Joy alias Andra memegang tangan Zara dengan erat.
Zara kini diam saat tangannya terasa ngilu karena ia terus berontak.
"Lepasin, apa-apaan ini?"tanya Zara dengan berbisik di telinga Andra.
"Udah kau diam dan kita mainkan drama ini"jawab Andra santai.
"Drama apa, aku nggak mau masuk dalam hidupmu yang rumit"ujar Zara masih dengan me lunakan nada bicaranya.
"Ck nggak usah sok santai, aku tahu hidupmu lebih rumit dari cerita kehidupan ku"Andra tersenyum penuh arti.
Zara terdiam sejenak memandang sekelilingnya.
"Sekarang kita harus berpura-pura sedang berpacaran, aku membutuhkanmu untuk jadi kekasih setinganku maka aku akan membantumu agar kau terlepas dari pria mu"Zara melotot ke arah Andra, bagaimana mungkin pria yang sedang menggandeng tangannya itu mengetahui apa yang terjadi padanya.
"Oohh, kau rupannya si pembawa sepatu sebelah"gumam Zara saat ingatannya kembali pada saat pertama kali melihat pria itu membawa sepatu yang hanya sebelah.
"Aku Andra, ingat A N D R A"Andra mengeja namanya di sisi telinga Zara.
"Ehm mom, ini Zara pacarku"ucap Andra penuh oercaya diri lalu menarik tangan Zara agar menyalami sang mommy, dan Zara pun mau tak mau akhirnya menunduk hormat dan menyalami Maharani.
"Mom, aku pulang dulu, Zara kurang enak badan mom, kasihan jika pulang terlalu malam"Zara sontak memasang muka mode sayu saat mendengar kalimat Andra.
"Ehmm aduh kasihan, ya udah kau ajak dia pulang dulu, ingat besok ketemi lagi sama mommy ya"Maharani tersenyum lalu mengusap rambut Zara lembut.
Zara hanya tersenyum masam lalu mengikuti Andra yang menuntunnya kembali ke arah motor yang terparkir di depan restoran tersebut.
"Lepas, biar aku pulang sendiri"Zara menarik tangannya berusaha melerai genggaman Andra.
"Sstt, jangan berbuat yang mencurigakan, masih ada yang memperhatikan kita"bisik Andra yang kini semakin mempererat gengaman tangannya.
Tak berani menoleh ke belakang, Zara pun akhirnya diam dan menurut saat Andra menyuruhnya kembali naik ke atas motorsportnya.
"Sorry bro, motor lu gue bawa ke apartemen Diego, ada keadaan darurat"Andra menghubungi Juned yang ternyata sedang ketar-ketir mencarinya di Taman Kota.
"Ishhh, jadi ini bukan motormu?"tanya Zara dengan mencebikkan bibir bergelombangnya.
"Heemm, ayo naik"
"Kemana kita?"tanya Zara.
"Ya pulang lah apa kau mau ke hotel?"ucap Andra dengan senyum smirk.
"Emang kamu tahu di mana aku tinggal"
Andra menarik satu sudut bibirnya.
"Apartemen x, lantai sembilan"bulu halus di tengkuk Zara kini meremang sempurna saat Andra menyebut apartemen tempat tinggalnya dengan tepat.
"Dari mana kamu tahu?"
"Ahh bukan hal penting untuk di tanyakan, cepat naik"Andra berucap santai tanpa tahu gadis cantik di depannya kini merasa begitu dilema.
Andai aku menolak pulang dengan dia, pasti akan membutuhkan waktu lama jika menunggu taxi,sedangkan jika ikut dengannya, apa iya pria di hadapannya itu dapat di percaya, batin Zara kini gundah gulana.
Andra diam melirik Zara dari sudut matanya.
"Kalau tidak percaya kamu kirim pesan ke teman satu apartemenmu dan catat nomor plat motor ini"Andra berucap bijak.
Zara memandang tajam pria di depannya.
"Kenapa, kau tidak membawa ponselmu?"tanya Andra saat Zara tak mengeluarkan ponselnya.
"Aku off kan"jawab Zara dengan wajah menunduk.
Terpaksa Zara me non aktifkan ponselnya, karena Revan pasti akan terus menghubunginya.
Andra menghela nafas panjang.
"Sekarang kamu pilih tetap di sini menunggu taxi yang entah kapan datang, atau ikut aku dan ku antar ke apartemen mu"Andra memberi pilihan yang akhirnya di sambut anggukan kepala oleh Zara.
"Hmm dari tadi kek, nggak perlu pake drama segala"ucap Andra memutar pandangannya.
Lagak sok jual mahal, padahal mantannya udah nggak ke hitung, gumam Andra dalam hati.
Zara memeluk pinggang Andra erat saat motornya mulai melaju membelah kota.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di apartemen x.
"Naiklah, besok aku jemput"ucap Andra setelah menurunkan Zara.
"Jemput, kemana?"tanya Zara bingung.
"Ya kencan lah, ingat ya mulai saat ini kita adalah sepasang kekasih"Andra berucap dengan nada sedikit mengancam.
Zara menautkan kedua alisnya.
"Sejak kapan kita pacaran?"
"Ish ish ish masih muda ternyata kau sudah pikun nona, ingat aku menolongmu bukan tanpa pamrih, di dunia saat ini tak ada yang gratis nona, aku telah menolongmu dari kekasihmu itu dan sekarang aku ingin bayaran darimu dengan cara kau pura-pura menjadi kekasihku"ucapan Andra tampak tenang tanpa beban.
Zara terdiam, jika Revan mengetahui saat ini ia telah memiliki pria lain, tentu ia tak akan lagi mengejarnya.
Tak ada rugi bagi nya, toh drama yang ia perankan tak akan lama, pikir Zara.
"Baiklah aku terima skenario ini".
Andra tersenyum puas, kini ia bisa bernafas dengan lega karena sang mommy tak akan lagi memaksanya untuk melakukan kencan buta dengan para gadis pilihan mommy yang menurutnya pilihannya adalah yang terbaik.
"Andra tunggu, berapa nomor ponselmu"tanya Zara ragu, karena bukan sifatnya untuk meminta nomor pada seorang pria lebih dahulu.
Itu Zara lakukan seandainya suatu saat ia membutuhkan kehadiran Andra saat ada Revan yang ingin kembali mendekatinya.
Andra menyerahkan ponselnya pada Zara, lalu seper sekian detik Zara mengembalikan setelah memasukan nomornya di ponsel berlogo buah apel gompal itu.
"Naiklah, aku pun akan pulang"perintah Andra lembut.
Zara pun mengangguk ringan lalu melangkah menuju lift.
Andra memandang punggung Zara hingga menghilang di balik panel lift yang mulai tertutup.
Drrtt drrtt.
"Woyy, lu di mana kampret tamkot udah mau tutup nih"umpatan Juned membuyarkan lamuanan Andra.
"Iya iya, gue otw nih".
Andra lalu melajukan motornya dengan cepat menuju Tamkot yang kini terlihat sepi.
Andra mencari sosok Juned di setiap sudut taman, namun nihil.
Drrt drrt.
"Lu dimana, gue udah di depan gerbang nih?"tanya Andra setelah Juned mengangkat ponselnya.
"Lu liat warung kopi di sebrang"Andra mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju ke sebrang jalan di mana Juned tengah melambaikan kepalan tangan padanya.
"Kampret lu, tega lu ye ninggalin gue, setelah gue tolong lu dari nyokap lu, malah tega-tega nya lu ninggalin gue"Juned mengumpat panjang pendek karena dongkol.
"Sorry bro,"Andra berucap dengan wajah polos penuh sesal.
"Lu bayarin tuh"Juned melangkah ke motornya di ikuti Andra setelah membayar kopi dan makanan ringan yang Juned habiskan selama menunggunya.
Sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal Juned memandang Andra kesal.
"Sekarang lu mau ke mana, gue dah ngantuk nih"tanya Juned yang merasa kedua matanya sudah sepat.
"Ehm ke mansion ku gimana?"Andra balik tanya karena merasa tak enak hati jika masih menyuruh Juned untuk mengantarnya pulang.
"Shhh ogah gue ntar mommy lu ngomel-ngomel gara-gara telat nganter putri kesayangannya pulang"jawab Juned masih kesal.
"Kalau gitu kita ke aparteemen Diego aja, paling dekat dari sini"kali ini usul Andra dapat di terima Juned.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments