Jaga kesehatan kalian, happy reading, jangan lupa hadiah dan vote nya😘😘😘
💦💦💦💦💦💦
Dewi membaringkan tubuh Zara di atas ranjang, di ambilnya obat penghilang rasa pusing di laci meja rias Zara lalu meminumkannya ke mulut Zara.
"Lu kenapa sih Ra?"Dewi bergumam lirih sambil mengusap punggung tangan sahabat karibnya itu.
Berangkat dalam keadaan sehat tapi kenapa pulang dengan keadaan tubuh lemas seperti tak bertenaga, Dewi membatin penuh tanya.
Jangan-jangan ini perbuatan si bajul lonjat itu, batin Dewi geram, yang di kamsud adalah Irfan.
Terlihat nafas Zara kini mulai teratur, menandakan ia mulai terlelap.
Dewi menghela nafas panjang, jam dinding menunjukan hampir tengah malam.
Matanya terasa sepat namun ia tak tega meninggalkan Zara tidur sendiri di kamar.
Dewi pun mengambil kasur busa yang biasa di sediakan jika ada saudara yang menginap lalu menggelarnya di lantai di dekat ranjang Zara.
Subuh menjelang saat alarm Zara berbunyi nyaring.
Matanya membuka perlahan, matanya beberapa kali berkedip,pening di kepalanya sudah banyak berkurang.
Zara memiringkan tubuhnya berniat bangun dari ranjang.
Pandangannya sontak terpaku pada tubuh Dewi yang terbaring membentuk setengah lingkaran bagai udang masih terlelap.
Tak ingin membangunkan temannya, Zara berjalan ke luar kamar.
Di ambilnya gelas di atas meja dan menuangkan air bening lalu meminumnya.
"Hoaaammm, kau sudah bangun Ra?"Dewi dengan muka bantal keluar dari kamar Zara.
"Ehmm, maaf sudah membuatmu repot Wi"ucap Zara dengan nada penuh sesal.
"Ish kau ini, apa arti persahabatan kita selama ini, jika kau masih merasa sungkan padaku, ingat Ra, kita ini sahabat bukan baru se bulan atau dua bulan, kita bahkan lebih dari sepuluh tahun selalu bersama dalam suka dan duka"ucap Dewi sedikit kesal.
"Ada apa sebenarnya Ra, apa yang terjadi"tanya Dewi penasaran lalu duduk di kursi sebelah Zara.
Zara pun menceritakan kejadian saat di restoran sampai ia merasa tubuhnya berubah aneh saat rasa panas menjalar di tubuhnya.
Ia pun hanya dapat mengingat dengan samar bayangan yang menghentikan mobil Irfan, namun selanjutnya ia tak mengingat apapun.
"Jadi besar kemungkinan itu adalah ulah dari si bajul loncat Irfan, dan kak Andra yang telah menolongmu"dugaan Dewi yang ia karang sendiri.
"Entahlah, akupun tak tahu dengan jelas, aku belum menanyakan pada kak Andra"jawab Zara.
"Ya sudah sana lu mandi dulu habis sholat subuh kita ke pasar, gue mau bikin soto, ada bahan yang kurang"ujar Dewi sambil berlalu ke kamarnya.
Karena rasa pening belum sepenuhnya hilang, Zara tak dapat ikut bersama Dewi ke pasar dan Dewi memaklumi itu.
"Wi tolong ambilin dompetku di atas nakas"ucap Zara.
"Lha katanya lu nggak bisa ikut"Dewi mengira Zara akan ikut karena Zara menyuruhnya mengambil dompet.
"Bukan, gue mau ambil duit buat lu belanja"jawab Zara lirih, tubuhnya masih terasa lemas.
"Duit belanja bulanan masih ada Ra, yang kemarin belum habis".
Memang mereka selalu memisahkan uang untuk keperluan sehari-hari untuk satu bulan, dan di usahakan tidak melebihi apa yang telah mereka rincikan, dan Dewi lah yang mengurus keuangan bagian logistik.
"Ehhm ya udah"ucap Zara.
"Lu mau nitip apa Ra"tanya Dewi.
"Ehmm bubur ayam aja".
"Asiiaapp".
Sementara di tempat lain, andra tampak sudah rapih dengan celana jeans panjang dan kaos oblong putih polos.
Setelah mendengar tausiah gratis dari Juned kini Andra baru berfikir, apakah memang saat ini di hatinya sudah ada gadis itu.
Setelah sekian banyak gadis yang mencoba mendekatinya namun Andra sama sekali tak menanggapi karena hatinya memang masih belum melupakan Shanum.
Namun tak dap.at di pungkiri, sakit dan sesak rasa dada nya, saat melihat Zara terluka, entah kenapa kini hatinya ingin selalu berada di dekatnya dan melindunginya.
Apa karena aku sudah pernah menikmatinya, batin Andra lirih.
"Haisssttt".
Andra merutuki pikiran kotor yang kini ada di kepalanya.
Dan saat ini pun Andra tak dapat mengendalikan akal pikirannya, hatinya begitu ingin bertemu dengan Zara, gadis yang menjadi pacar settingannya dan gadis yang sempat ia nikmati tubuhnya meski atas nama terpaksa.
Di sebuah parkiran gedung tinggi, Andra memarkirkan sedan hitamnya.
Dengan tenang meski sedikit ragu, Andra melangkah memasuki lobi apartemen.
"Kak Andra.."satu suara memanggil di belakang Andra.
Dewi berlari dengan nafas ter engah.
"Kakak mau nengok Zara?"tanya Dewi percaya diri.
"Hu umm"Andra mengangguk ringan.
"Kalau begitu ayo kita bareng"Dewi melangkah dengan satu tas belanjaan berukuran besar di jinjingnya dengan tangan kanan.
"Sini aku yang bawa"Andra tak enak hati jika membiarkan seorang gadis membawa barang berat sedangkan dirinya hanya tangan kosong.
"Ehhm jangan kak, ini isinya sayur mayur ada ayam sama ikan juga, takut tangan kak Andra nanti bau"Dewi menolak halus.
"Aahh nggak apa-apa, ntar di cuci tanganya"Andra menarik tas di tangan Dewi lalu membawanya, Dewi terpaksa menyerahkan jinjingannya lalu berjalan di sebelah Andra.
Duh pacar orang baik banget, udah ganteng, baik hati lagi, apa dia juga rajin menabung yak ?Batin Dewi dengan mata sekilas melirik ke Andra.
Teeeettt.
Zara membuka pintu, dan tatapannya langsung beradu dengan Andra yang kini tengah berdiri di depan pintu dengan jinjingan tas besar di tangannya.
Andra diam mematung, memorinya kembali teringat ketika Zara merintih dengan ******* lembut menikmati setiap sentuhannya, masih begitu jelas ia rasakan kelembutan dua benda kenyal itu.
"Ehm hmm"Dewi berdehem ringan.
Andra seakan baru tersadar dari mimpi indah yang membuat rona wajahnya kini berwarna merah muda.
"Kak, apa kau akan tetap di depan pintu?"tanya Dewi yang merasa kesal karena Andra yang masih tetap diam di tempatnya bahkan setelah pintu terbuka beberapa saat yang lalu.
"O ehhm maaf"Andra berucap gugup lalu segera melangkah masuk ke dalam.
Dewi mengambil bungkusan di tas jinjingannya yang berisi bubur ayam.
"Nih Ra, dari bang Ujo, special katanya buat elu dan gratizz"ucap Dewi lantang, kesal rasanya saat dia beli dua porsi, tapi hanya di suruh membayar satu porsi karena untuk Zara di kasih gratis sama tukang bubur ayam langganannya itu.
"Ohh hmm bilang makasih nggak?"tanya Zara dengan senyum senang.
"Iya lah, dan satu lagi, katanya makan yang banyak biar cepet sembuh"sambung Dewi.
Andra hanya melihat interaksi keduanya dengan hati yang panas.
Entah kenapa hatinya merasa sesak saat ada lelaki lain memberi perhatian pada Zara, namun Andra tak berani untuk menanyakan secara langsung.
"Kak Andra mau bubur ayam?"tanya Dewi, meski hanya ada dua porsi tapi tak enak rasanya jika ia makan tak menawari tamu nya.
"Ehm trima kasih, aku sudah sarapan tadi"tolak Andra halus.
"Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan makan buburnya sebelum menjadi dingin"ucap Zara.
"Oke, santai aja nggak perlu buru-buru"Andra menjawab santai.
Mlihat dari rona wajah Zara, hati Andra sedikit lega karena gadis itu sudah tampak membaik.
Andra berkali-kali mencuri pandang ke arah ruang makan, di mana Zara dan Dewi tengah menghabiskan bubur mereka.
Kenapa ada mahluk yang begitu menggemaskan .
Gumam Andra namun hanya di hatinya terucap.
Gerakan mulut Zara yang mungil sedang mengunyah bubur membuat kedua pipinya mengembung dan bergerak- gerak bagai kelinci yang sedang makan rumput.
Andra tak sadar menarik garis sudut bibirnya, membentuk senyum gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments