Jangan lupa gerakan jempolnya..
Like, koment dan votenya yaa 😘😘😘
💦💦💦💦
Pagi ini sesuai perjanjian, Andra akan mengantar Zara ke makam nenek dan ibunya, karena setiap jum'at ia akan menyempatkan diri untuk membersihkan makam kedua orang yang amat Zara sayangi sekaligus mengirim do'a untuk mereka.
Dan saat Zara melakukan aktifitas itu biasanya di temani oleh Revan.
Meski enggan, Andra tetap melakukan apa yang menjadi tugasnya, yaitu menjaga Zara dari Revan atau setidaknya tidak membiarkan Revan mendekati Zara.
Andra ikut melaksanakan sholat jum'at di masjid yang berada di lokasi dekat makam, sementara Zara membeli bunga di toko khusus yang menyediakan perlengkapan nyekar.
Tiga puluh menit menunggu akhirnya Zara melihat Andra keluar dari masjid.
Tubuh tinggi dengan kulit putih terlihat sedikit menonjol dari para jamaat lain yang keluar dari masjid.
Di tambah dengan bibir tipis bergelombang berwarna merah alami semakin membuat Andra terlihat mempesona.
Zara menatap lekat sosok Andra yang kini berjalan ke arahnya.
Zara mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Andra membalas tatapannya.
"Kita berangkat sekarang?"tanya Andra.
"Huum"Zara mengangguk pelan.
Mereka lalu melangkah menuju area makam yang terletak beberapa puluh meter dari masjid.
Langkah Zara tertahan saat Andra menangkap tangannya.
"Awas"Zara melihat ke arah yang Andra tunjukan, sebuah lubang kecil di sisi jalan yang cukup untuk membuat kaki yang terperosok akan terluka.
"Ehmm trima kasih".
Zara melerai pegangan tangan Andra, lalu kembali meneruskan langkahnya.
Andra tersenyum masam, baru kali ini ia di tolak dan di acuhkan oleh seorang gadis.
Zara membersihkan rumput-rumput kecil yang tumbuh di pusara sang ibu dan neneknya, lalu menaburkan bunga di atasnya.
Andra pun ikut berjongkok mengambil beberapa daun kamboja yang gugur karena telah kering.
Andra ikut menunduk khidmat saat Zara melantunkan do'a di pusara kedua orang yang sangat di sayanginya.
Sejenak Andra melirik ke arah batu nisan yang hanya ada dua dan tertera almarhumah yang menurut perkiraannya mungkin saja itu adalah makan ibunya dan satu lagi bisa jadi sang nenek, namun ia tidak berani untuk menanyakan lebih lanjut.
Setelah beberapa menit akhirnya Zara selesai melantunkan do'a dan segera berdiri untuk kembali pulang ke apartemen.
"Apa kita langsung pulang?"tanya Andra.
Zara mengangguk pelan.
"Tunggu di sini, aku akan mengambil mobil"Andra mekangkah ke masjid karena mobilnya ia parkirkan di area parkiran masjid.
"Ra, tunggu!".
Zara menoleh saat satu suara bariton yang amat di kenal, memanggilnya.
"Aku mau bicara Ra"Revan meraih tangan Zara.
"Di antara kita tak ada lagi yang harus di bicarakan Van, hubungan kita sudah berakhir"Zara berucap datar sambil memandang Revan.
"Tapi kenapa Ra, apa salahku?"protes Revan dengan wajah gundah.
"Kau tidak salah Van, kita memang tidak di takdirkan untuk bersatu"Zara mencoba untuk tenang menghadapi Revan yang terus menolak dengan keras apa yang sudah menjadi keputusan Zara.
Meski hati kecil Zara merasa tak tega harus meninggalkan pria yang begitu menyayanginya.
Revan menatap tajam netra Zara, berharap gadis di depannya dapat merubah keputusannya.
Tiiiiiddd tiid.
Zara melerai tangan Revan saat mobil Andra kini sudah berada di dekatnya.
"Maaf Van, aku harus pergi"pamit Zara lalu masuk ke mobil Andra.
Revan menatap kepergian Zara dengan tubuh lemas, hatinya begitu teriris melihat gadis yang amat di cintainya pergi meninggalkannya.
Sekilas Revan menatap ke dalam mobil yang di supir oleh Andra, sepersekian detik keduanya saling tatap.
Zara yang melihat hal itupun membiarkan saat kaca samping mobil masih terbuka penuh hingga wajah Andra cukup jelas terlihat oleh Revan.
Biarlah pria itu menyadari bahwa di samping Zara kini sudah ada Andra, pria yang telah menggantikannya, meski hanya peran pengganti yang di mainkan dalam drama yang mereka ciptakan.
Andra melajukan mobilnya perlahan menjauh dari Revan yang masih memandang kepergian Zara dengan dada bergemuruh.
Apakah pria itu yang telah membuat hubungannya dengan sang kekasih kini hancur, geram Revan dengan tangan mengepal kencang memperlihatkan buku-buku tangannya yang memutih.
Kau tidak akan ku biarkan pergi dariku, tak ada yang boleh memilikimu selain aku Ra.
Revan melangkah menuju mobilnya yang juga terparkir di area masjid.
Zara masih terdiam di samping Andra yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Kau menyesalinya?"tanya Andra tiba-tiba mengagetkan Zara.
"Huum?"Zara mengedikan dagunya karena kalimat Andra tidak sepenuhnya tertangkap pendengarannya.
"Apa kau menyesal telah meninggalkannya"Andra mengulang kalimatnya.
Zara menggeleng pasti.
Andra diam karena melihat rona wajah Zara yang bagai enggan membicarakan kisahnya.
"Ehm nanti malam aku jemput"ujar Andra mencoba memecah keheningan.
Zara mengangguk tanpa menoleh pada Andra.
Sudah menjadi konsekuensinya, kali ini setelah Andra telah menemaninya maka sebagai imbalan Zara juga harus menuruti permintaan Andra.
Andra menghentikan mobilnya di lobi apartemen Zara, lalu membuka pintu samping agar Zara keluar, namun Andra melongok ke dalam mobil dan di lihatnya Zara masih diam di tempat duduknya dengan pandangan tajam ke arah dalam lobi.
Andra menolehkan wajahnya untuk melihat apa gerangan yang membuat Zara tidak segera keluar dari mobilnya.
Tidak ada hal aneh di lobi, hanya seorang pria tengah duduk santai dengan pandangan fokus ke ponsel yang di genggam.
"Ra..."panggil Andra pelan.
Zara menoleh pada Andra sejenak namun belum juga keluar dari mobil.
"Ra, apa kau tidak turun?"tanya Andra sedikit kesal karena Zara tetap tak bergeming dari tempatnya.
"Ehmm, bisakah kau tolong turunkan aku di mini market di depan?"tanya Zara ragu.
Andra membuang pandangannya jengah, andai saat ini ia tak ada acara tentu ia akan mengabulkan permintaan Zara namun sekarang ia harus ke butik mommynya karena ada seorang konsumen yang tengah mengamuk di butik mommy dan saat ini hanya ada karyawan yang berada di sana.
"Kenapa harus di antar, hanya beberapa langkah saja dari sini lagian..."kalimat Andra terputus saat Zara tiba-tiba keluar dari mobilnya.
"Baiklah kalau kau tidak bersedia mengantarkanku, aku akan jalan sendiri"ucapan Zara tampak dingin lalu keluar dan melangkah cepat melewati depan lobi.
Baru beberapa langkah.
"Zara tunggu.."Andra yang hendak melajukan mobilnya pun ikut menoleh pada sosok yang memanggil Zara.
Zara diam membeku di tempatnya, jika Revan dapat ia atasi dengam bantuan Andra, kali ini ia tak punya alasan lagi untuk menghindar dari Irfan.
Setengah berlari Irfan mendekat ke arah Zara yang sudah di tunggunya dari setengah jam yang lalu.
"Ra, dengarkan aku, ku mohon maafkan aku, sungguh aku tidak bermaksud menyakitimu Ra"Irfan menahan tangan Zara.
"Fan, sudah ku bilang, kita sudah putus, kau lanjutkan ceritamu dengan gadismu itu, dan biarkan aku dengan kekasihku".
Zara tak dapat lagi menahan amarah di hatinya.
Sudah cukup ia melihat tingkah Irfan yang begitu menyebalkan.
Sifat casanovanya belum juga berubah.
"Kekasih, kau bohong Ra, katakan siapa kekasihmu hah".
"Aku kekasihnya!!".
Tangan Irfan terlepas saat teriakan Andra mengejutkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments