Sebelum membaca, jangan lupa tombol like vote dan komentnya, bunga dan kopi juga boleh banget .....😘😘😘
Happy reading 😍😍
💦💦💦💦💦💦
Andra terlihat duduk tenang di sofa ruang tamu apartemen Zara, sementara Dewi entah sudah beberapa kali melirik ke arah mahluk yang hampir sempurna itu dengan tatapan penuh kekaguman.
Waktu yang sudah memasuki sholat isya, Zara gunakan langsung untuk terlebih dahulu melaksanakannya sebelum mereka berangkat, toh Andra sendiri tidak keberatan untuk menunggunya lebih lama sedikit.
Andra kini fokus dengan ponselnya.
D:"Ndra lu lagi di mana?"
A:"Jemput cewek gue"
D:"Ngaco aja lu, sejak kapan lu punya cewek?"
A:"Kemarin"
D:"Mana buktinya?"
Ceklek, Zara keluar dengan dress sebatas lutut dengan model lengan panjang dengan kerah lebar, berwarna biru navy.
Terlihat sederhana namun pas dan cocok di tubuhnya.
Andra pun menelan saliva saat tatapannya berhenti di leher jenjang nan putih mulus.
"Ayo"teriak Zara, dengan membawa tas selempang mungil, menambah kesan manis dan imut.
Zara melangkah mendahului Andra yang mengikutinya di belakang.
"Ra lihat ke belakang"Andra memanggil tiba-tiba, membuat Zara spontan menoleh.
Cekrek.
Zara membulatkan mata, rupanya Andra mengambil poto selfi dengan latar wajahnya berada di belakangnya tanpa mengatakan aba-aba.
"Cantik"gumam Andra lirih sambil tersenyum melihat ke layar ponselnya.
Meski dengan wajah terkejut namun masih tetap terlihat cantik, batin Andra.
Zara mencibir kesal lalu melangkah keluar apartemen.
"Aku pergi Wi"pamitnya.
"Jangan lupa kalau mau pergi, pastiin kompor mati"pesannya lagi.
"Siap boss"Dewi menirukan gerakan hormat, lalu melambaikan tangan pada Andra.
"Jaga temanku baik-baik, jangan sampai lecet"Andra mengangguk pelan mendengar pesan Dewi.
Keduanya menuju lift yang kebetulan sedang membuka.
"Aku bawa apa nih ke rumah kakak?"tanya Zara.
"Nggak usah, baru perkenalan ini, dan mamah sudah masak banyak buat kamu"
"Hah, masak? Kenapa harus masak segala, kan jadi nggak enak aku"Zara kini terlihat panik, meski mereka pasangan setingan tapi tetap saja hanya mereka berdua yang mengetahuinya, orang lain tentu menganggap mereka serius.
"Aduh kak, kita ke toko kue dulu ya, malu aku kalau datang cuma tangan kosong"rengek Zara.
"Baiklah, eh jangan panggil kakak, nggak pantes masa pacaran manggilnya kakak".
"Lalu apa dong".
"Ehm bagaimana kalau cinta"jawab Andra.
"Ih terlalu ABG"Zara mengerucutkan bibir tipisnya.
"Kalau ..sayang gimana?"Zara tampak merenung, lalu menggelengkan kepalanya.
"Aihh, susah amat"ujar Andra kesal.
Ting.
Pintu lift terbuka, dan beberapa pengunjung masuk hingga keduanya pun kini saling diam.
Ting.
Andra dan Zara pun keluar lalu melangkah menuju area parkiran.
Zara berjalan di belakang Andra karena tak tahu di mana mobil pria itu terparkir.
Tiga puluh menit perjalanan akhirnya sampailah di sebuah mansion besar.
Zara melangkah ragu, belum pernah ia melihat mansion begitu besar secara nyata.
Zara tersenyum membalas anggukan pria penjaga gerbang.
Andra terlihat jengah karena kedua penjaga itu tak henti menatap Zara dengan penuh kekaguman.
"Pak, tali sepatunya lepas tuh"ucap Andra kesal, bukanya fokus kerja malah fokus liatin cewek cakep lewat, batin Andra geram.
Bibi pelayan yang menyambut kedatangan tuan rumah pun tampak terkejut melihat wajah familiar yang sering mereka lihat di majalah sang Nyonya mereka, kini sedang berjalan memasuki mansion.
Beberapa pelayan tampak berbisik pelan, entah apa yang mereka perbincangkan.
"Duduklah aku panggil mommy dulu"Andra berucap pelan, lalu melangkah menuju lantai dua di mana terdapat kamar Maharani.
Tak tok tak.
Suara langkah sepatu terdengar nyaring menuruni tangga.
Zara menoleh ke arah sumber suara.
Mata Zara membulat, baru kali ini Zara melihat wajah cantik wanita paruh baya itu dengan seksama.
Pantas saat pertemuan pertama kali yang begitu singkat, Zara merasa familiar dengan wajah wanita yang Andra kenalkan sebagai mommynya itu.
Meski umur yang tak lagi muda, namun wajahnya tetap terlihat kencang dan halus.
Senyum yang menawan dengan bibir tipis bergelombang, semakin memperjelas bahwa pesona yang di miliki Andra adalah warisan dari mommynya.
Maharani, seorang desainer terkenal dengan karyanya yang sudah go internasional, dengan bisnis lain yang di gelutinya, siapa yang tak mengenalnya.
Zara mengangguk hormat saat menyambut uluran tangan halus Maharani.
"Duduklah sayang, kenalin Maharani nama mommy, mungkin kau sudah tahu dari Joy"sapa Maharani hangat.
Joy, siapa Joy, batin Zara heran, namun tetap mengangguk.
"Joy ambilin minum dong sayang".
Zara menautkan alisnya, rupanya Andra di panggil Joy oleh mommynya.
"Mau minum apa babe?".
"Hah, ehmm"Zara tampak gugup mendengar panggilan yang Andra sematkan padanya.
"Ehmm, yang ada aja"balas Zara.
"Bi, bawa cake yang tadi aku bikin"perintah Maharani pada bibi pelayan.
"Oiya ini aku juga bawa bolu tales tante, coba deh"Zara mengambil totbag lalu menyerahkan pada Maharani.
"Aduh terimakasih sayang, oiya apa kamu masih aktif pentas catwalk?"
"Ehm alhamdulillah masih tan, lumayan buat nambah-nambah biaya hidup saya tante"jawab Zara jujur.
Maharani tersenyum senang, bangga rasanya melihat gadis cantik yang jujur dan apa adanya.
"Silahkan non Zara"ucap bibi pelayan setelah menyajikan minuman dan cake di meja, Zara pun mengangguk sopan.
"Terima kasih bi"
"Ehm rupanya kalian kenal dia juga bi?"tanya Maharani.
"Kenal sih enggak nyonya, saya hanya suka melihat wajahnya di majalah maupun di poster"jawab bibi sambil matanya tak lepas dari wajah Zara.
"Tapi cantikan di dunia nyata nonya, non Zara cantik banget"ucap sang bibi dengan antusias, membuat Zara tersipu malu.
"Di minum sayang juga coba cake buatan mommy, enak nggak".
Zara mengambil sepotong cake pisang yang di buat Maharani.
Matanya berbinar, terasa lembut dan tidak terlalu manis, sangat pas di lidah Zara.
"Ehhm enak tante, manisnya pas, dan lembut banget"mimik muka bahagia, terpancar di mata Maharani.
Sepasang mata memandang lekat ke arah Zara dari atas tangga lantai dua.
Kenapa bisa, ada mahluk yang begitu imut bahkan saat mulutnya sedang penuh mengunyah makanan, batin Andra tiba-tiba berdesir.
"Mana si Joy, lama banget tu anak"Andra bergegas turun saat Maharani hendak menyusulnya ke lantai atas.
"Kamu ngapain Joy, lama banget, kasihan Zara sendiri".
Andra dengan santai duduk di sebelah Zara dengan tangan merangkulnya erat.
Panas dingin kini yang tubuh Zara rasakan.
Andai saja saat ini mereka adalah sepasang kekasih sungguhan, tentu hatinya akan bahagia.
"Sorry babe, udah nunggu lama"Andra berucap dengan nada lembut dengan tatapan tajam membuat Zara terlihat gugup dengan debaran jantung yang kini berdebar kencang.
Maharani yang melihat sikap hangat Joy pada Zara pun merasa bahagia.
"Joy ajak Zara makan dulu, cobain masakan mommy"Maharani memandang Joy dengan isyarat agar sang putra mengajak kekasihnya.
"Ayo babe kita makan dulu, kita cobain masakan Chef Maharani"ucap Joy menarik tangan Zara lalu melangkah ke ruang makan.
Zara begitu takjub melihat hidangan yang tersaji di atas meja, beraneka ragam makanan lezat yang begitu menggugah selera.
"Wah tante, ini semua masakan tante?, ternyata selain tante pintar membuat baju, tante juga pintar masak rupanya"sanjungan Zara membuat Maharani tersenyum simpul.
Zara sungguh beruntung, tubuhnya tidak akan berubah gendut meski sebanyak apa pun ia makan.
Makan segitu banyak tapi tubuh tetap mungil, lari kemana itu nasi?Andra membatin.
Sementara Maharani tersenyum puas karena Zara memakan cukup banyak.
"Tante saya pamit pulang tan, sudah malam, maaf kalau sudah merepotkan tante".
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, Zara pun pamit, setelah berbincang cukup banyak dengan Maharani tanpa Andra, karena Andra sibuk dengan ponselnya.
Grup trio sableng tampan, kini sedang ramai karena Diego ngamuk-ngamuk saat Andra mengirimkan poto selfinya saat di apartemen Zara ke grup.
Kedua pria jomblo itu pun semakin panas saat mengetahui rupanya Zara sudah di undang ke mansion Maharani yang tandanya lampu hijau kini sudah di tangan Andra.
Diego kini terduduk lemas di sofa panjang di apartemennya, Zara yang begitu di kagumi bahkan tidak jarang menjadi teman fantasinya jika sedang bersolo di kamar mandi, kini sudah menjadi kekasih sahabatnya sendiri.
"Ha ha ha kalah telak lu Go"ucap Juned puas.
"Aakhh, selama janur kuning belum melengkung, dia masih milik bersama"teriak Diego penuh percaya diri.
"Hmmm kalau begitu langkahi dulu mayatku"
Glek.
Tampak hening sejenak.
"Lu beneran mau serius sama dia Ndra?"tanya Juned penasaran, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba pangeran salju kini mencair dan mengatakan akan menikah.
"Gue serius"ucap Andra lantang.
Tak lagi terdengar suara Diego di seberang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments