Yu author minta dukungannya ya...like koment dan vote jangan lupa 😘😘😘
Biar author lebih semangat lagi up nya.
💦💦💦💦💦
"Mom, aku tidur di rumah Diego, nggak usah di cari"pesan yang Andra kirim ke mommynya lewat ponsel.
Keduanya pun melangkah menuju lift ke lantai sepuluh.
*
*
Sementara di apartement Zara.
"Hah, what jadi sekarang dikau bener putus dari Revan nih?"tanya Dewi dengan mata membulat tak percaya, di balas anggukan pasti dari Zara.
"Trus kok bisa Ra?"tanya Dewi lagi dengan tatapan ragu karena selama ini Zara sudah berusaha keras dengan berbagai alasan agar putus dari Revan, namun pria tampan itu tetap kekeuh mempertahankan cintanya.
"Gue di tolong sama cowok"jawab Zara singkat lalu melangkah ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya.
Dewi bertepuk tangan dengan senyum ceria, sekian lama melihat Zara di landa stres berat akhirnya beban itu kini telah hilang dari pundaknya.
Dewi memeluk sahabatnya erat, di ciuminya pipi Zara berkali-kali.
"Ehhm, stop ..stop"Zara melerai pelukan Dewi jengah.
"Aku cape Wi, aku mau tidur"Zara melangkah ke kamarnya, andai ia mengatakan bahwa sekarang penolongnya kini menjadi kekasih setingannya, tentu akan membutuhkan waktu lebih panjang karena Dewi tentu akan memberondonginya dengan banyak pertanyaan lagi, yang Zara inginkan saat ini adalah membaringkan tubuhnya di ranjang dan tidur nyenyak, berharap esok hari akan datang dengan cerita lebih indah untuknya.
"Jangan lupa matiinn lampu Wi,"peeintah Zara membuat Dewi mencebikan bibirnya lalu melangkah ke ruang tengah dan mematikan lampu ruangan.
Dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal, Dewi pun menuju ke kamarnya.
Sementara di tempat lain tepatnya satu lantai di atas apartemen Zara.
Andra masih fokus pada layar ponsel berlogo apel gompal di tangannya.
Sudah tiga puluh menit ia melanglang buana di dunia maya mencari nama Zara Zanita yang ternyata di identitasnya hanya sedikit yang tercantum tentang data diri lengkapnya.
Seorang anak tunggal dan yatim piatu hanya itu yang Andra peroleh, lainnya adalah beberapa prestasinya di dunia modeling, dari kelas nasional sampai internasional sudah di rambahnya.
Pantas saja Diego mengenalinya malam itu, tapi apakah sahabatnya itu juga mengetahui di mana idolanya itu tinggal, Andra menautkan kedua alisnya.
Jika Zara tingggal di lantai sembilan, mana mungkin Diego tidak pernah bertemu setidaknya berpapasan saat di lift, lobi ataupun di tempat parkir.
Dari beberapa artikel, terlihat Zara sering bergonta ganti pasangan, dan menurut informasi berita itu, hubungan mereka terjalin tak lebih dari enam bulan.
Namun salah satu artikel mengatakan bahwa saat ini Zara tengah menjalin hubungan serius dengan putra pengusaha besar dan ternama.
Puih rupanya kau tak lebih baik dari mereka, para gadis yang hanya ingin mengincar harta dari lelaki hidung belang, geram batin Andra.
Pantas saja dengan mudah kau incar lelaki berduit setelah kau puas maka kau tinggalkan lalu kau ganti dengan mangsa baru yang lebih segar dengan harta yang berlimpah, rahang Andra mengembung keras.
Dasar cewek murahan, ucap Andra membuat Diego menoleh ke arahnya.
"Beli barang murah apa lu Ndra?"tanya Diego kepo yang hanya mendengar kata 'murahan', sementara Juned sudah terbang ke alam mimpi di atas sofanya dengan mulut sedikit terbuka hingga dengkuran halus terdengar jelas.
Andra melirik sepintas ke Diego lalu melangkah ke kamar tamu, tempatnya tidur.
"Eh eh, lu mau tidur di kamar?"tanya Diego dengan wajah menatap heran ke Andra.
"Lha di kamar lah"jawab andra santai.
"Tega lu biarin Juned terkapar di sini sendirian?"ujar Diego dengan wajah kesal ke arah Andra.
"Salah dia sendiri ngorok asal tempat aja, ogah gue kalau di suruh gotong dia, badan berat kebanyakan dosa tu orang"jawab Andra sambil menutup pintu kamarnya.
Sudah satu jam Andra membaringkan tubuhnya di ranjang, namun matanya sama sekali tak merasakan kantuk.
Kembali memorinya berputar saat pertama kali bertemu dengan Zara di mana seorang lelaki tengah memohon untuk kembali padanya.
Apa hebatnya wanita itu, hingga membuat seorang laki-laki rela memohon,batin Andra.
Dan pertemuan kali ini pun tak beda jauh, namun kini berbeda pria, tapi mereka sama-sama memohon untuk tidak berpisah.
Aissh kenapa gue jadi terus memikirkan cewek murahan itu, geram hati Andra, lalu menelungkupkan kepalanya ke atas bantal.
Sementara di tempat lain, di sebuah rumah besar bertema modern dan elegan.
Pagi yang cerah namun Revan terlihat sayu dengan wajah yang tampak murung.
"Ada apa Van, muka mu kusut amat?"tanya sang ibu yang masih menyajikan beberapa piring ke atas meja makannya.
Revan hanya memandang sang ibu dengan tatapan melas.
Lina seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tampak gelisah melihat sang putra kesayangan berwajah murung.
"Katakan pada ibumu ini sayang, siapa tahu ibu bisa membantu"jawaban bernada lembut keluar dari bibir tipis sensual Lina.
Tatapan Revan tajam ke arah sang ibu.
Lina pun membalas tatapan sang putra dengan lembut, berharap keraguan di hatinya hilang.
"Katakan sayang"ucap Lina.
"Zara mutusin aku bu"kalimat singkat yang begitu mengiris hati Lina.
Ia tahu betapa putranya sangat mencintai gadis itu.
Lina menghela nafas panjang.
"Van, dalam suatu hubungan, kata putus adalah wajar jika satu pasangan merasa ketidak cocokan antara mereka jangankan kalian yang baru beberapa bulan, pernikahan yang sudah berpuluh tahun pun akan terpisah.."
"Tapi aku tidak tahu salahku apa bu,?"ucapan Revan memotong kalimat ibunya dengan nada kesal seakan tak rela jika Zara memutuskannya tiba-tiba dengan tanpa alasan.
Lina menghela nafas berat, rupanya rasa cinta Revan yang begitu besar tak mampu menahan sang kekasih untuk pergi dari sisinya.
Sudah sejak lama Lina ingin tahu sosok gadis yang telah mencuri hati putranya.
Sosok yang mampu membuat Revan selalu tersenyum ceria melewati hari-harinya.
"Sabarlah dulu, berilah kesempatan pada Zara untuk berfikir lebih jernih, jika ia tahu sedalam apa cintamu padanya, ia pasti akan kembali padamu"ucapan bijak Lina sedikit membuat hati Revan tenang.
"Aku berangkat dulu bu"jawab Revan lesu dan hanya menghabiskan setengah gelas susu hangatnya.
Lina memandang putranya iba.
Sementara di apartemen lantai sepuluh.
Juned yang sudah rapih dan bersiap untuk pulang karena harus berangkat ke restoran yang baru buka salah satu cabangnya.
"Gue pamit dulu bro, oiya bangunin tuh si Andra katanya hari ini ada janji, tapi nggak tahu gue jam berapa janjinya"pesan Juned lalu pergi.
Diego hanya mengacak rambutnya, lalu melangkah ke kamar tempat Andra tidur.
Tok tok tok.
"Ndra, bangun udah siang nih".
Ceklek.
"E buset, lu ngagetin gue aja, gue kira belum bangun"ujar Diego menatap Andra dengan tatapan aneh.
Kedua alis Diego berkerut melihat Andra tampak sudah segar.
"Eh lu emang ada janji sama siapa, tumben amat pagi-pagi sudah bangun"sambung Diego lalu melangkah ke dapur minimalisnya untuk membuat minuman.
"Janji sama cewek"jawaban singkat Andra membuat Diego seketika menoleh ke arah Andra.
Diego mengedikkan dagu nya tak percaya pada apa yang baru ia dengar.
"Hah, cewek lu bilang?"
Andra mengangguk pasti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments