia melihat jam di pergelangan tangannya, malam sudah semakin larut bahkan tukang sate tadi sudah meninggalkan pangkalannya menerobos hujan...

...“Kalau menurut GPS di titik jalan menuju pulang macet total, asumsi saya sih karena masih banjir” ucap Rivandra...

Areta tak bisa berbuat apa - apa selain menunggu hujan sedikit mereda, jalanan di tempat mereka menepi semakin sepi, tak ada kendaraan yang lewat. Hanya terlihat nyala lampu rumah warga tak jauh dari mobil mereka, sementara penghuninya sepertinya sudah bergulung dengan selimut di kamar mereka masing - masing.

Mengingat selimut Areta menoleh pada Rivandra, pria itu jelas sedang kedinginan, ia sibuk menggosok tangannya, Areta celingukan melihat ke sekeliling mobil, matanya berbinar melihat sehelai selimut yang terlipat rapi di kursi belakang, dan bantal kecil! Mata Areta membulat melihat bantal itu, ia yang sudah mengantuk senangnya bukan main

...“Kak ada selimut sama bantal di belakang” ucap Areta...

...“Oh ya?” Rivandra menoleh pada tempat yang Areta tunjuk, dengan setengah berdiri dari kursinya ia meraih bantal dan selimut dan memberikannya pada Areta, Areta membeberkan selimutnya, lantas menyampirkannya di bahu tegap Rivandra, bagaimana reaksi pria itu? Ia terkesiap, memandangi Areta yang sibuk membungkus badannya dengan selimut, batin Rivandra menghangat, seandainya Areta mengizinkan ia pasti sudah memeluk wanita itu erat. ...

...“Gimana, udah hangat?” Tanya Areta, Rivandra mengangguk pelan, menahan keinginannya untuk menyentuh istrinya sendiri...

...“Kak aku ngantuk banget, boleh tidur bentar ga?” Tanya Areta, jujur Rivandra sebenarnya ingin mengajak Areta untuk bermalam saja di hotel tak jauh dari tempat mereka sekarang, tapi ia tak sanggup untuk mengucap, tak ingin menerima tamparan Areta yang kedua kalinya...

...“Iya tidur aja, nanti saya sambil jalan pelan - pelan kalau hujannya sudah mereda” ucap Rivandra...

Bantal kecil yang menyangga kepala Areta mampu membuat Ibu hamil itu cepat terlelap, sementara Rivandra mengelus rambutnya perlahan. Lalu melajukan mobilnya menuju tempat yang ia yakini Areta akan suka

** Udah bangun?” suara lembut, sangat lembut Rivandra menyapa Areta begitu ia membuka mata, sudah semakin malam sepertinya,

Areta beringsut membenarkan duduknya, menggeliat dan mengerjap - ngerjapkan matanya, “jam berapa ini Kak?” Tanya Areta serak, nyenyak betul tidurnya hingga waktu nyaris tengah malam, bahkan Rivandra sudah melepas selimutnya, dan pria yang selalu wangi ini sudah tampan kembali dan… sexy, Areta menggeleng menghalau pikiran anehnya

...“Ahahaha.. kenapa? Saya tampan ya?” Rivandra senang mendapati Areta yang memandanginya, Areta membuang wajah, pipinya menggembung kesal...

...“Pedenya itu loh, ampun deh!” Sewot Areta, malu sebenarnya ketahuan menatap Rivandra yang menawan...

...“Hhmm.. bilang aja kalau emang saya tampan, bagus kan? nanti anak kita pasti cantik atau tampan” ucap Rivandra, Areta refleks mengelus perutnya...

...“Iya kan?” Keukeuh Rivandra...

...“Apanya?” Sahut Areta, tanganya masih di perut mengelus - elusnya pelan...

...“Kalau saya tampan.. hehhe”...

...“Hhmmph.. enggak biasa aja” sahut Areta kesal...

...“Ayolah, akuin aja” goda Rivandra sambil mendekati Areta, ia senang membuat istrinya itu kesal, pipinya yang menggembung dan merah kalau kesal membuat Rivandra gemas hendak mencubit, dan mencium kalau boleh....

Rivandra yang merasa Areta sudah mulai berdamai memberanikan diri mendekat, badannya dicondongkannya pada Areta, wajahnya maju mendekat kini persis di depan Areta.

...“Halo anaknya Papa yang tampan atau ganteng, jangan bikin Mama muntah terus ya, kasian Mama”Mata Rivandra memang tertuju pada perut Areta saat mengucapkan itu, tapi jantung Areta yang terasa tak karuan, apalagi ketika tangan Rivandra ditumpuk di atas tangan Areta dan insting ikut mengelus perutnya...

Laki - laki itu memang tampan, apalagi jika dari dekat susah mencari celanya, ditambah badan tegap dan otot kekarnya, cukup membuat perempuan ingin memandanginya terus, seperti Areta sekarang. Telat buat Areta memalingkan muka karena sekarang iris mereka saling bertemu, intim.

Jika iris mata Areta cokelat terang maka milik Rivandra hitam legam, tajam menatap Areta, lekat dan semakin dekat. Hembusan nafas keduanya menghangatkan wajah mereka yang terasa dingin satu sama lain, wangi mint favorit Areta menguar minta dicicip, Areta hendak mengelak tak percaya diri karena baru bangun, tapi dagunya ditarik, kini menatap lagi iris hitam Rivandra yang terlalu dekat, hingga Rivandra memiringkan kepalanya dan mendaratkan bibirnya di bibir Areta, menggeseknya, jantung Areta nyaris copot matanya masih membulat menatap mata Rivandra yang kini menutup, mengikuti impuls Areta ikut memejamkan mata, tanpa seizin pikiran warasnya kini ia membiarkan Rivandra memasukan bibir Areta ke mulutnya, menghisapnya dalam - dalam, manis, hangat, dan dag dig dug.

Areta melepas ciumannya duluan, rasa bersalah pada Mauren menampar kesadarannya, tangan Areta mendorong dada bidang Rivandra

...“Kak ini salah, aku kebawa suasana, Kakak juga kebawa suasana” tutur Areta, wajahnya tertunduk dalam, Rivandra mengangkat dagu Areta menatap wajah cantik itu lekat...

...“Kamu istri saya juga, kita ga salah, bukan hanya ciuman saya malah sudah berhasil bikin kamu hamil kan?” Goda Rivandra tapi tak membuat Areta senang, ia tetap merasa tak nyaman seolah dia seorang pelakor perebut suami orang...

...“Kak!” Tutur Areta wajahnya berpaling menahan malu ketika Rivandra hendak menciumnya lagi...

...“Ok.. Ok, pelan pelan aja, saya ga maksa” ucap Rivandra, tapi bibirnya mengecup kening Areta...

...“Pelan - pelan tapi nyosor” protes Areta...

...“Ahahhaha.. maaf” ucapnya, tapi maafnya pun palsu kini ia malah mencium pipi Areta...

...“Ih Kak, udah, nyosor terus!” Protes Areta...

...“Habis gemes” tuturnya, kali ini bibir Areta yang dikecupnya tanpa permisi, tapi tanpa di duga Areta diam saja, jadilah Rivandra menangkup wajahnya dan mengecupnya beberapa kali...

...“Kak, udah sih!” Sewot Areta...

...“Iya udah udah, eh coba kamu liat kita dimana sekarang?” Tanya Rivandra, Areta yang baru sadar kalau lokasi mereka sudah berganti memindai sekelilingnya, yang ia yakini sekarang mereka ada di ketinggian, karena Areta bisa melihat gemerlap lampu kota dari gedung - gedung tinggi dan kendaraan yang lalu lalang...

...“Suka?” Tanya Rivandra yang kini menggenggam tangan Areta erat...

...“Iya Kak, suka” ucapnya ...

Suasana malam itu memang syahdu, hujan masih setia menemani mereka, meskipun tak sederas tadi, tapi dingin masih menerpa mereka, Rivandra menyelimuti dirinya sendiri

...“Sini” ucapnya sambil menarik Areta ke dalam dekapannya, dan membagi selimutnya, kini mereka merasa hangat, meskipun terpisah oleh tuas transmisi mobil di antara mereka ...

...“Seneng?” Tanya Rivandra lagi, bahagia melihat wajah Areta yang berseri, Areta mengangguk...

...“Kita sering - sering gini ya, bertiga sama anak kita” ucap Rivandra, kini jarinya menjelajahi pipi Areta, bergerak pelan menuju bibir wanita yang tersipu malu itu, Areta tak bergeming terhipnotis sentuhan Rivandra, entah sejak kapan rasa itu mulai ada, ternyata hanya cukup tersiram perhatian Rivandra saja, maka api cinta itu mulai berkobar, atau ini hanya faktor hormonal saja? Entahlah Areta tak tahu, yang pasti saat ini ia menikmati kebersamaan dengan suaminya...

...“Iya Kak” ucap Areta, disambut kecupan manis pada bibirnya, jika bibir Rivandra sibuk mengecup bibir Areta, maka tangan Rivandra memegang tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka, ciuman Rivandra makin agresif, isapan demi isapan, bahkan lidah mereka kini saling bersentuhan, nafas Rivandra kian memburu, kini leher Areta yang ia isap sepelan mungkin tak ingin meninggalkan bekas...

...“Kak” ucap Areta parau, meskipun ia sudah terbuai tapi masih ada sedikit kewarasan untuk menghentikan Rivandra, khawatir kebablasan...

...“Ya?” Ucap Rivandra, sendu menghentikan kegiatannya...

...“Kak Rose telepon” ucap Areta sambil menunjuk ponsel Rivandra yang dari tadi terus bergetar tanpa disadari si empunya, Rivandra menenangkan dirinya sebentar lalu gegas menjawab telepon dari Kakaknya, samar Areta mendengar suara Rossy yang ngomel panjang lebar pada Rivandra...

...“Iya Kak” hanya itu jawaban dari Rivandra, setelah itu ia mematikan ponselnya...

...“Pulang yuk” ucapnya, sambil kembali mengecup bibir Areta...

...“Iya” jawab Areta, kali ini ia balas mengecup bibir Rivandra...

...“Pinter” ucap Rivandra, senyumnya mengembang...

Kalau yang berdua pulang dengan hati bahagia, lain halnya dengan Rossy, Rossy yang sudah mengenakan piyama dan roll rambut yang menggulung poninya bersungut - sungut pada Rivandra ketika menjemput Areta dengan mobilnya di gerbang perumahan, tak lama memang ngomelnya karena ketika bersama Areta ia sibuk menginterogasi adik iparnya itu tentang kencan pertamanya bersama Rivandra, Areta menceritakan sedikit saja, sisanya ia simpan untuk nanti ia ingat kembali menjelang tidurnya.

Terpopuler

Comments

Mirfa Linda

Mirfa Linda

Maureen kayaknya selingkuh deh,punya suami tampan tajir n mencintainya tapi dihargai. ngelunjak banget

2024-02-29

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

semoga ada keadilan buat Areta krn dia juga berhak bahagia..

2023-05-16

0

Fatihah

Fatihah

lanjut thour aq masih setia

2022-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Tanpa Resepsi
2 Pengantin Tanpa Malam Pertama
3 Saling Membenci
4 Tragedi
5 Terikat Tanpa Kepastian
6 Kecurigaan Oma
7 Honeymoon Untuk Dua Istri
8 Pacar Untuk Areta
9 Terbongkar
10 Kewajiban Suami Istri
11 Kehamilan Areta
12 Kemarahan Rossy
13 Perhatian Rivandra
14 Dingin Kembali
15 Hangat
16 Keluar Bersama
17 Basah
18 Malam Pertama
19 Mauren VS Areta
20 Kecurigaan Mauren
21 Sesak
22 Status
23 Ingin Lari
24 Ringkih
25 Fabian
26 Rivandra Makin Galau
27 Pertolongan
28 Akal Bulus
29 Ketika Takdir Bicara
30 Menggoda
31 Kegilaan Fabian
32 Rumah Kita
33 Periksa Kandungan
34 Kemana Rivandra?
35 Pertengkaran Pertama
36 Kebenaran Terungkap
37 Usaha Fabian dan Mauren
38 Dia Anakku!
39 Pesona Istri Pertama
40 Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41 Semua Rahasia Terbongkar
42 Buka Saja Semuanya!
43 Jeratan Areta
44 Kegelisahan Keluarga Mauren
45 Permintaan Mauren
46 Curahan Hati Rivandra
47 Titik Lelah Rivandra
48 Jangan Siksa Saya, Areta!
49 Semua Gara - Gara Areta!
50 Baby Areta dan Rivandra
51 Happy Honeymoon
52 Lembayung Senja
53 Berpeluh
54 Keputusan Rivandra
55 Akibat
56 Pilihan Yang Sulit
57 Aku akan baik - baik saja
58 Hancur Lebur
59 Kebusukan
60 Membuka Tabir Satu Per Satu
61 Akhir Kecurangan
62 Jarum dalam tumpukan jerami
63 Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64 Ada apa ini?
65 Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66 Jangan Ganggu Suamiku!
67 Buku Nikah
68 Mengusik Akan Terusik
69 Lamaran Dave Untuk Mauren
70 Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71 Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72 Terima Kasih Mama dan Papa
73 Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74 Tak Selalu Mulus
75 Krisis Percaya Diri
76 Kerikil Dalam Rumah Tangga
77 Pertengkaran
78 Pesona Seorang Rossy
79 Perlindungan Seorang Suami
80 Semakin Bucin
81 Mertua
82 Menusuk Dari Belakang
83 Kasih Sayang Julian
84 Lamaran
85 Kepergian
86 Kebahagiaan Setelah Duka
87 Update Karya Baru
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pernikahan Tanpa Resepsi
2
Pengantin Tanpa Malam Pertama
3
Saling Membenci
4
Tragedi
5
Terikat Tanpa Kepastian
6
Kecurigaan Oma
7
Honeymoon Untuk Dua Istri
8
Pacar Untuk Areta
9
Terbongkar
10
Kewajiban Suami Istri
11
Kehamilan Areta
12
Kemarahan Rossy
13
Perhatian Rivandra
14
Dingin Kembali
15
Hangat
16
Keluar Bersama
17
Basah
18
Malam Pertama
19
Mauren VS Areta
20
Kecurigaan Mauren
21
Sesak
22
Status
23
Ingin Lari
24
Ringkih
25
Fabian
26
Rivandra Makin Galau
27
Pertolongan
28
Akal Bulus
29
Ketika Takdir Bicara
30
Menggoda
31
Kegilaan Fabian
32
Rumah Kita
33
Periksa Kandungan
34
Kemana Rivandra?
35
Pertengkaran Pertama
36
Kebenaran Terungkap
37
Usaha Fabian dan Mauren
38
Dia Anakku!
39
Pesona Istri Pertama
40
Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mauren?
41
Semua Rahasia Terbongkar
42
Buka Saja Semuanya!
43
Jeratan Areta
44
Kegelisahan Keluarga Mauren
45
Permintaan Mauren
46
Curahan Hati Rivandra
47
Titik Lelah Rivandra
48
Jangan Siksa Saya, Areta!
49
Semua Gara - Gara Areta!
50
Baby Areta dan Rivandra
51
Happy Honeymoon
52
Lembayung Senja
53
Berpeluh
54
Keputusan Rivandra
55
Akibat
56
Pilihan Yang Sulit
57
Aku akan baik - baik saja
58
Hancur Lebur
59
Kebusukan
60
Membuka Tabir Satu Per Satu
61
Akhir Kecurangan
62
Jarum dalam tumpukan jerami
63
Larilah ke ujung dunia, saya tetap akan menemukanmu!
64
Ada apa ini?
65
Masa Lalu Yang Masih Menghantui
66
Jangan Ganggu Suamiku!
67
Buku Nikah
68
Mengusik Akan Terusik
69
Lamaran Dave Untuk Mauren
70
Resepsi Akbar Rivandra - Areta
71
Kekacauan Resepsi Dave Mauren
72
Terima Kasih Mama dan Papa
73
Kebahagiaan Setelah Semua Cobaan
74
Tak Selalu Mulus
75
Krisis Percaya Diri
76
Kerikil Dalam Rumah Tangga
77
Pertengkaran
78
Pesona Seorang Rossy
79
Perlindungan Seorang Suami
80
Semakin Bucin
81
Mertua
82
Menusuk Dari Belakang
83
Kasih Sayang Julian
84
Lamaran
85
Kepergian
86
Kebahagiaan Setelah Duka
87
Update Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!