Semoga bacaan receh ini bisa menghibur hari kalian, jangan lupa tombol like vote dan tulis juga komentarnya, saran dan kritik sangat sangat author tunggu 😘😘😘...
Happy reading 💞💞💞💞
*****
"Dari mana kamu Joy?"
Tanya Maharani yang melihat kedatangan Joy.
"Dari nganter Zara mom"
Maharani berbinar matanya, mengetahui putra kesayangannya kini tengah dekat dengan seorang gadis, hatinya begitu bahagia mengetahui sang putra kini berusaha memulihkan hatinya yang dulu hancur.
Maharani berharap semoga luka hati yang Joy derita kini dapat terobati.
"Oiya, kapan kamu kenalin ke mommy?"tanya Maharani antusias.
Joy alias Andra menghela nafas panjang, drama yang ia ciptakan sendiri, maka ia pun harus memainkannya dengan sempurna, Andra membatin lirih.
"Nanti malam Zara akan datang mom"jawab Andra lalu melangkah ke kamarnya.
Maharani bergegas ke dapur mansion, ia akan membuat masakan istimewa untuk sang calon menantunya, garis lengkung kini terlihat di bibir merah Maharani, ia tersenyum girang.
Sementara di tempat lain di apartemen lantai sembilan.
Dewi yang baru pulang dari kerjanya, tampak terheran-heran melihat teman sekamarnya sudah mandi sore.
"Ra mau kemana, tumben jam segini lu udah mandi, biasanya maghrib baru mandi sore?"tanya Dewi penasaran.
"Hmm ada acara nanti malam"Zara menjawab singkat.
"Acara apaan, sama siapa, ngapain aja?"pertanyaan kepo dari Dewi dengan bonus gerakan alay membuatnya mendapat toyoran gratis dari Zara.
"Mau tau aja apa mau tau banget"jawab Zara membalas gerakan Dewi dengan menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.
"ish ish ish, gue mah di kasih tahu alhamdulillah, di kasih tempe syukur, di kasih duit sujud syukur"jawab Dewi dengan gaya diplomatis.
"Hmm gue di ajak ke rumah kekasih baru gue"jawaban Zara sontak membuat Dewi terkejut bukan main.
"Hah..hah..apa tadi lu bilang, pacar baru?"tanya Dewi mendekatkan kupingnya ke dekat Zara.
Zara mengangguk pasti.
"Bukannya baru kemarin lu putusin si Revan, masa sekarang udah gandeng pacar baru, siapa lagi sekarang yang jadi korban lu Ra?".
Bukannya tanpa alasan Dewi bertanya seperti itu, karena yang ia tahu, Zara sampai detik ini belum memikirkan untuk menjalin hubungan serius dengan laki-laki, bahkan dalam kamusnya, tak ada hati untuk menyimpan seorang pria.
Kini Zara yang di landa dilema, haruskah ia mengatakan sejujurnya jika kali ini pun kekasihnya hanya sebatas status, karena memang secara tak sengaja ia kini menjadi kejasih Andra.
Mereka menjalin hubungan karena simbiosis mutualisme atau azas saling menguntungkan.
Andra menganggapnya sebagai kekasih agar sang mommy tidak lagi terus memaksanya untuk melakukan kencan buta dengan putri dari teman-teman sosialitanya.
Dan Zara sendiri menerima Andra sebagai perisai untuk melindunginya dari kejaran Revan yang belum mau menerima keputusan bahwa hubungan mereka sudah berakhir.
"Akan ku kenalkan kalian nanti"ujar Zara dengan serius, kali ini ia menerima Andra bukan karena sikap playboy atau pun pria tak setia, karena Dewi tahu jika Zara hanya menerima pria nakal yang menjadi kekasihnya, dan tak membutuhkan waktu lama, Zara akan memutuskan kekasihnya setelah pria hidung belang bertekuk lutut mengharap cintanya.
Saat itulah Zara akan membuat para buaya darat akan merasakan sakitnya di hianati oleh orang yang di cintainya.
Dengan mudah Zara akan meninggalkan mereka.
Karena sejatinya di dalam hatinya tak pernah ada rasa cinta sedikitpun untuk para lelaki hidung belang, mereka hanya korban yang sudah Zara incar sebagai target sebelumnya.
Dan Dewi yang mengetahui hal itupun tetap mendukung sahabatnya.
Sebagai sesama wanita, mereka ikut merasakan sakit kala sesama kaumnya di hianati pasangannya.
"Kapan kau berangkat?".
"Habis maghrib dia datang menjemputku".
Dewi manggut-manggut, terlintas akal cerdik dalam kepalanya.
"Nggak usah macem-macem, nanti aku pasti kenalin"ujar Zara yang melihat kilatan sinar penuh penasaran di mata Dewi.
Seketika Dewi pun berbinar.
"Benarkah?"tanya Deei antusias.
Zara mengangguk pasti.
"Oiya Ra, tadi ada owner Ceker bledeg minta lu review jualannya, lumayan Ra dia orangnya royal"ujar Dewi dengan mata berbinar penuh gambar dolar menari-nari di pelupuk matanya.
"Hmm, tapi pedasnya masih bisa di maklumi kan?"jawab Zara, karena tak mau lagi terulang kejadian dirinya masuk rumah sakit karena endorse makanan yang amat pedas dan berakhir lambungnya terluka.
"Ehhm, tidak mereka bisa menyesuaikan keinginan konsumen, jadi saat lu review lu minta yang level satu aja"saran Dewi.
"Kapan mereka datang?".
"Besok".
"Bukannya besok kita harus upload jas hujan milik pak Burhan?"
"Iya, aku sudah bilang ke bu Ayu pemilik ceker bledek, katanya nggak apa-apa lusa baru di upload karena besok waktu yang ia sempet nganter makanannya"
"Lho bukannya dia punya karyawan?".
"Iya tapi dia pengin ketemu elu non".
"Oh mm oke, jam berapa dia ke sini? Tanya Zara.
"Sekitar jam sepuluh pagi"
Zara tersenyum senang, semakin banyak ia menerima endorse semakin banyak pula pundi yang akan mengalir, meski terkadang ia harus menerima resiko yang tidak ringan.
Zara melirik ke arah jam dinding.
"Aku sholat dulu Wi, nanti kalau dia datang suruh tunggu aja"pesan Zara.
"Tunggu..tunggu, apa dia sudah pernah datang ke sini, kenapa aku tidak tahu".
Dewi protes, dalam sejarah , Zara tak pernah mengajak para mantannya sampai masuk ke apartemen, kenapa kali ini dengan mudahnya ia bahkan mengajak pacar barunya itu ke apartemen sementara Dewi sedang tidak ada.
"Aku terpaksa mengajaknya sampai ke sini, untuk menghindar dari Irfan karena terus saja mengawasi kami di lobi"ujar Zara lalu menjelaskan kronologi hingga akhirnya ia terpaksa mengajak Andra ke apartemennya.
"Ohh"jawab Dewi singkat.
Setelah beberapa menit akhirnya Zara keluar dari kamar dengan penampilan rapih.
"Waoooww"teriaka emejing dari mulut Dewi, sangat jarang melihat Zara berdandan rapih hanya untuk janji dengan seorang pacarnya.
Jika dengan para mantannya terdahulu Zara cenderung berpenampilan se adanya, karena memang wajahnya yang cantik pun tanpa bermake up macam-macam sudah keluar aura mempesonanya.
Dewi berjalan mengelilingi Zara dengan pandangan memindai dari rambut hinggga ujung jempol kaki Zara.
"Daebak...siapa sebenarnya pria yang bisa membuatmu berubah menjadi secantik ini"tanya Dewi antusias.
Teeettt.
Dewi sontak mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
Matanya berbinar.
"Gue apa lu yang buka"bisiknya dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Ish, lama lu"Zara kembali masuk ke dalam kamar mengambil tasnya.
Ceklek.
Mata Dewi seketika membulat, tubuh tinggi tegap dengan rahang tegas berhiaskan hidung mancung dan bibir sexy bergelombang.
"Maaf, Zara nya ada?"suara bariton terdengar di balik pintu.
"Wi"panggil Zara yang melihat Dewi tampak masih diam membeku di tempatnya tanpa mempersilahkan Andra masuk.
"Eh a mari silahkan masuk, Zara ada di dalam"ucapan Dewi terbata karena gugup melanda hatinya.
'Buset nemu di mana tu anak, mahluk model ginian' .
Dewi hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments