Terciptalah Hanya Untukku
"Welcome home bro".
Diego memeluk sahabat kentalnya, dua tahun berpisah dan hanya lewat panggilan vidio yang mereka lakukan jika rasa kangen melanda membuatnya begitu gembira melihat kepulangan Andra.
"Gila badan lu makin jadi aja brow, cocok buat brand ambasaador susu ono nohh"ujar Diego menepuk bahu Andra yang terlihat makin kekar.
Andra hanya memamerkan senyum iritnya itupun terlihat sedikit terpaksa.
"Mana kamar tamu, mau istirahat gue".
Dengan santai Andra menuju ke kamar yang terletak di ujung.
"Oyy bukan, itu kamar gue, di tengah noh"teriak Diego.
Dua tahun berpisah ternyata all for one and one for all masih di pegangnya, terbukti kamar apartemen milik Diego pun berasa miliknya sendiri.
Diego hanya menggelengkan kepalanya.
"Ndra, lapar nggak lu?"tanya Diego.
"Hmmm, yoi , tapi gue nggak makan karbo jam segini"ujarnya sambil melangkah menuju kamar sahabatnya itu.
Lalu Diego pun memesan makanan lewat aplikasi online dari ponselnya.
"Mentang-mentang lama nggak menghirup oksigen di Indo lu bagai kacang lupa sama kulitnya"Dirgo bermonolog dengan mencebikkan bibirnya.
"Di mana-mana makan tuh pake nasi, mie rebus pake telor pun harus pake nasi, kalo nggak berarti lu sudah melupakan kebudayaan dari leluhur kita bro"lanjutnya lagi.
Andra keluar dari kamar dengan rambut masih sedikit basah, setelah membersihkan tubuhnya.
"Mana minum gue?"tanya Andra polos.
Diego sontak membulatkan matanya.
"Aje gile ni Tuan Takur, belum juga satu jam udah bikin emosi aja lu Ndra, lu pikir gue pembokat lu?"
"Halahhh, gue kan tamu Go, dimana-mana tamu adalah raja, dan kau harus memuliakannya"Andra menjawab dengan santai sambil duduk di sofa empuk di sebelah Diego.
"Hiiisssshhh, mau minum apa lu?".
"Apa aja asal bukan racun"jawab Andra singkat.
Diego mendesis kesal namun akhirnya ia pun tetap melangkah ke dapur minimalisnya.
Setelah kepergiannya selama dua tahun kini Andra datang kembali, namun bukan mansion besarnya yang menjadi tujuan pertama.
Apartemen berukuran sedang, tempat tinggal sahabatnya menjadi tempat pertama singgah setelah kepergiannya.
Dua tahun meninggalkan negeri ini dan mencoba berdamai dengan luka hati.
Ternyata waktu yang terasa singkat telah merubah wajah kota yang dulu menjadi tempatnya bernafas, kini semakin ramai dan sesak, gedung yang seakan berlomba-lomba tumbuh semakin ke atas bagai ingin menggapai cakrawala,dan hiruk pikuk jalanan yang semakin padat membuat Andra menghela nafas panjang.
Tatapannya kini terpaku pada sebuah gedung yang terletak tak jauh dari apartemem Diego.
Wijaya Corp, dadanya masih terasa sesak jika teringat memori dua tahun silam, sebelum ia meninggalkan negeri ini.
"Ndra, minum lu nih bro"Diego menawarkan minuman sari buah dari lemari pendinginnya.
"Thank's"
"Uhukk uhukk",
Setelah menerapkan gaya hidup sehat, Andra pun terbatuk saat meminum sari buah yang Diego buat.
Pandangannya menelisik minuman di gelas yang di genggamnya.
"Minuman apa yang lu buat Go?"Andra menautkan alisnya, lidahnya terasa masam.
"Itu yang lu mau kan?, sari buah jeruk"jawab Diego enteng.
" Tapi gue biasa minum yang asli, kampret lu"tutur Andra kesal karena merasa di bohongi, sari jeruk yang biasa di konsumsinya adalah perasan dari jeruk alami, bukan sari buah instant.
"Haisstt, nyusahin aja lu"Diego berlalu ke dapur kemudian datang lagi membawa gelas berisi air mineral.
"Kalau lu mau yang alami, adanya ini"ujar Diego enteng.
Dah di kasih ati, minta empela, ujar Diego bersungut kesal.
"Hmm thank's"
Senyum Andra mengembang lalu meneguk air bening hingga tetes terakhir.
Glek.
"Lu nggak dapet jatah minum di pesawat bro?" tanya Diego heran melihat Andra yang meneguk air di gelas besar hanya dalam satu kali teguk.
Andra tak menyahut hanya lirikan dari sudut matanya memandang ke arah Diego.
Andra pun melangkah menuju kamar tamu milik Diego.
Terlihat wajahnya berubah segar dengan rambut masih sedikit basah.
Andra mengenakan baju casual, dengan celana jeans panjang dan kaos lengan pendek berwarna putih.
Topi hitam tampak menutupi separuh wajahnya.
"Mau kemana lu Ndra?"tanya Diego penasaran.
"Gue pinjem mobil lu, ada perlu sebentar" sahut Andra singkat.
"Ayo gue ikut"Diego tak mau membiarkan sahabatnya membawa mobil kesayangannya, Diego sudah hapal luar dalam, siapa Andra.
Tak ingin terjadi sesuatu yang buruk akhirnya Diego membiarkan Andra yang mengambil alih kemudi mobilnya.
Meski bukan ia yang mengemudi, setidaknya Diego bisa mengawasi dan melihat kemana Andra akan melajukan mobilnya.
Andra mencebik kesal, rencananya kali ini belum bisa ia jalankan.
Jalanan yang mulai sepi membuat Andra dengan mudah melajukan kendaraannya dengan cepat.
"Woyy woyy santai brooo"teriak Diego yang kini mulai pucat melihat Andra semakin kencang melajukan mobil kesayangannya.
"Duhh jangan sampai lu buat Sassy ku lecet ya"teriak Diego di sebelah Andra.
Andra tak membalas permintaan Diego karena ia pun tak memperlambat laju mobilnya, bahkan kini kecepatan kian bertambah.
"Ndra stop stoop"ujar Diego dengan suara kencang.
******
Sementara di tempat lain, gadis berwajah tirus dengan bibir tipis mungil berhidung tinggi menjulang tengah diam di atas ranjang besarnya.
Jika biasanya ia akan dengan mudah mengucapkan kata putus pada para kekasihnya terdahulu, namun kali ini Zara harus berfikir keras.
Beberapa hari ini ia telah di pusingkan untuk mencari bukti kuat untuk di jadikannya alasan memutuskan tali kasihnya dengan pria berhati lembut itu.
Jika hubungan terdahulunya ia akan mudah memutuskan cintanya, karena sebagian dari mereka telah terlebih dahulu membuat kesalahan besar yang tak akan di ampuninya yaitu selingkuh.
Revan berkali-kali menolak saat zara memintanya putus bahkan air mata mengalir deras dari sudut mata sendunya.
Bukannya Zara meragukan kesetiaan Revan tapi bagi Zara berhubungan dengan pria yang tanpa tantangan sungguh terasa hambar.
Flash back on
"Ra apa salahku padamu, semua aku lakukan untuk membuatmu selalu tersenyum dan bahagia, hukuman apa pun aku terima asal kau tidak meninggalkanku Ra"ucap Revan dengan nada memohon.
Memang selama ini Revan selalu setia pada Zara, tak pernah sekalipun menduakan hatinya, semua waktu dan kasih sayang Revan curahkan hanya untuk Zara, satu-satunya gadis yang telah mendapatkan hatinya.
"Aku akan meneruskan pendidikan di negara x Van, dan itu membutuhkan waktu yang lama"satu alasan logis Zara katakan meski hatinya ragu, apa benar ia akan benar-benar meneruskan pendidikannya di negara x.
"Aku akan menunggumu Ra, aku akan setia, kita akan terus saling berhubungan meski jarak dan waktu memisahkan kita Ra, percayalah padaku Ra" nada Revan penuh percaya diri.
Flash back off.
Zara terdiam membisu, hatinya merasa bersalah pada Revan, karena menuruti egonya ia telah menyakiti pria berhati lembut itu, kini hatinya di selimuti rasa bimbang.
Haruskah aku tetap mempertahankan hubungan ini, sedangkan di hatinya hanya ada rasa iba dan kasihan.
Setelah enam bulan Zara menerima cinta Revan, kala itu Zara beranggapan bahwa seiring berjalannya waktu maka cintanyapun akan tumbuh bersemi, waiting tresno jalaran sosok kulino, itulah prinsip yang di anutnya.
Namun ternyata ajaran itu tak berlaku di hatinya, bahkan setelah sekian lama Revan yang begitu mengagungkannya, begitu mengasihinya dengan sepenuh hati bahkan cinta yang mungkin berkadar lebih dari seratus persen padanya sama sekali tak dapat menumbuhkan benih-benih cinta di hati Zara.
💚💚💚
Tolong tinggalin jejak ya...biar otor semangat nulisnya 😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments