“Kak, please buka dulu pintunya” Rivandra terus saja memohon setelah berpuluh kali ia mengetuk pintu kamar Rossy tapi Rossy tak membukanya, bukan Rossy sebenarnya tujuan utama Rivandra, melainkan Areta, ia ingin bicara dengan Areta tentang apa yang kemarin terjadi di mall
“Ada apa sih Rivan? Kamu ribut sama Rossy?” Tanya Oma yang tiba - tiba sudah ada di belakang Rivandra, suara gedoran pintu dan teriakan Rivandra memanggil Kakaknya terdengar hingga ke telinga Oma Mieke, beruntung di rumah hanya ada Rossy, Areta, Oma Mieke, Rivandra dan para pembantunya, kalau tidak sudah pasti yang lain akan curiga karena Rivandra yang biasa dingin kini sampai mengiba - iba minta dibukakan pintu oleh Rossy
“Oma, tolong dong bilangin sama Kak Rossy supaya bukain pintu, ada yang mau aku omongin sama Areta” kini Oma yang jadi sasaran permohonan Rivandra, Oma hening sebentar hatinya tahu ada yang sedang tidak beres terjadi antara Rivandra dan Areta, mau tak mau ia harus ikut campur tangan sebelum semuanya memburuk.
”Rose sayang, ini Oma! Bisa tolong bukain pintunya sebentar?” Ucap Oma sambil mengetuk pelan pintu kamar Rossy
“Jangan mau dimanfaatin sama si kadal buntung Rivandra Oma!” Pekik Rossy dari dalam kamar, kalau sudah keluar sumpah serapah seperti ini Oma Mieke tahu kalau Rossy sedang tersulut amarah, sementara Rivandra manyun mendengar julukan baru dari Rossy untuknya
Oma menghela nafasnya
“Rose, kalau ada masalah kan bisa dibicarain baik - baik, enggak gini caranya Nak, kasian Areta nanti dia stress” bujuk Oma lagi sambil melihat wajah memelas Rivandra
“Males ngomong baik - baik sama si buaya buntung Oma, Suruh pergi aja!” Pekik Rossy lagi, sekarang buaya tadi kadal buntung, entah apalagi yang akan diucapkan oleh Rossy
“Rose ayolah, jangan keras kepala gini, buka pintunya sekarang Rose!” Titah Oma, suaranya sudah mulai meninggi
“Ga mau Oma, males ngeliat muka sok ganteng si Rivandra!” Pekik Rose lagi, sama keras kepalanya dengan Rivandra
Oma menarik nafasnya seanggun mungkin
“Rossy!!!!!” Pekik Oma lantang membahana, para pembantu yang sedang ada di dapur saja sampai kaget dan mengelus dada, Rivandra bak disambar petir hanya mampu mematung tak menyangka jika Omanya yang anggun punya suara rocker, tapi teriakan Oma berhasil, perlahan Rossy membuka pintu kamarnya. Rivandra tersenyum lega, sedang Rossy bersedekap, matanya nyalang menatap Rivandra
“Ngapain?” Sentak Rossy pada Rivandra
“Um, anu Kak.. mau ngomong sama Areta bentar” tutur Rivandra sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal
“Ga bisa, Areta lagi sibuk, sana pergi jauh - jauh!” Sengit Rossy
“Rose, sudah! Ayo kita Oma ke kamar, kamu juga Rivandra! Kasian kalau Areta sampai denger kalian ribut - ribut kayak gini, bisa - bisa dia stress nanti” tutur Oma yang lalu melajukan kursi rodanya menuju kamarnya
“Cerita sama Oma, ada apa ini Rose?” Tanya Oma ketika mereka sampai di kamarnya, Rivandra tertunduk yakin kalau Rossy akan menyudutkannya
“Gini ceritanya Oma, kemarin kan Rossy habis nganterin Areta buat periksa kandungan ke dokter Kartini, terus Rossy ngajak Areta ngemall, eh ga taunya ketemu si bekicot ini sama si Mauren, Oma” tutur Rossy, nafasnya terengah menahan amarah
“Terus?” Tanya Oma penasaran
“Tau ga Oma kasian deh Areta, kemarin waktu pergi kan baju sama sepatunya lusuh banget ya Oma, jadi Rossy pengen beliin dia baju, kasian kan.. eh ga taunya si kadal ini lagi ama Mauren habis belanja banyak banget Oma, mana merek mahal semua lagi, nah berbanding terbalik kan sama Areta Oma? Harusnya kan kalau Mauren dibeliin Areta juga dibeliin dong!” Sewot Rossy, tangannya menunjuk - nunjuk muka Rivandra yang terduduk tak berkutik
Oma mulai meradang, ia sudah merangkai sejuta kata untuk menasihati Rivandra
“Lebih parahnya Oma, Mauren bilang kalau mereka baru pulang dari dokter kandungan buat program hamil Oma, dia ngomong di depan Areta coba Oma! Gimana Rossy ga kesel?!” Seolah belum puas Rossy mengungkap semuanya, tak ayal lagi Oma murka
“Rivandra, apa kamu udah ga waras, hah?!” Sentak Oma pada Rivandra yang masih tertunduk
“Anak yang satu aja usia kandungannya baru tiga minggu, baru kemarin kita tau kalo Areta hamil Rivandra!!!!!” Sewot Oma
“Mampus!” Gumam Rossy sambil bersedekap, senyum puas terulas di bibirnya yang sexy
“Kok bisa - bisanya kamu program - program hamil segala? Apa kamu ga mempertimbangkan perasaan Areta, hah?” Sentak Oma lagi
“M- maaf Oma tapi itu keinginan Mauren, Rivan ngerasa ga adil aja kalau Mauren menunda kehamilan karena Areta lagi hamil” ucap Rivandra terbata, Rossy mengepalkan tangannya sudah hendak menghajar adiknya itu
Belum lagi Rossy mengeluarkan sumpah serapah, Oma Mieke sudah memukul - mukul punggung kokoh Rivandra
“Ampun Oma, ampun!” Ucap Rivandra sambil meringis, Rossy terkekeh puas
“Kamu itu ga mikir apa Rivandra? Kamu pikir Areta pengen hamil apa? Kalau bukan karena kamu memperkosa dia malam itu, dia ga akan hamil anak kamu Rivandra, dan dia ga akan terjebak sama suami dzolim kayak kamu!” Pekik Oma Mieke, cucunya itu membuatnya murka, coba saja kalau Julian sampai tahu sudah pasti anaknya itu dihajarnya habis - habisan.
“Areta itu korban, Rivandra! wanita yang ga tau apa - apa dan masuk ke dalam pusaran masalah tanpa jalan keluar, harusnya kamu sebagai orang yang menyeretnya dalam masalah lah yang menguatkan dia, bukan membuat dia makin terpuruk!” Sengit Oma lagi, Rivandra kini memandang wajah Omanya, kemarahan Oma sedikit mereda tapi air mata nyaris keluar dari matanya
“Kasian dia Rivan, ga ada kebahagiaan buat dia dari dia kecil dulu, seumur hidupnya habis untuk membalas budi pada Om dan Tantenya termasuk dengan merawat Oma, sekarang dia harus menerima takdirnya sebagai istri rahasia dari pria yang ga peduli sama dia, hamil pula!” Lirih Oma, Rivandra terdiam namun hatinya terenyuh, Rossy menghela nafasnya melegakan dada yang sesak mengingat nasib Areta, sudah tak jelas Ayahnya siapa, dijadikan pelayan oleh satu - satunya keluarga, dan sekarang Areta yang berstatus istri rahasia hamil karena dipaksa.
“Jangan siksa hatinya Rivandra, cobalah untuk mencintai istri kamu, menyayangi anak yang dikandungnya, perhatikan mereka sebelum kamu menyesal Rivan” ucap Oma lagi, wajahnya yang sudah tak muda itu sarat kesedihan
“Sekarang tolong kamu kasih tau Oma, apa kamu punya sedikit saja perasaan sama Areta?” Tanya Oma, tangannya terulur meraih tangan Rivandra dan menggenggamnya
Rivandra berpikir sejenak, mencerna perasaannya, ia memang tak mencintai Areta seperti mencintai Mauren, tapi rasa tertarik, kangen, senang jika bersama ia rasakan pada Areta, cemburu pun kerap menghinggapinya jika Areta dekat dengan laki - laki lain.
“Rivan, jawab!” Titah Oma memecah lamunan Rivandra, Rivandra mengangguk tanpa ragu
“Kalau emang cinta kenapa kamu melukai perasaan Areta, Rivan?” Sengit Rossy gemas, hampir saja ia menjambak rambut adiknya itu, beruntung tangan Oma sigap menepisnya
“Sudah Rose! Biarkan dia menyadari perasaannya dan menunjukkannya pada Areta, dan ingat Rivan berbuat adil sama istri - istri kamu, Oma ga mau ini terjadi lagi, mengerti kamu Rivandra?!” Tandas Oma, Rivandra mengangguk tanpa berani berucap
“Temui Areta, minta maaf sama dia Rivan, beri istri dan anak kamu perhatian” titah Oma, lagi - lagi Rivandra hanya mengangguk tanpa bisa bicara apa - apa delikan tajam Rossy padanya membuatnya makin mengkerut
“Sana cepet, ih!!!” Sewot Rossy tak sabar melihat Rivandra yang hanya mematung tak beranjak, Rivandra segera bangkit dan bergegas keluar dari kamar Oma menuju kamar Rossy, begitu sampai di depan kamar Rossy ia sedikit merapikan kaus ketat yang membalut tubuh kekar dan berototnya lalu menyugar rambutnya, menarik nafasnya, dan mengelus dadanya untuk menenangkan jantungnya yang berdebar, ia juga sudah merangkai kata - kata untuk menenangkan Areta yang ia yakini kini sedang menangis tersedu
Rivandra membayangkan ia memburu Areta lantas memeluknya dan menenangkannya dalam dekapan, menghapus air matanya dan mengecup bibir manis Areta, Rivandra senyum - senyum sendiri ketika membayangkan apa yang mungkin akan terjadi kemudian di tempat tidur itu. Tanpa basa basi ia membuka pintu kamar Rossy dan menerobos masuk, matanya membelalak melihat Areta yang jangankan menangis tersedu ia justru duduk dengan santainya di atas tempat tidur, bibirnya tersenyum lebar sambil melihat ponselnya, mulutnya tak berhenti mengunyah setoples besar kacang almond yang berada di pangkuannya, disampingnya segelas susu siap untuk diminum. Areta menoleh sebentar pada Rivandra lantas sibuk kembali dengan ponselnya, tak hirau pada Rivandra yang kini berdiri melongo di depannya, Rivandra berdehem menentralisir rasa gugupnya
“Um… Areta kita bisa ngomong sebentar?” Tanya Rivandra, kakinya melangkah pelan mendekati Areta, ia lalu mendudukkan diri di tepi ranjang
“Ngomong aja Kak” sahut Areta tanpa melepas pandangannya dari layar ponsel, senyumnya merekah indah, entah apa yang dilihatnya di ponsel itu Rivandra tak tahu yang jelas ia penasaran
“Saya minta maaf” tutur Rivandra
“Hemmm” sahut Areta, matanya fokus pada ponselnya, senyum tak lepas dari bibirnya
“Saya minta maaf karena saya ga adil sama kamu dan Mauren, harusnya saya juga merhatiin kamu, gimana pun kamu juga istri saya” tambah Rivandra
“Ahhahha… aduh ada - ada aja nih orang” Areta tergelak, lagi - lagi setelah fokus melihat ponselnya, Rivandra sama sekali tak ia dengarkan, bahkan ia sama sekali tak menatap Rivandra
Rivandra menghela nafasnya, memang harus sabar menghadapi Ibu hamil, batinnya
“Areta, saya tau kamu marah, saya janji akan merhatiin kamu dan calon anak kita, kamu mau kan maafin saya? please” tutur Rivandra lagi dengan wajah memelas, tak peduli jika Areta kini masih fokus dengan ponselnya, jari Areta sibuk mengetik dengan wajah sumringah
“Ya” cuma itu jawaban Areta, ia tenggelam dalam dunianya sendiri bersama ponselnya, Rivandra yang tadinya berniat sabar meradang, merasa tak dihargai oleh Areta, seketika ia bangkit lalu mendekati Areta, ponsel dalam pegangan Areta ia rebut lalu ia pindai, tangannya terkepal begitu ia membaca pesan dari Kenzo pada istrinya, pantas saja Areta begitu sumringah karena Kenzo mengirimkan pesan - pesan manis padanya, mulai dari humor ringan, ungkapan kangen, pujian pada Areta, hingga foto - foto pria itu dengan berbagai pose lucu
“Apa - apain ini, kamu selingkuh Areta?!” Sentak Rivandra pada Areta
“Selingkuh? Ahahhaha.. Selingkuh dari siapa?” Tanya Areta sambil tergelak
“Dari saya, suami kamu!” Sengit Rivandra, Areta tersenyum sinis
“Suami? Suami sebatas status kan? Jadi kita bebas dong ngapain aja, sama siapa aja” sahut Areta dengan santainya
“Ya ga bisa gitu dong Areta, kamu harus menghormati saya sebagai suami kamu, kamu ga boleh sembarangan komunikasi sama laki - laki lain gini” cerocos Rivandra
“Terus Kakak bebas ngapa - ngapain sama Kak Mauren, gitu?” Tohok Areta, Rivandra diam tak bergeming ternyata inilah tujuan Areta, ia ingin menunjukkan kesalahan Rivandra yang hanya mementingkan Mauren
Areta tersenyum puas melihat Rivandra yang diam tak berkutik, salah besar jika mengira Areta akan menangis sedih gara - gara kejadian di mall kemarin, tidak itu bukan Areta, toh ia sadar betul pria dia depan ini bukan suami sungguhannya, mungkin hanya akan sebatas status juga buat anaknya nanti.
Rivandra berdehem lagi, dengan ragu mengembalikan ponsel Areta pada empunya, lalu duduk lagi di tepi ranjang, kali ini lebih dekat dengan Areta.
“Maafin saya Areta, saya janji akan berbuat adil sama kamu dan Mauren” tutur Rivandra, entah Areta harus lega atau sebaliknya karena keduanya jelas tak menguntungkannya, apa enaknya menjadi istri rahasia, madu dari sepupunya sendiri
“Terserah lah” sahut Areta tak peduli
Senyum Rivandra terbit, “Kita mulai hari ini ya” ucapnya
Areta mengernyitkan keningnya, pikirannya sudah macam - macam “apanya?” Tanya Areta sewot, tubuhnya menegang khawatir Rivandra macam - macam lagi
“Umm.. perhatiannya, mulai hari ini saya akan perhatian sama kamu” tutur Rivandra mantap mengucap
“Iya, terserah lah” sahut Areta benar - benar tak peduli
“Sekarang kamu lagi pengen apa?” Tanya Rivandra, Areta inginnya menjawab agar Rivandra jauh - jauh darinya, tapi ia tahu pria itu tak akan menyerah begitu saja, lelah bertengkar akhirnya Areta mengikuti saja kemauan Rivandra
“Aku lagi pengen rujak Kak” sahut Areta, padahal ia ngidam saja belum, ia hanya ingin mengerjai Rivandra, biar saja agar pria arogan itu tahu rasa
“Um.. rujak ya? Ya udah bentar saya beliin dulu” ucap Rivandra lalu beranjak keluar meninggalkan Areta
“Fiuuuhhh” Areta menghela lega nafasnya, senang karena pria itu pergi darinya, biarlah ia mencari rujak yang Areta tahu tak ada di sekitar rumah Rivandra, Areta memilih untuk beringsut tidur, siang ini badannya lemas setelah sepanjang pagi tadi ia kembali memuntahkan isi perutnya.
...****************...
“Areta” sapaan itu terdengar samar - samar di telinga Areta, namun ia enggan membuka mata
“Aretaaa” panggilan itu mendayu - dayu merdu, entah milik siapa, yang pasti makin membuat Areta enggan bangun minta namanya dipanggil kembali
“Areta”, kali ini bukan hanya suara merdu, tapi tangan hangat menelusuri pelipis Areta, mengelus lembut rambutnya yang kecokelatan, Areta semakin nyaman, tak sadar menarik tangan yang mengelusnya untuk ia genggam membuat empunya tangan nyaris menindihnya, jika saja tangannya yang lain tak menopangnya. Rivandra terdiam menatap cantiknya wajah Areta meskipun dari samping, wajahnya damai, ah jika saja tak memikirkan konsekuensinya sudah pasti ia ***** bibir lembut Areta. Tapi boleh kan?
Rivandra pelan menurunkan wajahnya, sangat pelan dengan jantung yang berdebar, gugup hingga tangannya gemetaran, hembusan hangat nafas dari hidungnya sedikit membuat Areta tak nyaman namun hanya bergerak sedikit lantas pulas kembali, Rivandra yang sempat mematung menurunkan wajahnya lagi, hingga bibirnya ia daratkan di bibir Areta meski hanya sebagian karena Areta tidur menyamping
Deg..
Gelenyar mengusik hatinya ketika bibir itu bertemu, layaknya remaja yang baru merasakan ciuman pertama, kaku, takut - takut, gugup, tapi manis, ingin mengulang. Ini kali pertamanya Rivandra mencium bibir Areta dengan lembut, setelah dua kali sebelumnya dengan paksaan. Ingin lanjut tapi Rivandra khawatir membangunkan Areta dan nantinya ia diusir dari kamar, akhirnya ia memilih bangkit perlahan menarik pelan tangannya yang di genggam Areta kemudian duduk di sampingnya, teringat rujak Rivandra berniat membangunkan Areta lagi, baru saja ia hendak berucap ketika ia melihat iris mata cokelat itu menatapnya tajam, seperti penuh dendam, Rivandra relfleks berdiri takut Areta mungkin mengamuk karena sadar dicium.
Hening lama, Areta diam saja, hingga tak lama ia tiba - tiba beringsut bangun dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi, Rivandra yang berdiri tegak disana dilewati saja olehnya
“Hoooeeek.. hoeeek” suara Areta yang tengah muntah terdengar hingga ke telinga Rivandra, Rivandra paham yang terjadi tapi tak bisa berbuat apa - apa hanya menunggu istri rahasianya itu keluar dari kamar mandi
Sudah hampir dua puluh menit tapi Areta belum juga keluar kamar mandi, suara ia muntah pun sudah tak terdengar, mengikuti naluri Rivandra berniat menyusul ke kamar mandi, tapi telat.. Areta sudah keluar, wajahnya pucat pasi dan basah sepertinya ia mencuci mukanya dulu sebelum keluar, langkahnya gontai lagi - lagi melewati Rivandra begitu saja, Rivandra prihatin melihat Areta, apa rasanya jadi Areta yang menghadapi awal kehamilannya sendirian?
“Kamu mau makan? Perut kamu pasti kosong sekarang” tawar Rivandra, Areta menggangguk lemah, ia memang lapar meskipun tak tahu apakah makanan bisa bertahan lama diperutnya
“Tunggu ya, aku ambilin makan dulu” ucap Rivandra, ia lalu keluar dari kamar Rossy
Tak lama Rivandra masuk lagi membawa tray yang penuh makanan dan minuman, ia lalu meletakkan traynya di meja samping tempat tidur
“Makasih, maaf jadi ngerepotin” ucap Areta basa basi
“Udah, makan dulu ya” tandas Rivandra, sambil menyendok makanan dan membawanya ke depan mulut Areta, refleks kepala Areta mundur, kaget dengan perlakuan Rivandra
“Ayolah Areta, saya cuma pengen nyuapin” ucap Rivandra tulus, Areta memajukan kepalanya lagi, mulutnya perlahan membuka menyambut suapan Rivandra, mengunyahnya pelan dengan mata yang tertunduk bingung dengan sikap Rivandra yang tiba - tiba lembut, Rivandra menyuapinya dengan telaten, sesekali menyodorkan air minum pada Areta, namun baru beberapa suap Areta kembali lari ke kamar mandi dan memuntahkan apa pun yang masuk ke perutnya, wajahnya sudah makin pucat.
“Mau makan yang lain?” Tanya Rivandra lembut, Areta menggeleng
“Aku pengen tidur aja Kak, serius lemes banget, tolong keluar ya” sahut Areta sesopan mungkin ia tak punya tenaga untuk berdebat
Rivandra mana bisa meninggalkan Areta dalam kondisi seperti ini, meskipun Areta mungkin akan murka, ia tak bergeming dan memilih duduk di tepi ranjang dekat Areta.
“Kok belum keluar?” Tanya Areta yang berbaring memunggungi Rivandra
“Saya disini aja, takutnya kamu perlu apa - apa, boleh kan?” Tanya Rivandra ragu, takut - takut kena semprot Areta lagi
Areta menghela nafasnya, “iya boleh” jawabnya, entah kenapa Areta merasa sedikit nyaman ketika Rivandra ada bersamanya sekarang. Senyum terbit di wajah Rivandra, ia bertekad hari ini full untuk Areta, beruntung tadi pagi Mauren pamit untuk syuting diluar kota hingga besok pagi.
Areta memejamkan matanya, tapi baru saja hendak terlelap ponselnya berdering nyaring, mata indahnya membulat kembali, tangannya terulur meraih ponsel disampingnya, nama Kenzo di layar ponselnya membuat Areta tersenyum antusias di bawah tatapan tajam mata Rivandra
“Areta ayolah, tidur!” Omel Rivandra
“Ah iya” Areta sigap meletakkan ponselnya kembali dan memaksa matanya untuk terpejam, dalam hati ia merutuki dirinya yang tiba - tiba patuh pada Rivandra, ah sudahlah ia hanya ingin tidur sekarang malas berdebat
Rivandra tersenyum simpul, hatinya senang perdana merasakan kepatuhan seorang istri, hal yang tak didapatinya dari Mauren semenjak mereka menikah, Mauren terlalu independen sehingga cenderung keras kepala terutama untuk urusan karirnya, ketika Rivandra meminta Mauren untuk berhenti berkarir dan fokus pada rumah tangga mereka, Mauren menolak dengan tegas beralasan jika karirnya tengah menanjak, cinta membutakan Rivandra yang akhirnya mengalah pada keinginan Mauren, padahal Mauren tak akan kekurangan apa pun, bahkan uang nafkah dari Rivandra jauh melebihi penghasilannya sebagai artis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Kurnia Hany Aljafar
kenapa arneta ga pergi yg jauh aja sh thor
2025-04-03
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
kapan kaboorya
2024-01-01
0
Septyawati Denita
kapan ketahuannya....
2022-10-05
0