Sebelum memulai baca, jangan lupa like vote dan koment ya...
Hadiah bunga sama kopi akan membuat yu author lebih semangat lagi, dan jangan lupa jadikan novel ini favorit kalian 😘😘😘
💦💦💦💦💦
Sehabis subuh Zara mulai melakukan gerakan yoga ringan seperti biasa, jika tidak lari pagi maka Zara akan menggantinya dengan yoga.
Tidak perlu kursus atau les di tempat mahal, Zara hanya pelajari gerakan itu dari youtube.
Dewi yang baru selesai mandi pun bersiap, sesuai jadwal, hari ini adalah review ceker bledeg milik bu Ayu, lalu siangnya jas hujan milik pak Burhan.
"Lambung nggak apa-apa kan Ra?"tanya Dewi sedikit cemas karena tadi menu ceker bledeg ternyata rasanya benar-benar menggelegar.
Zara menggeleng pasti.
Dari toko milik pak Burhan sudah beranjak sore dan mereka akhirnya pulang karena waktu sudah masuk ashar Zara pun mampir di sebuah masjid yang terletak di pinggir jalan.
Dewi pun melipat mukena lalu memasukan ke tas.
Drrt drrt
Zara merasakan getaran dari ponsel yang di simpannya di kantung cardigan yang di pakai.
Zara menatap lekat ke arah Dewi setelah membaca pesan di ponselnya.
"Kenapa Ra?"tanya Dewi.
"Irfan meminta bertemu, dia bilang ini untuk terakhir kalinya"jawab Zara.
Dewi menghela nafas berat, entah kenapa hati kecilnya tidak mengijinkan sahabatnya itu pergi menemui si buaya Irfan.
"Lalu apa kau akan menemuinya?"tanya Dewi lagi.
Zara mengangguk pelan, "mungkin saja Irfan ingin mengucapkan perpisahan".
Sesampainya di apartemen keduanya pun istirahat di sofa.
Dan sore hari Dewi masih asik dengan kegiatannya mengedit hasil rekaman siang tadi, sementara Zara yang sudah bersiap menunggu Irfan menghubunginya lagi.
Setelah beberapa menit akhirnya Irfan pun mengirimkan pesan bahwa dirinya sudah berada di lobi apartemen.
Meski hatinya sedikit enggan namun Zara terpaksa harus menemui Irfan, semua itu di lakukan agar Irfan mau dengan tulus melepasnya.
Senyuman manis dari bibir Irfan terbit, saat Zara muncul dari panel lift yang terbuka.
Zara pun mengikuti Irfan yang memintanya untuk bicara di sebuah cafe yang terletak di pinggiran kota.
Tidak lama dan ini adalah permintaanya terakhir, kalimat yang Irfan ucapkan untuk membujuk Zara.
Setelah empat puluh lima menit perjalanan akhirnya berhentilah mobil yang di kendarai Irfan di sebuah cafe berukuran sedang, namun terlihat banyak pengunjung yang datang.
Zara berjalan di belakang, mengikuti Irfan.
Rupanya Irfan sudah sering ke cafe ini, karena ia terlihat sudah tampak akrab dengan beberapa pelayan.
Zara yang baru kali pertama mengunjungi cafe ini hanya mengangguk membalas senyuman mereka.
Para pelayan cafe yang mengenal Zara pun tersenyum senang.
Zara pun meneguk minuman yang pelayan itu tawarkan, sementara Irfan sudah beberapa menit yang lalu pergi ke kamar kecil.
Beberapa kali Zara melihat ke arah jam di pergelangan tangannya.
Irfan datang dengan wajah ceria, mungkin ingin memberikan kesan yang indah pada pertemuan kali ini, batin Zara.
"Bagaimana cafe ini Ra?bagus kan"pertanyaan yang terdengar sangat tidak bermutu bagi Zara.
Hanya anggukan dan senyuman masam yang Zara lakukan, karena tiba-tiba kepalanya terasa berat.
"Makan dulu Ra"perintah Irfan lalu ia pun memakan cake di atas piring mungil yang sudah di pesannya.
"Ehm aku tidak lapar"jawab Zara lemah, pening di kepalanya kian terasa, sementara rasa hangat di tubuhnya tiba-tiba datang.
Irfan tampak fokus memakan cake di piringnya dengan sesekali melirik ke arah Zara.
"Kenapa Ra?"tanya Irfan.
Zara menggeleng pelan.
"Fan, aku mau pulang"Zara kini merasa ada yang janggal di tubuhnya dan berniat pulang naik taxi.
"Kamu kenapa Ra"tanya Irfan dengan wajah di buat panik.
"Kepalaku berat Fan"jawab Zara sambil memijat pelipisnya.
Zara meraih gelas minumannya yang masih tersisa setengah lalu meneguknya hingga tandas, senyuman licit kini terbit dari bibir Irfan.
Zara bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah keluar cafe, namun baru satu langkah , badannya kembali terduduk ke
kursi karena berat di kepalanya semakin parah, tubuhnya pun kini terasa begitu gerah, ingin rasanya ia segera berendam di kolam yang dingin untuk memadamkan panas di tubuhnya.
"Ayo aku antar"ajak Irfan, karena ia yang mengajaknya ke cafe ini maka tanggung jawabnya lah untuk kembali mengantarkannya pulang.
Zara menggeleng, dengan gerakan terhuyun ia berusaha melangkahkan kakinya untuk keluar dari cafe itu.
Irfan memegang tangan Zara dan mendukungnya menuju ke arah mobilnya.
Zara yang sudah merasa begitu pusing pun tak dapat menolak saat Irfan menuntunnya masuk ke dalam mobilnya.
Irfan menutup pintu mobil setelah memasang seat bel di tubub Zara.
Langkahnya pasti dan dengan senyum penuh kemenangan iapun memasuki mobil.
Belum sempat ia menghidupkan mesin mobilnya, tiba-tiba sebuah ketukan di kaca samping membuatnya menoleh.
Irfan mengerutkan alisnya saat seorang pelayan memintanya menurunkan kaca pintu mobilnya.
"Ada apa, bukannya sudah ku bayar semua?"tanya Irfan ketus karena kesal ada orang yang mengganggu kesenangannya.
"Maaf tuan, bos kami ingin bertemu dengan tuan"jawab sang pelayan dengan sopan.
"Ada apa lagi sih?".
"Maaf tuan, saya hanya di suruh untuk memanggil tuan untuk menemuinya sebentar".
"Ck, bilang sama bosmu kalau dia butuh, ya dia lah yang ke sini, lagian aku tidak punya banyak waktu"Irfan mulai menghidupkan mesin mobilnya.
"Tunggu dulu tuan, bos kami akan ke sini sebentar lagi"ujar sang pelayan sambil melirik ke kursi di samping pria perlente itu.
"Aasshhh bilang sama bosmu, aku sedang buru-buru, kalau mau dia bisa hubungi aku nih"ucap Irfan sambil menyerahkan sebuah kartu nama.
"Tapi tuan, sebentar saja tu"kalimat pelayan itu tidak akan terdengar lagi karena Irfan sudah melajukan mobilnya dengan cepat.
Pelayan itu pun berlari menuju cafe.
Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi meluncur menyusul mobil Irfan.
"Bos tuan itu sudah kabur bos, gimana ini"kalimat bernada panik dari pelayan saat masuk ke dalam cafe.
"Sudahlah temanku sedamg mengejarnya"rupanya Juned lah sang pemilik cafe tersebut, dirinya mendengar para karyawan yang saling berbisik bahwa ada model terkenal bernama Zara sedang duduk bersama cowoknya.
Juned yang tahu jika Zara yang tak lain adalah gadis yang kini menjadi kekasih Andra sahabatnya pun melihat keduanya dari tempat tersembunyi.
Dan dari raut wajah dan gerakan tubuhnya, Juned melihat ada sesuatu yang tak beres sedang menimpa gadis itu.
Tak ingin terjadi penyesalan di kemudian hari, Juned pun segera menghubungi Andra dan menceritakan semua yang menjadi ganjalan di hatinya.
Juned tersenyum penuh arti saat suara penuh kepanikan terdengar dari sahabat karibnya itu.
Dan pertanyaannya pun terjawab saat tidak lama Andra datang dengan mobil sport nya yang melaju dengan kecepatan tinggi mengejar Irfan.
Hmmm beruang kutub kalau sudah mencair ya gini nih ....mainannya nyawa.
Juned hanya mengelus dada melihat tingkah Andra yang kalang kabut saat mendengar Zara di bawa oleh mantannya.
Ciiitttt.
"****.....!!"Irfan memukul stir mobil dengan kesal saat sebuah mobil sport tiba-tiba menahan laju mobilnya dan berhenti dengan jarak satu meter di depan mobil Irfan.
"Keluar kamu!!"
Dengan nafas memburu Andra menggedor kaca pintu mobil Irfan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments