Bab 15

Selepas maghrib, Hellena benar-benar menepati ucapannya tadi untuk berbicara dengan Rain, Lino, dan Abim. Abim, kakaknya yang satu ini, umurnya saja yang tua tapi tidak dengan pikirannya, pikirannya masih seperti anak kecil, sama sekali belum dewasa.

Malam itu, tidak ada suara televisi seperti biasa, keheningan melanda diruang tengah. Mereka bertiga duduk di depan Hellena tanpa protes, sedangkan Audrey yang baru saja pulang dari rapat OSIS, ia langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan melaksanakan sholat Maghrib. Untuk Lina, anak itu sedang mengerjakan tugas di dalam kamar, dan tidak ingin ikut campur urusan kakak kakaknya.

Sementara bunda dan kak Reza, setelah sholat Maghrib, mereka pergi ke mall atas ajakan Reza untuk menenangkan bunda dan mencari persiapan untuk melamar kekasihnya, biar Rain jadi urusan Hellena.

"Siapa yang udah kamu gebukin?"

"Devano, mantannya Yasmin" jawab Rain pelan.

Sementara Abim dan Lino hanya diam menyimak, Abim yang tak merasa melakukan kesalahan, dia hanya biasa saja menghadapi Hellena, toh perempuan didepannya itu adalah adiknya, dia tidak merasa takut jika adiknya yang memarahinya.

Berbeda dengan Lino yang ketar ketir sejak sore tadi, dia benar-benar takut jika ancaman Hellena itu akan dilakukannya sekarang, kalau uang sakunya akan dipotong selama setahun. Kalo begini, Lino tidak bisa mentraktir crushnya yaitu si Arina lagi, hancur sudah usaha pdktnya dengan sang pujaan hati.

"Alasannya?"

"Dia gangguin Yasmin, dia juga paksa Yasmin buat balikan"

"Terus... apa semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan? ini masalah kecil loh Rain" Rain geming. "Mengalah ga bikin kamu jadi pengecut!"

"Tapi, dia kasar sama Yasmin"

"Kamu kan bisa selamatin Yasmin ga usah pake kekerasan gitu, habis itu urusanmu harusnya udah kelar, ngga usah diperpanjang lagi. Kamu punya otak itu harus dipake mikir! bukan cuma jadi isi kepala aja, kekerasan itu bukan cuma bikin orang lain rugi, tapi kamu juga! bayangin aja kalo tiba tiba keluarga Devano nuntut kamu dipenjara gimana?"

"Nauzubillah" saut Abim dan Lino sambil menggeleng.

"Kalo aku diemin, dia pasti tambah ngelunjak, kak!"

"Nggak! pikir Rain.... Dia akan merasa tertantang kalo kamu ladenin terus terusan, dia makin tambah seneng, inget! pura pura goblok depan orang kayak gitu ngga bakalan bikin kamu beneran goblok! anggap aja dia orang gila yang lagi butuh temen, kalo kamu ngga mau jadi teman dari orang gila itu, ya udah gak usah diladenin, kalo kamu ngeladenin orang gila kaya gitu, sama aja kamu gila!"

Kali ini, Rain tidak ingin membantah kata kata kakak perempuannya itu lagi, sebab ia tak ingin kak Hellena semakin panjang menceramahinya. Rain merasa, yang dia lakukan memang salah dan kata kata kak Hellena memang benar, setelah tindakannya tadi, mungkin Devano akan menyusun strategi balas dendamnya.

"Kalian berdua juga dengerin! ini berlaku buat kalian berdua juga, terutama kamu bang! please lah jangan kecewain bunda lagi.... jangan ikut tawuran lagi... lebih baik kamu fokus sama kuliah kamu biar cepet lulus, dan pikirin masa depan kamu setelah lulus nanti"

Abim mengangguk malas, "ya" yang diucapkan adiknya itu memang ada benarnya. Abim tau, dunia kerja itu tidak mudah.Tidak seenak sekedar nongkrong diwarung kopi sambil nyebat.

"Apa kalian ngga kasihan sama bunda? sekarang bunda ngerawat kalian seorang diri tanpa ayah, kalian harus ngertiin bunda, untung aja asmanya bunda ga kambuh gara gara denger Rain berantem. Untung mas Reza bisa nenangin bunda, nyenengin bunda, harusnya kalian mencontoh mas Reza yang bisa nyenengin bunda, kalian liat mana pernah mas Reza bikin ulah? enggak kan? mas Reza anak yang berbakti, contoh teladan yang baik buat kalian!"

"Inget ya! jangan disalahgunakan kemampuan bela diri kalian cuma buat bonyokin anak orang gara gara kekesalan kalian"

Ketiganya hanya mengiyakan tanpa bersuara, Hellena memang dikenal paling galak dan bawel tapi sebenarnya dia tipikal yang sabar dan tak ingin meluapkan emosi yang berlebih.

Ternyata, dibalik pintu, Lina dan Audrey sedang menguping pembicaraan mereka dengan tawa yang mereka tahan sedari tadi. Apalagi melihat wajah Abim, selalu terlihat lucu melihat manusia menyebalkan itu tak berkutik jika Hellena, bunda dan kak Reza dalam mode serius.

“Skripsi kamu sampe mana bang?” tanya Hellena.

Abim menyengir, "sampe mampus!" kemudian berlalu meninggalkan saudaranya dengan berdecak sebal.

"Dia masih sama Marissa ga sih?" tanya Hellena setelah Abim menghilang, masuk ke kamar mandi.

"Masih kayaknya" jawab Rain. Cowok itu kemudian merebahkan badannya di atas sofa setelah Lino ikut menghilang dari pandangan mereka.

"Ihh padahal udah lewat 3 bulan ya? tumben awet"

"Mungkin dia udah tobat" saut Audrey yang muncul dari kamar Lina.

"What!! Abimanyu Mahendra Anggara tobat? Malah kedengaran aneh banget, itu sih mustahil drey kalo abang lo yang satu itu tobat" Rain tergelak sambil bangun dari tidurnya.

"Woi kalo saudaranya berada di jalan yang baik itu harusnya seneng, bukan dinyinyirin" saut Hellena kemudian bangkit dari duduknya. Rain geming dengan respon Hellena.

Setelah kepergian mereka, yang tersisa adalah Rain dan Audrey saja diruang tengah. "Dek"

"Hmmm?" saut Audrey sambil terus menatap layar ponselnya.

"Kamu ga belajar? jangan main hp terus"

"Ya elah bang, ini baru megang hp dikata megang hp terus? daritadi audrey disekolah ga megang hp"

Rain menghela napas, "yaudah deh, kamu jangan pacar pacaran dulu, ntar hidup kamu rumit kayak abang, terus kamu jangan deket deket cowok yang modelannya kayak bang Abim, buaya darat"

"Oke" Audrey mengangguk.

Suasana kembali sepi, meski Rain berdua dengan Audrey diruang tengah, namun Rain tetap merasa sendiri, Audrey asik dengan handphonenya tak hanya itu Audrey juga tipe anak yang pendiam dan jarang berbicara, dia hanya berbicara kalo ada hal penting saja.

Rain menatap lampu gantung dilangit langit ruang tengah dengan senyum tipis, meskipun perbuatannya itu membuatnya diomeli bunda dan kakak kakaknya, Rain tidak menyesal telah membuat Devano bonyok, tapi melihat Yasmin baik baik saja cukup membuatnya lega.

Rain tau, orang mungkin mengiranya bodoh, terlalu bodoh dalam mencintai Yasmin. Ada juga yang bilang, kalau Rain berhak menemukan wanita yang jauh lebih baik dari Yasmin, tapi bagi Rain, yang lebih baik itu tak pernah ada, kamu hanya perlu membuat dia yang biasa saja menjadi lebih baik.

Manusia itu serakah jika mencari yang lebih lantas bagaimana untuk yang biasa saja? apa mereka tidak berhak dicintai?, harusnya mereka berterima kasih atas apa yang ada daripada menginginkan yang lebih.

Rain tak butuh yang lebih, baginya Yasmin sudah cukup. Bahkan Rain juga tak meminta cewek itu mencintainya kembali, ia membiarkan perasaannya pada cewek itu meresap dengan perlahan, membuat cewek itu mencintainya tanpa paksaan.

Pada akhirnya, penantiannya sekian lama telah terbayar, ia melihat dirinya sendiri dalam binar mata Yasmin, ia tak lagi menemukan dirinya yang jatuh cinta sendirian, kini Yasmin mulai tertarik dan menyayangi, menerima Rain apa adanya.

"Ihh ngeri, apa ini efek samping diceramahi kak oo ya?" gumam Audrey bergidik geli melihat kakaknya yang senyum senyum sendiri menatap langit langit ruangan.

Audrey yang penasaran dengan apa yang Rain lihat, ia ikut melihat keatas, sayangnya ia tak menemukan apa apa, tak ada yang menarik dari lampu gantung yang menempel dilangit langit ruang tengah itu.

"Kehabisan obat deh kayaknya" Audrey meringis menatap Rain yang miris. Kemudian ia pun pergi meninggalkan Rain sendiri dengan haluannya.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!