Andra merasa bosan di apartemen Diego, karena saat ini sahabatnya itu sudah berangkat ke kantornya untuk bekerja sedangkan mobil satu-satunya pun di pakai.
Dengan celana jeans dan kaos putih lengan pendek Andra kini tengah berada di mall yang terletak hanya beberapa puluh meter dari gedung apartemen Diego.
Siang yang terik membuat Andra mengayunkan langkahnya di sebuah foodcourt.
Orange juice yang segar kini sudah tersaji di atas mejanya.
"Sayang jangan tinggalin aku please, maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud mengacuhkanmu"ucap seorang pria dengan kedua tangan memohon pada gadis cantik di depannya.
Meja yang terletak di ujung ruangan membuat keberadaan mereka tidak begitu menarik perhatian pengunjung lain, namun tidak bagi Andra yang berada di sebelah meja mereka.
Dengan jelas pertengkaran kedua insan itu terdengar jelas di telinganya.
Cih, jual mahal amat tuh cewek, mending tinggalin dan cari yang lain, batin andra geram.
"Sudahlah Fan, di antara kita sudah tidak ada lagi saling kecocokan, sebaiknya kita sudahi sampai di sini hubungan kita"nada bicara si cantik terlihat pelan namun tenang.
"Tapi aku nggak mau kita putus hanya karena hal yang sepele sayang, pokoknya aku tidak ingin kita putus, aku sangat mencintaimu"ujar sang pria melas.
Andra hanya memutarkan pandangannya merasa jengah.
"Sudahlah Fan, aku ingin kita putus secara baik-baik, mulai sekarang kita hanya berteman saja okey?"ujar si cantik terdengar bijak, lalu berdiri dan melangkah meninggalkan si pria yang kini diam mematung.
"Tidak, tunggu sayang, jangan tinggalkan aku"langkah pria itu cepat mengejar si cantik.
Cih, nggak ada harga dirinya banget si lu, maki Andra dalam hati.
Tapi ...hei bukankah dia pria yang semalam di cafe x, Andra menajamkan matanya takut penglihatannya salah.
Wah wah, gila bener tuh cowok, kemarin dengan acuhnya ninggalin pacarnya yang udah mohon maaf sambil nangis-nangis, sekarang giliran dia yang mohon-mohon nggak mau di putusin ke cewek lain, memang karma tak pernah salah alamat, gumam Andra sambil geleng-geleng kepalanya mirip burung beo lagi triping.
Andra melangkah memasuki panel lift yang kini terbuka.
Hei, bukankan ini cewek yang tadi, batin Andra.
Semerbak wangi mint tercium dari rambut si cantik saat mengibaskan kepalanya, gerakan tangannya mengibas-ngibas lehernya karena merasa gerah.
Ting.
Andra menautkan alisnya saat si cantik keluar dari lift.
Lantai sembilan, rupanya gadis itu tinggal satu lantai di bawah apartemen Diego.
Akhirnya di lantai sepuluh lift pun terbuka.
"Huaahh"
Andra merebahkan tubuhnya di sofa panjang di ruang tamu Diego.
Drrt drrt.
"Sayang di mana kamu, apa kamu tidak merindukan mommy mu ini?"
Pesan dari mommy membuat Andra terhenyak.
Sudah dua hari ia pulang ke negaranya, namun ia sama sekali belum menemui sang pemilik surganya itu.
Maafkan anakmu ini mom, batin Andra bergetar karena merasa bersalah.
Setelah membereskan barangnya Andra melangkah ke lobi apartemen di mana taxi online telah menunggunya.
*
*
"Huff, sialan si buaya darat itu"umpat Zara kesal.
"Apalagi Ra?"tanya Dewi sambil menyodorkan segelas orange juice pada Zara.
"Thank's".
"Gedeg banget gue Wi, nggak nyadar-nyadar dia tuh, gue bilang putus eh ..malah dia mohon-mohon nggak mau gue putusin, muka badak kan tuh cowok, rasain sekarang baru dia merasa gimana rasanya di putusin"Zara kembali menumpahkan kekesalannya.
"Emang lu pake alasan apa sampai si buaya itu nggak mau mutusin elu Ra?"
"Yaa gue bilang kalau kita udah nggak cocok lagi, udah"jawab Zara santai.
"Itu mah elu nya yang o on bin oneng bin songong, mana ada buaya mau di putusin hanya karena alasan klise, kagak mempan itumah marfuahhh"Dewi menoyor sahabat karibnya gemas.
"Lha trus pake alesan apa dong?"tanya Zara penasaran.
"Nih, dengerin ya marfuah , kalau mau mutusin lelaki buaya, elu tuh harus jadi pawangnya dulu dan mikir bagaimana seorang pawang harus membuat sang buayanya merasa kapok".
"Lalu apa dong yang harus di lakukan pawang biar buayanya kapok"tanya balik Zara.
Dewi kini menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ehmm, apa yakh?"Dewi memandang balik Zara dengan bingung.
"Ah elu, gaya sok jadi pawang buaya, kadal aja lu kagak punya"umpat Zara kesal.
"He he , tar deh gue nanya uwak gue dulu".
"Uwak? sejak kapan elu punya uwak, bukannya ayah ibu lu anak tunggal yah"Zara kini yang tertular menjadi bingung karena ulah Dewi.
"Iya uwak..gugel"jawab Dewi polos.
"Aah dasar lu Markonah"Kini Zara balik menoyor pelipis Dewi dengan kesal.
Keduanya kini saling menatap ponsel masing-masing.
"Aishhh ini lagi si anak mamy cerewet banget "umpat Zara lagi.
"Siape lagi Ra, perasaan gue dari tadi udah diem?"
"Bukan elu Wi, ini si Revan, ngajakin gue ketemuan sama mamahnya mulu, males kan ahhh"
Mulut Dewi membulat sempurna.
Tak heran jika Zara begitu di gilai para cowok, selain berwajah cantik bak bidadari, ia juga bertubuh tinggi langsing dan berkulit kuning langsat.
Sudah berpuluh kali wajahnya menghiasi sampul majalah kece ibukota, bahkan minggu lalu wajahnya dengan senyum manisnya teroampang di salah satu sampul majalah kelas asia.
Beruntung Dewi berteman dengan Zara, gadis yatim piatu itu begitu baik padanya, mau berbagi tempat tinggal di apartemen miliknya bahkan biaya hidup sehari-hari pun sebagian besar Zara yang menanggungnya, apalah daya kerja part time nya di sebuah restoran dengan gajih hanya cukup untuk membiayai kuliahnya, itupun jika ada keperluan mendadak terpaksa Dewi meminta bantuan dan Zara selalu siap membantunya.
"Ra mungkin Revan benar-benar mencintai elu dan ingin mengenalkan pada sang mamihnya sebagai calon menantu"jawab Dewi kini terlihat serius.
"Tapi gue nggak cinta Wi, lagi pula gue awalnya nerima dia kan karena gue kira dia itu sama-sama lelaki buaya yang sedang deketin elu"Zara mengerucutkan bibirnya.
Masih ingat enam bulan yang lalu, Revan terlihat begitu tertarik pada Dewi sedangkan di sebelahnya ada seorang gadis cantik yang ternyata adalah mantan kekasihnya yang ingin balikan pada Revan.
Zara yang melihat gelagat buruk pun segera menarik Dewi dan melancarkan aksinya hingga ternyata benar-benar membuat Revan bertekuk lutut padanya.
"Maafin gue ya Wi, mungkin jika saat itu gue membiarkan Revan ngedeketin elu sekarang elu udah jadi pacar dia, atau bahkan mungkin kalian sudah..."kalimat Zara menggantung saat Dewi menatapnya tajam.
"Eh markonah, jangan sekate-kate ye, gue emang jomblo tapi gue juga pilih-pilih kali, bagaimana laki yang mau gue jadiin jodoh sehidup semati, ogah amat gue pacaran ama cowok yang masih hidup di ketiak mamihnya"cibir Dewi.
Zara hanya tersenyum masam.
"Malang amat nasib gue ya Wi, cowok yang deketin gue nggak ada yang beres"
"Eh bukan mereka yang salah, tapi elunya yang songong, nyari pacar tapi malah milih para buaya, makan tuh buaya darat"Dewi mencebikan bibrnya.
"Udahlah Ra, kalau nggak mau di ajak kawin sama tu anak mamih, lu putusin aja simpel kan?"
"Simpel, Your kitchen!!"toyoran kencang kembali mendarat di kening Dewi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Riani Setiawati
cerita nya menarik.beda dr yg lain good job author 😀
2022-11-12
1