Bab 13

Akhirnya, Yasmin merelakan kelas paginya hanya untuk mengomeli Rain. Bahkan orang yang ada diruang seni berlalu pergi dengan rasa kesal akibat Yasmin mengusir mereka.

"Kenapa ngusir yang lain sih? biarin mereka disini, biar rame" Yasmin menatap tajam Rain. Lalu mengobati luka Rain, bukannya meringis kesakitan, cowo itu malah cengengesan. "Ga usah nyengir, jelek tau"

"Asal kamu tau, jangankan ngusir mereka dari ruang ini, ngusir mereka dari bumi kalo kamu yang minta, pasti aku usir"

"Apaan sih, ga jelas." Yasmin salah tingkah.

"Apa yang enggak buat, Yasminku tersayang"

"Raiiin, udah mending kamu mingkem"

"Emm" Rain mingkem. Tapi gaya mingkemnya sengaja dibuat buat malah terlihat lucu. Apalagi 2 mata bulatnya yang kedip kedip terlihat imut membuat Yasmin tergelak.

"Kenapa ketawa? katanya disuruh mingkem?"

Saking lucunya muka Rain, Yasmin sampai duduk dilantai, tertawa terbahak bahak. "Ya ngga gitu juga mingkemnya"

Dimata Rain, Yasmin sangatlah cantik.Tapi baginya, akan lebih cantik jika sedang tertawa seperti ini.

Rain berharap, dia bisa hidup lebih lama bersama Yasmin dan menikmati waktu indah berdua. Rain berharap, ia akan selamanya menjadi satu satunya orang yang membuat Yasmin merasa bahagia setiap saat. Sebab bagi Rain, Yasmin bagaikan pelangi yang indah yang muncul setelah hujan.

Tak ada orang yang tau akan takdir. Rain selalu berharap, Allah mengizinkan mereka bersatu untuk menghabiskan masa tua bersama Yasmin. Meski sangat kecil kemungkinannya mereka akan bisa bersama, karena cinta yang berbeda agama.

Tetapi jika Yasmin ternyata bukan takdirnya, ia berdoa dengan ikhlas agar Yasmin dipertemukan dengan laki-laki yang lebih baik darinya, yang mampu membahagiakannya, mencintainya dengan tulus, dan menjaganya dengan baik.

"Kamu ga ada gunanya tau kalo bolos kelas cuma mau ngetawain aku"

"Ya abisnya, kamu ngelawak terus"

Rain melongo, "hah? maksud kamu, mukaku lawak gitu?"

Yasmin sudah hendak mengobati luka Rain, tapi melihat kembali ekspresi wajah Kocak Rain membuatnya kembali tertawa terbahak bahak.

"Ihh heran deh. Daritadi ketawa mulu, awas ngompol lu"

Bukannya berhenti, tawa Yasmin malah semakin menjadi.

"Yasmiiiiin, cepetan deh. sakit nih!"

"YA MAKANYA KAMU DIEM, JANGAN NGELAWAK MULU!"

"LAH KOK NGAMOK"

Yasmin kembali tertawa lagi. Begitu recehnya manusia satu ini, hal kecil begitu saja mampu membuatnya lepas tertawa.

Hanya bersama Rain, Yasmin bisa tertawa lepas seperti ini. Sejak menjalin hubungan dengan Rain, Yasmin mulai mengerti. Dia tak butuh Devano yang membelikannya barang barang mewah dan dia tak butuh Devano yang memberinya makan di tempat mewah. Yasmin hanya butuh Rain yang apa adanya, yang mampu membuatnya bahagia disetiap saat, Rain yang selalu mampu membuatnya berdebar sebar hanya dengan cara sederhana.

Yasmin pun mulai menempelkan kapas yang dibaluti dengan alkohol pada luka disudut bibir Rain. Gadis itu merasakan telapak tangan Rain yang menyentuh pipinya, Yasmin tersenyum tipis, kali ini ia benar-benar jatuh cinta dengan Rain.

"Dih, ngapain senyum senyum"

"Seneng tau"

"Lahh, aku bonyok gini kamu seneng?"

Yasmin mengangguk, "aku seneng kamu peduli sama aku, ya... meskipun yang kamu lakuin itu salah"

"Yasmin...." Rain menggenggam tangan kekasihnya. "Semua cowok juga bakal marah kalau ceweknya digangguin, bahkan bang Hendra juga bakalan ngabisin anak orang kalau sampe si cewenya digangguin"

Yasmin langsung menggeleng, "ngga semua Rain, ngga semua laki laki mau peduli kayak kamu. Kamu tau sendiri kan si bodoh itu, dulu dia ngga peduli sama sekali ke aku"

Rain menghela napas, "ya udah, kalau ngga ada yang mau sayang sama kamu. Biar aku aja yang jadi satu satunya yang sayang sama kamu" Yasmin tergelak.

"Ren?"

"Ya?"

"Kamu pasti jadi bahan omongan anak anak kampus deh"

"Udah biarin, ngga usah dengerin omongan orang, ga penting. Mereka ga tau kehidupan kita gimana"

"Ya mungkin yang lain ga penting, tapi kak Hendra gimana?"

"Emang kenapa?"

Wajah Yasmin berubah murung."Dia pasti bakalan marahin kamu"

"Enggak santai aja"

"Yakin?"

Rain mengangguk. Kemudian cowok itu bangkit dari duduknya. "Aku ada kelas, aku masuk dulu ya, abis itu kita makan seblak mau kan?" tawarnya dengan senyum manis.

Detik itu juga, Yasmin langsung mengangguk senang. Kenapa Yasmin sebahagia ini hanya karena seblak, bukan soal seblaknya tapi soal makan seblak bersama Rain, ditawarinya juga dengan senyum manis, yang jelas membuat Yasmin meleleh.

"Oh iya aku lupa, motor aku kan lagi dibengkel, ehmm....kita naik taksi aja gimana?"

Yasmin menggeleng, "kita jalan kaki aja"

Rain terbelalak, "kamu yakin? ntar kalo kamu capek, aku ga mau gendong loh"

"Ihhh yakin, aku kan anak kuat. Ga bakalan capek kok"

"Yaudah oke"

****

Setelah kelas Rain berakhir, Yasmin dan Rain berjalan menuju gerbang, seperti tujuan awal yang akan makan seblak bersama.

"Kamu kapan aku ajak main kerumah ya?"ajak Rain.

"Enggak!"

"loh kenapa? katanya mau kenalan sama si kembar"

“Iya sih.... tapi aku malu sama bunda kamu, sama kak Hellena juga”

"Ya ampun ngga papa, mereka asik kok. Pokoknya weekend ini kamu main kerumah aku"

Namun sepertinya ini adalah hari sial bagi Rain, karena senyumnya yang lebar seketika memudar saat dari kejauhan terlihat kakaknya menjemputnya dengan tatapan mengintimidasi. Mata sipitnya, langsung berhadapan dengannya, lalu tangannya digerakkan kedepan lehernya, Rain tau dia sedang dalam bahaya, bahkan dia tak tau sejak kapan kakak pertamanya itu pulang kerumah, setelah berbulan bulan lamanya tak pulang.

"Yasmin"

"Iya kenapa?

Rain menghentikan langkahnya begitu juga Yasmin.

"Kita puter balik"

"Kenapa?" tanya Yasmin bingung.

Rain jelas panik, cowok itu langsung memutar balik tubuh Yasmin kemudian menggenggam tangan cewek itu, dan berjalan kembali ke arah ruang seni.

"Kamu kenapa sih?"

"Jangan noleh, dibelakang ada banteng ngamuk"

Yasmin masih belum paham dengan maksud ucapan Rain. Tangan kanan Rain, menahan erat tangan Yasmin agar tidak menoleh, langkah mereka berjalan semakin cepat.

"Banteng apa? ya kali ada banteng dikampus sih? aneh banget kamu"

"Ada Reza Mahardika Anggara!"

Yasmin melongo.

"Hah?"

"RAIIIN!!"

Detik itu juga, Rain menghafalkan surat surat pendek yang ia ketahui berulang kali dalam hatinya, dia sangat ketar ketir. Suara berat Reza menggema dikoridor.

"RAIN WINATA ANGGARA!"

Benar benar dalam bahaya

"Ayo kita lari" ajak Rain.

"Hah?"

"Nanti kamu ikut habis dimakan sama kak Reza"

Yasmin tak bersuara, saat menoleh ke belakang, ia menemukan sosok Reza yang berlari semakin dekat dengan jarak mereka.

"Kak Reza udah deket" bisik Yasmin.

Rain tau kalau Yasmin tidak bohong.

DUAKH!

"RAIN!" pekik Yasmin.

Mengingatkan, bahwa hari ini adalah hari tersial Rain, disaat Rain mulai berlari sekencang kencangnya, tiba tiba seseorang membuka jendela kelas, sangat pas sekali hingga begitu saja membuat Rain tergeletak tak berdaya dilantai.

Pelaku pembuka jendela hanya bisa melongok dari atas dengan pandangan bersalah, beberapa orang disana langsung membantu Rain. Sementara Rain, merasa kepalanya seperti berputar putar, bahkan terakhir yang ia lihat hanya kepala kak Reza yang berputar putar dihadapannya dengan jumlah tak terhingga.

Rain sempat tertawa melihat kepala kak Reza yang berputar lucu, sebelum akhirnya pandangannya mulai gelap dan dia tak mendengar apa lagi selain denging panjang.

Rain pingsan ditempat.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!