"Welcome home bro".
Diego memeluk sahabat kentalnya, dua tahun berpisah dan hanya lewat panggilan vidio yang mereka lakukan jika rasa kangen melanda membuatnya begitu gembira melihat kepulangan Andra.
"Gila badan lu makin jadi aja brow, cocok buat brand ambasaador susu ono nohh"ujar Diego menepuk bahu Andra yang terlihat makin kekar.
Andra hanya memamerkan senyum iritnya itupun terlihat sedikit terpaksa.
"Mana kamar tamu, mau istirahat gue".
Dengan santai Andra menuju ke kamar yang terletak di ujung.
"Oyy bukan, itu kamar gue, di tengah noh"teriak Diego.
Dua tahun berpisah ternyata all for one and one for all masih di pegangnya, terbukti kamar apartemen milik Diego pun berasa miliknya sendiri.
Diego hanya menggelengkan kepalanya.
"Ndra, lapar nggak lu?"tanya Diego.
"Hmmm, yoi , tapi gue nggak makan karbo jam segini"ujarnya sambil melangkah menuju kamar sahabatnya itu.
Lalu Diego pun memesan makanan lewat aplikasi online dari ponselnya.
"Mentang-mentang lama nggak menghirup oksigen di Indo lu bagai kacang lupa sama kulitnya"Dirgo bermonolog dengan mencebikkan bibirnya.
"Di mana-mana makan tuh pake nasi, mie rebus pake telor pun harus pake nasi, kalo nggak berarti lu sudah melupakan kebudayaan dari leluhur kita bro"lanjutnya lagi.
Andra keluar dari kamar dengan rambut masih sedikit basah, setelah membersihkan tubuhnya.
"Mana minum gue?"tanya Andra polos.
Diego sontak membulatkan matanya.
"Aje gile ni Tuan Takur, belum juga satu jam udah bikin emosi aja lu Ndra, lu pikir gue pembokat lu?"
"Halahhh, gue kan tamu Go, dimana-mana tamu adalah raja, dan kau harus memuliakannya"Andra menjawab dengan santai sambil duduk di sofa empuk di sebelah Diego.
"Hiiisssshhh, mau minum apa lu?".
"Apa aja asal bukan racun"jawab Andra singkat.
Diego mendesis kesal namun akhirnya ia pun tetap melangkah ke dapur minimalisnya.
Setelah kepergiannya selama dua tahun kini Andra datang kembali, namun bukan mansion besarnya yang menjadi tujuan pertama.
Apartemen berukuran sedang, tempat tinggal sahabatnya menjadi tempat pertama singgah setelah kepergiannya.
Dua tahun meninggalkan negeri ini dan mencoba berdamai dengan luka hati.
Ternyata waktu yang terasa singkat telah merubah wajah kota yang dulu menjadi tempatnya bernafas, kini semakin ramai dan sesak, gedung yang seakan berlomba-lomba tumbuh semakin ke atas bagai ingin menggapai cakrawala,dan hiruk pikuk jalanan yang semakin padat membuat Andra menghela nafas panjang.
Tatapannya kini terpaku pada sebuah gedung yang terletak tak jauh dari apartemem Diego.
Wijaya Corp, dadanya masih terasa sesak jika teringat memori dua tahun silam, sebelum ia meninggalkan negeri ini.
"Ndra, minum lu nih bro"Diego menawarkan minuman sari buah dari lemari pendinginnya.
"Thank's"
"Uhukk uhukk",
Setelah menerapkan gaya hidup sehat, Andra pun terbatuk saat meminum sari buah yang Diego buat.
Pandangannya menelisik minuman di gelas yang di genggamnya.
"Minuman apa yang lu buat Go?"Andra menautkan alisnya, lidahnya terasa masam.
"Itu yang lu mau kan?, sari buah jeruk"jawab Diego enteng.
" Tapi gue biasa minum yang asli, kampret lu"tutur Andra kesal karena merasa di bohongi, sari jeruk yang biasa di konsumsinya adalah perasan dari jeruk alami, bukan sari buah instant.
"Haisstt, nyusahin aja lu"Diego berlalu ke dapur kemudian datang lagi membawa gelas berisi air mineral.
"Kalau lu mau yang alami, adanya ini"ujar Diego enteng.
Dah di kasih ati, minta empela, ujar Diego bersungut kesal.
"Hmm thank's"
Senyum Andra mengembang lalu meneguk air bening hingga tetes terakhir.
Glek.
"Lu nggak dapet jatah minum di pesawat bro?" tanya Diego heran melihat Andra yang meneguk air di gelas besar hanya dalam satu kali teguk.
Andra tak menyahut hanya lirikan dari sudut matanya memandang ke arah Diego.
Andra pun melangkah menuju kamar tamu milik Diego.
Terlihat wajahnya berubah segar dengan rambut masih sedikit basah.
Andra mengenakan baju casual, dengan celana jeans panjang dan kaos lengan pendek berwarna putih.
Topi hitam tampak menutupi separuh wajahnya.
"Mau kemana lu Ndra?"tanya Diego penasaran.
"Gue pinjem mobil lu, ada perlu sebentar" sahut Andra singkat.
"Ayo gue ikut"Diego tak mau membiarkan sahabatnya membawa mobil kesayangannya, Diego sudah hapal luar dalam, siapa Andra.
Tak ingin terjadi sesuatu yang buruk akhirnya Diego membiarkan Andra yang mengambil alih kemudi mobilnya.
Meski bukan ia yang mengemudi, setidaknya Diego bisa mengawasi dan melihat kemana Andra akan melajukan mobilnya.
Andra mencebik kesal, rencananya kali ini belum bisa ia jalankan.
Jalanan yang mulai sepi membuat Andra dengan mudah melajukan kendaraannya dengan cepat.
"Woyy woyy santai brooo"teriak Diego yang kini mulai pucat melihat Andra semakin kencang melajukan mobil kesayangannya.
"Duhh jangan sampai lu buat Sassy ku lecet ya"teriak Diego di sebelah Andra.
Andra tak membalas permintaan Diego karena ia pun tak memperlambat laju mobilnya, bahkan kini kecepatan kian bertambah.
"Ndra stop stoop"ujar Diego dengan suara kencang.
******
Sementara di tempat lain, gadis berwajah tirus dengan bibir tipis mungil berhidung tinggi menjulang tengah diam di atas ranjang besarnya.
Jika biasanya ia akan dengan mudah mengucapkan kata putus pada para kekasihnya terdahulu, namun kali ini Zara harus berfikir keras.
Beberapa hari ini ia telah di pusingkan untuk mencari bukti kuat untuk di jadikannya alasan memutuskan tali kasihnya dengan pria berhati lembut itu.
Jika hubungan terdahulunya ia akan mudah memutuskan cintanya, karena sebagian dari mereka telah terlebih dahulu membuat kesalahan besar yang tak akan di ampuninya yaitu selingkuh.
Revan berkali-kali menolak saat zara memintanya putus bahkan air mata mengalir deras dari sudut mata sendunya.
Bukannya Zara meragukan kesetiaan Revan tapi bagi Zara berhubungan dengan pria yang tanpa tantangan sungguh terasa hambar.
Flash back on
"Ra apa salahku padamu, semua aku lakukan untuk membuatmu selalu tersenyum dan bahagia, hukuman apa pun aku terima asal kau tidak meninggalkanku Ra"ucap Revan dengan nada memohon.
Memang selama ini Revan selalu setia pada Zara, tak pernah sekalipun menduakan hatinya, semua waktu dan kasih sayang Revan curahkan hanya untuk Zara, satu-satunya gadis yang telah mendapatkan hatinya.
"Aku akan meneruskan pendidikan di negara x Van, dan itu membutuhkan waktu yang lama"satu alasan logis Zara katakan meski hatinya ragu, apa benar ia akan benar-benar meneruskan pendidikannya di negara x.
"Aku akan menunggumu Ra, aku akan setia, kita akan terus saling berhubungan meski jarak dan waktu memisahkan kita Ra, percayalah padaku Ra" nada Revan penuh percaya diri.
Flash back off.
Zara terdiam membisu, hatinya merasa bersalah pada Revan, karena menuruti egonya ia telah menyakiti pria berhati lembut itu, kini hatinya di selimuti rasa bimbang.
Haruskah aku tetap mempertahankan hubungan ini, sedangkan di hatinya hanya ada rasa iba dan kasihan.
Setelah enam bulan Zara menerima cinta Revan, kala itu Zara beranggapan bahwa seiring berjalannya waktu maka cintanyapun akan tumbuh bersemi, waiting tresno jalaran sosok kulino, itulah prinsip yang di anutnya.
Namun ternyata ajaran itu tak berlaku di hatinya, bahkan setelah sekian lama Revan yang begitu mengagungkannya, begitu mengasihinya dengan sepenuh hati bahkan cinta yang mungkin berkadar lebih dari seratus persen padanya sama sekali tak dapat menumbuhkan benih-benih cinta di hati Zara.
💚💚💚
Tolong tinggalin jejak ya...biar otor semangat nulisnya 😘😘😘😘😘
💦💦💦💦
Untuk yang belum tahu siapa cinta pertama Andra alias Joyandra Sabastian.
Silahkan baca novel yu Author berjudul :
Nona Mudaku Separuh Nafasku.
💞💞💞💞💞
Zara mencoba tersenyum meski hatinya terasa hambar, Revan yang dengan mesra menggandeng tangannya seperti biasa, rona bahagia terpancar di wajahnya.
Entah kenapa pria itu begitu mencintainya bahkan setelah mengetahui kisah masa lalunya.
Zara yang cantik dengan bentuk tubuh nyaris sempurna membuat ia menjadi gadis yang dapat dengan mudah mendapatkan cinta dari para pria yang menjadi targetnya.
Namun tak sembarang pria masuk dalam kategori menjadi kekasihnya.
Bukan ketampanan ataupun harta melimpah yang membuat Zara tertarik pada seorang pria untuk di jadikan sang kekasih.
Entah apa yang menyebabkan Zara selalu memilih pria yang telah memiliki pacar untuk di jadikan kekasihnya.
Beberapa kali wajah cantik nya tergores cakaran kuku dari wanita yang Zara rebut kekasihnya, namun Zara hanya tersenyum masam.
"Udahlah Ra, ngapain lu masih diam saja di gituin sama tu cewek yang nggak tahu terima kasih"ujar Dewi sahabat karib Zara.
Zara hanya terdiam, entah kenapa hatinya selalu ikut merasa sakit hati jika melihat sebuah perselingkuhan, bukan ia merasa suka atau tertarik hingga merebut lelaki playboy cap kodok bernama Irfan itu dari Ismi.
Zara hanya tak mau tinggal diam melihat tingkah tengil para lelaki yang tidak menghargai kesetiaan seorang wanita.
Irfan, sosok pria casanova yang hoby celap celup namun begitu di cintai oleh Ismi kekasihnya, meski berkali-kali melihat sang kekasih bersama perempuan lain namun seakan di butakan oleh cinta, Ismi selalu memaafkan lagi dan lagi.
Zara yang merasa kesal dengan sikap lemah Ismi berusaha memisahkan mereka dengan caranya sendiri, meski akhirnya Ismi begitu membencinya, hingga persahabatan mereka berakhir dengan kebencian yang begitu dalam di dada Ismi.
"Ishhhh, pelan dong Wi"desisan halus keluar dari bibir tipis Zara saat Dewi mengoleskan salep pada rahang dan pelipisnya akibat cakaran Ismi.
"Dah diem lu, lagian penyakit tuh di hindari, elu malah penyakit di cari"ujar Dewi yang merasa kesal dengan tingkah Zara.
"Setidaknya sekarang Ismi sudah terlepas dari lelaki buaya itu Wi"jawab Zara santai.
"Iya tapi nggak harus melukai elu seperti ini juga kan Ra".
"Hmmm, nggak apa-apa Wi, gue rela demi sahabat gue".
Dewi hanya menggelengkan kepalanya.
"Udah lu istirahat sono gih, lu punya apa di kulkas, gue lapar"Dewi melangkah menuju kulkas di dapur minimalis Zara.
"Tau tuh, lu liat aja sendiri, sekalian gue bikinin juga ya Wi".
"Hmm"Dewi menjawab singkat.
Tinggal bersama dengan sahabatnya lebih dari dua tahun membuat Dewi tahu Zara luar dan dalam, teman yang begitu baik mengorbankan dirinya demi sahabat baiknya agar tidak terjerumus oleh si buaya darat Irfan.
Bahkan Dewi merasa kesal melihat Zara yang rela tubuhnya mengalami luka cakaran dan cacian dari Ismi karena telah merebut kekasihnya.
*
*
"Ndra, kita mau kemana?"Diego melirik Andra yang masih fokus pada laju mobilnya.
Sebenarnya Diego mengetahui arah mana mobilnya berjalan, sebuah apartemen dimana sepotong hati Andra tertinggal.
Andra diam menepikan mobilnya dan berhenti di sisi jalan di seberang sebuah apartemen.
Matanya tajam menatap ke lantai atas.
Diego menghela nafas panjang, dua tahun pergi dan tinggal di negara x untuk menyembuhkan luka namun ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kalau telapak tangan singa yang di balikan.
Andra masih belum melupakan sepotong hatinya.
Diego tertegun saat Andra mulai kembali menyalakan mesin mobilnya lalu kembali pulang menuju apartemennya.
"Eh, sebentar amat lu, udah gitu doang cara lu melepas rindu"tanya Diego polos.
Andra hanya menatapnya dingin tanpa menjawab sepatah kata pun.
Glek
Diego menelan salivanya yang kini terasa pahit.
"Amit-amit, kalau bukan temen udah gue dorong ke kali sunter lu"ucap Diego kesal.
Meski hanya melihat apartemennya saja sudah membuat kerinduan Andra sedikit terobati.
Ya, hanya memandang dan tak ada niat menemuinya untuk melepas rindu, karena kini ia telah menjadi milik orang lain.
"Ndra mampir dulu ke cafe z, si Juned nanyain elu tadi" kata Diego.
Senyum senang terbit dari bibir Diego melihat Andra menuruti perintahnya.
Sebuah cafe megah masih terlihat ramai oleh pengunjung,meski malam sudah larut.
"Oiii"teriakan salah satu pengunjung mengalihkan pandangan Diego dan Andra lalu kedua sahabat karib itupun melangkah menuju sosok Juned.
"Waaah, akhirnya pulang juga kau Ndra, kukira lu bakal nyari bini di sono"Juned mengulurkan kepalan tangannya dan di sambut oleh Andra.
"Betah lu di sono?"tanya Juned kalem.
"Betah lah"jawab Andra singkat.
"Gue cuma kangen sama dia"ucap Andra namun hanya dalam hati.
Diego hanya melirik Andra, meski berusaha menyembunyikan perasaannya namun Diego tahu jika Andra belum melupakan cinta lamanya.
Ketiganya kini sudah mulai asik menikmati kebersamaan yang telah lama tidak mereka nikmati bersama, kepergian Andra membuat kedua sahabatnya begitu merindukan kebersamaan yang selalu mereka nikmati setiap akhir pekan.
Dibalik sikap cuek dan dinginnya, Andra dalah seorang sahabat yang hangat dan perhatian.
Tak terasa malampun semakin larut, merekapun memutuskan mengakhiri temu kangen untuk sementara, Juned yang selalu membawa motor sport hitamnya melambaikan tangan meninggalkan area parkir.
Andra melirik sepasang kekasih yang berada tak jauh dari area parkiran cafe.
"Gila tega bener tuh cowok, lagian apa lebihnya sih tu cowok "ucap Diego kesal melihat cewek cantik dengan derai air mata di pipinya tengah memohon pada sang kekasih namun sang cowok tampak cuek dan wajah yang tetap datar.
"Aisshhh, mau ngapain lu, nggak usah ikut campur urusan mereka"ujar Andra menahan Diego yang hendak keluar dari mobil karena geram.
"Kasihan aja gue Ndra ama tu cewek, masih banyak cowok di luar sana, ngapain melas-melas gitu, nggak ada harda dirinya banget"Diego tampak sewot.
"Cakepan juga gue"sahutnya lagi, merasa tak rela wajah tampannya yang masih jomblo menahun.
Sementara cewek cantik itu menangisi cowok berwajah pas-pasan, tentu saja jiwa jomblo nya meronta tak rela.
"Jadi nggak kita tolongin nih?"pancing Diego, Andra tetap cuek lalu menyalakan mesin mobilnya, eh mobil Diego.
"Huhh"Diego terlihat kesal pada Andra yang baginya tak punya hati.
Andra menatap langit kamarnya, matanya belum juga merasa kantuk, pesan dari mommy pun belum ia balas.
Entah dari mana sang mommy mengetahui kepulangannya.
Bukannya tak merindukan wanita yang begitu menyayanginya namun Andra akan kesulitan bergabung dengan kedua sahabatnya jika sudah berada dekat dengan Mommy.
Harus mengikuti perintahnya dan larangan-larangan yang terkadang sedikit berlebihan jika melihat umur Andra yang kini sudah berumur dua puluh dua tahun.
Masih tak terbayangkan jika mommy masih memberlakukan jam malam padanya.
Atau harus memperkenalkan wanita yang akan menjadi kekasihnya.
Dan beberapa peraturan lain yang membuat Andra merasa harus lebih sabar.
Andra merasa bosan di apartemen Diego, karena saat ini sahabatnya itu sudah berangkat ke kantornya untuk bekerja sedangkan mobil satu-satunya pun di pakai.
Dengan celana jeans dan kaos putih lengan pendek Andra kini tengah berada di mall yang terletak hanya beberapa puluh meter dari gedung apartemen Diego.
Siang yang terik membuat Andra mengayunkan langkahnya di sebuah foodcourt.
Orange juice yang segar kini sudah tersaji di atas mejanya.
"Sayang jangan tinggalin aku please, maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud mengacuhkanmu"ucap seorang pria dengan kedua tangan memohon pada gadis cantik di depannya.
Meja yang terletak di ujung ruangan membuat keberadaan mereka tidak begitu menarik perhatian pengunjung lain, namun tidak bagi Andra yang berada di sebelah meja mereka.
Dengan jelas pertengkaran kedua insan itu terdengar jelas di telinganya.
Cih, jual mahal amat tuh cewek, mending tinggalin dan cari yang lain, batin andra geram.
"Sudahlah Fan, di antara kita sudah tidak ada lagi saling kecocokan, sebaiknya kita sudahi sampai di sini hubungan kita"nada bicara si cantik terlihat pelan namun tenang.
"Tapi aku nggak mau kita putus hanya karena hal yang sepele sayang, pokoknya aku tidak ingin kita putus, aku sangat mencintaimu"ujar sang pria melas.
Andra hanya memutarkan pandangannya merasa jengah.
"Sudahlah Fan, aku ingin kita putus secara baik-baik, mulai sekarang kita hanya berteman saja okey?"ujar si cantik terdengar bijak, lalu berdiri dan melangkah meninggalkan si pria yang kini diam mematung.
"Tidak, tunggu sayang, jangan tinggalkan aku"langkah pria itu cepat mengejar si cantik.
Cih, nggak ada harga dirinya banget si lu, maki Andra dalam hati.
Tapi ...hei bukankah dia pria yang semalam di cafe x, Andra menajamkan matanya takut penglihatannya salah.
Wah wah, gila bener tuh cowok, kemarin dengan acuhnya ninggalin pacarnya yang udah mohon maaf sambil nangis-nangis, sekarang giliran dia yang mohon-mohon nggak mau di putusin ke cewek lain, memang karma tak pernah salah alamat, gumam Andra sambil geleng-geleng kepalanya mirip burung beo lagi triping.
Andra melangkah memasuki panel lift yang kini terbuka.
Hei, bukankan ini cewek yang tadi, batin Andra.
Semerbak wangi mint tercium dari rambut si cantik saat mengibaskan kepalanya, gerakan tangannya mengibas-ngibas lehernya karena merasa gerah.
Ting.
Andra menautkan alisnya saat si cantik keluar dari lift.
Lantai sembilan, rupanya gadis itu tinggal satu lantai di bawah apartemen Diego.
Akhirnya di lantai sepuluh lift pun terbuka.
"Huaahh"
Andra merebahkan tubuhnya di sofa panjang di ruang tamu Diego.
Drrt drrt.
"Sayang di mana kamu, apa kamu tidak merindukan mommy mu ini?"
Pesan dari mommy membuat Andra terhenyak.
Sudah dua hari ia pulang ke negaranya, namun ia sama sekali belum menemui sang pemilik surganya itu.
Maafkan anakmu ini mom, batin Andra bergetar karena merasa bersalah.
Setelah membereskan barangnya Andra melangkah ke lobi apartemen di mana taxi online telah menunggunya.
*
*
"Huff, sialan si buaya darat itu"umpat Zara kesal.
"Apalagi Ra?"tanya Dewi sambil menyodorkan segelas orange juice pada Zara.
"Thank's".
"Gedeg banget gue Wi, nggak nyadar-nyadar dia tuh, gue bilang putus eh ..malah dia mohon-mohon nggak mau gue putusin, muka badak kan tuh cowok, rasain sekarang baru dia merasa gimana rasanya di putusin"Zara kembali menumpahkan kekesalannya.
"Emang lu pake alasan apa sampai si buaya itu nggak mau mutusin elu Ra?"
"Yaa gue bilang kalau kita udah nggak cocok lagi, udah"jawab Zara santai.
"Itu mah elu nya yang o on bin oneng bin songong, mana ada buaya mau di putusin hanya karena alasan klise, kagak mempan itumah marfuahhh"Dewi menoyor sahabat karibnya gemas.
"Lha trus pake alesan apa dong?"tanya Zara penasaran.
"Nih, dengerin ya marfuah , kalau mau mutusin lelaki buaya, elu tuh harus jadi pawangnya dulu dan mikir bagaimana seorang pawang harus membuat sang buayanya merasa kapok".
"Lalu apa dong yang harus di lakukan pawang biar buayanya kapok"tanya balik Zara.
Dewi kini menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ehmm, apa yakh?"Dewi memandang balik Zara dengan bingung.
"Ah elu, gaya sok jadi pawang buaya, kadal aja lu kagak punya"umpat Zara kesal.
"He he , tar deh gue nanya uwak gue dulu".
"Uwak? sejak kapan elu punya uwak, bukannya ayah ibu lu anak tunggal yah"Zara kini yang tertular menjadi bingung karena ulah Dewi.
"Iya uwak..gugel"jawab Dewi polos.
"Aah dasar lu Markonah"Kini Zara balik menoyor pelipis Dewi dengan kesal.
Keduanya kini saling menatap ponsel masing-masing.
"Aishhh ini lagi si anak mamy cerewet banget "umpat Zara lagi.
"Siape lagi Ra, perasaan gue dari tadi udah diem?"
"Bukan elu Wi, ini si Revan, ngajakin gue ketemuan sama mamahnya mulu, males kan ahhh"
Mulut Dewi membulat sempurna.
Tak heran jika Zara begitu di gilai para cowok, selain berwajah cantik bak bidadari, ia juga bertubuh tinggi langsing dan berkulit kuning langsat.
Sudah berpuluh kali wajahnya menghiasi sampul majalah kece ibukota, bahkan minggu lalu wajahnya dengan senyum manisnya teroampang di salah satu sampul majalah kelas asia.
Beruntung Dewi berteman dengan Zara, gadis yatim piatu itu begitu baik padanya, mau berbagi tempat tinggal di apartemen miliknya bahkan biaya hidup sehari-hari pun sebagian besar Zara yang menanggungnya, apalah daya kerja part time nya di sebuah restoran dengan gajih hanya cukup untuk membiayai kuliahnya, itupun jika ada keperluan mendadak terpaksa Dewi meminta bantuan dan Zara selalu siap membantunya.
"Ra mungkin Revan benar-benar mencintai elu dan ingin mengenalkan pada sang mamihnya sebagai calon menantu"jawab Dewi kini terlihat serius.
"Tapi gue nggak cinta Wi, lagi pula gue awalnya nerima dia kan karena gue kira dia itu sama-sama lelaki buaya yang sedang deketin elu"Zara mengerucutkan bibirnya.
Masih ingat enam bulan yang lalu, Revan terlihat begitu tertarik pada Dewi sedangkan di sebelahnya ada seorang gadis cantik yang ternyata adalah mantan kekasihnya yang ingin balikan pada Revan.
Zara yang melihat gelagat buruk pun segera menarik Dewi dan melancarkan aksinya hingga ternyata benar-benar membuat Revan bertekuk lutut padanya.
"Maafin gue ya Wi, mungkin jika saat itu gue membiarkan Revan ngedeketin elu sekarang elu udah jadi pacar dia, atau bahkan mungkin kalian sudah..."kalimat Zara menggantung saat Dewi menatapnya tajam.
"Eh markonah, jangan sekate-kate ye, gue emang jomblo tapi gue juga pilih-pilih kali, bagaimana laki yang mau gue jadiin jodoh sehidup semati, ogah amat gue pacaran ama cowok yang masih hidup di ketiak mamihnya"cibir Dewi.
Zara hanya tersenyum masam.
"Malang amat nasib gue ya Wi, cowok yang deketin gue nggak ada yang beres"
"Eh bukan mereka yang salah, tapi elunya yang songong, nyari pacar tapi malah milih para buaya, makan tuh buaya darat"Dewi mencebikan bibrnya.
"Udahlah Ra, kalau nggak mau di ajak kawin sama tu anak mamih, lu putusin aja simpel kan?"
"Simpel, Your kitchen!!"toyoran kencang kembali mendarat di kening Dewi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!