Tendangan yang dilayangkan Rain dipunggungnya terasa amatlah sakit, Devano curiga ada salah satu tulangnya yang mengalami keretakan, kalau itu benar terjadi, ia bersumpah akan memasukkan Rain ke dalam penjara hingga membusuk.
"Lawan gue kalo lo berani!"
Tak butuh waktu lama, Devano beranjak dari duduknya, keduanya sama-sama melayangkan tatapan kebencian.
"Kalo lo kalah, Yasmin buat gue. Gimana?"
Yasmin tak habis pikir dengan ucapan Devano yang menjadikan dirinya taruhan, namun Rain tak menjawab dia hanya menggertakan giginya marah, cowo itu berusaha melepaskan tangan Yasmin yang melekat erat dilengannya.
"Rain please. Kamu ga usah ladenin dia, dia udah gila Rain.. kita pergi dari sini" tekan Yasmin.
Tapi Rain masih enggan bersuara, hatinya begitu sakit saat Devano membuat Yasmin menjadi taruhan seperti suatu barang yang murah saja. Padahal, Rain sangat menjaga Yasmin layaknya sebuah berlian berharga, bisa bisanya si brengsek Devano memandang rendah Yasmin.
"Rain.... please"
Namun sia sia, kemarahan Rain benar-benar membuat Yasmin takut, karena itu mendorong Yasmin ke belakang, meski niatnya tak ingin menyakiti Yasmin, tapi refleks itu ia lakukan untuk melindungi kekasihnya dari tinjuan Devano yang hampir mengenai Yasmin.
Hingga akhirnya perkelahian diantara keduanya pun dimulai, beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang hendak memasuki gerbang serempak berhenti dan bertanya tanya apa yang sedang terjadi.
"Woi!!! udah, malu maluin aja, ini kampus bukan buat berantem!!" teriak Jerome. Jerome dan Felix mencoba melerai mereka berdua namun rasanya begitu kewalahan.
Bahkan Felix terkena pukulan Devano di bagian dagunya, dan yang paling menyebalkan lagi, Falix terpelanting saat tubuhnya yang kecil didorong ke samping oleh Rain.
Sontak Jerome pun langsung membantu Felix berdiri walaupun rasanya ingin sekali tertawa, tapi ini bukan waktu yang pas untuk tertawa. Ketidakadaannya mereka berdua, memudahkan Rain untuk menumbangkan Devano.
"B*ngs*t!!"setelah berhasil menumbangkan Devano, Rain memukuli habis habisan wajah Devano.
"Rain udah!" teriak Yasmin.
Meskipun Yasmin berkali-kali berteriak untuk menghentikan pertengkaran, tetapi Rain tak memperdulikannya. Malahan, Rain semakin menggebu gebu untuk menghabisi Devano saat ini juga. Kalau sampai Rain benar-benar melancarkan niatnya untuk menghabisi Devano sekarang, Yasmin yakin kalau Devano bisa saja mati hari ini juga di tangan Rain.
"RAIIN!!!" teriaknya lagi. Namun Rain tak menghiraukannya seperti sebelumnya.
"Lo seenaknya nyakitin Yasmin, hah!!!! anj*ng b*ngs*t!"
"RAIN!!!"
Dari suara teriakan itu, Devano berhasil terselamatkan, bukan lagi suara Yasmin melainkan suara Abim yang datang bersama teman temannya, karena ada kelas dadakan. Abim langsung menyeret Rain menjauh dari Devano.
Wajah Rain lebam, bahkan disudut bibirnya juga sobek bercucuran darah, tapi yang terjadi pada Devano jelas lebih parah dari Rain.
"Apaan sih kalian berdua!! udah gede tapi pikirannya masih kayak bocah! ngga malu apa diliatin orang orang? ini kampus bukan lapangan!" bentak Abim terlihat begitu tegas. Lalu, dengan seenaknya Abim menampar pipi Rain, meski tak terlalu keras setidaknya untuk membuat Rain sadar akan perbuatannya yang salah.
"Kalian itu kesetanan! mikir! ini kampus, buat belajar bukan buat adu otot!"
"Bacot!" saut Devano dengan senyum nyengir nya, "Lo bilangin adek lo tu, dia bakal nyesel udah buat masalah sama gue!"
Sontak Abim pun langsung menampar pipi Devano karena kurangnya kesopanan dalam berbicara pada yang lebih tua."Nol attitude, gue itu kakak tingkat lo! yang sopan kalo ngomong"
Sebenarnya Rain masih belum lega menghabisi Devano, dia sudah mengambil ancang ancang untuk kembali memukuli Devano lagi, tapi Yasmin lebih dulu memeluk punggung Rain untuk menenangkannya, dan Devano pun berlalu begitu saja.
“Rain…” tangisnya pecah dipunggung Rain.
Abim melotot ke arah Rain saat Rain hendak pergi, "elo ngapain sih ngeladenin orang kayak dia, ga penting tau, malu maluin aja"
Rain hanya melengos pergi mendengar ocehan Abim yang mulai panjang, lalu dengan kesal Abim pun ikut berlalu bersama teman temannya. Beberapa orang yang bergerombol pun perlahan lahan bubar termasuk Felix yang meringis kesakitan akibat tonjokan Devano, seharusnya Felix ikut menonjok si Devano biar impas.
"Gue duluan yas, Rain" pamit Jerome dan Felix, berjalan sedikit diseret, karena kaki Felix terkilir akibat dorongan dari Rain tadi.
"Lix!" panggil Rain, Felix dan Jerome pun menoleh. "Maaf, gue kebawa emosi tadi"
Felix hanya mengangguk sebagai tanda bahwa semuanya baik-baik saja, meski sebenarnya rasanya sangat sakit. Sampai akhirnya Felix dan Jerome meninggalkan Rain dan Yasmin berdua.
Selama mungkin, Rain membiarkan Yasmin menangis sepuasnya di balik punggungnya, dia ingin menjaga Yasmin dan tak membiarkan orang lain menyakitinya, tapi malah dirinya sendiri yang membuat Yasmin menangis ketakutan.
"Rain, jangan kayak gini lagi" suaranya bergetar. Pikirannya kacau.
Perlahan lahan, Rain membuka erat kuncian lengan Yasmin dipinggangnya kemudian menatap wajah sembab Yasmin.
"Mana yang sakit?" tanya Rain, tapi Yasmin malah diam. Yasmin menunduk tak berani menatap wajah Rain, Rain menghela napas."Yas, liat aku. Bagian mana yang udah dia sakiti?"
Tanpa bersuara, Yasmin memberitahu luka yang telah dibuat oleh Devano. Bekas cengekraman kuku yang membuat kulitnya memerah lebam dibagian lengannya, membuat Rain lagi menggertakan rahangnya.
Sakit yang dia rasakan dilengannya, dia merasakan tangan lembut Rain yang mengusap dan meniup lengannya dengan sangat lembut.
"Beraninya dia nyakitin kamu kaya gini"
Rain terlihat begitu tulus mencintai Yasmin, inilah kenapa dia tak seharusnya mempermainkan Rain dalam urusan perasaan, dia telah melakukan banyak hal untuknya dengan tulus, dan kalau sampai Yasmin menyakiti laki laki sebaik Rain, maka jelas Yasmin lah yang lebih buruk dari Devano.
"Aku takut.... aku ga mau liat kamu kayak gitu lagi"
Rain tersenyum tenang, "iya, aku janji. Ini yang terakhir"
"Rain.."
"Eum?"
Lagi dan lagi, Yasmin menangis dipelukan Rain, rasanya begitu nyaman berada dipelukan cowo itu, hangatnya tubuh Rain seolah membuatnya merasa sangat terlindungi sepenuh hati.
"Aku sayang sama kamu" bisik Yasmin.
Rain tersenyum.
"Jangan pergi"
"Yasmin"
"Aku mau kamu disini"
Rain tertawa, lantas membalas pelukan Yasmin lebih erat, "emangnya aku mau kemana sih? kan aku bakal tetep dihati kamu selamanya"
Yasmin tertawa kecil, dia mendongak. Baru detik ini dia berani mendongak, menatap wajah Rain di saat Rain sudah merasa tenang karena kemarahannya.
Yasmin begitu terkejut, "RAIIIN! MUKAMU JADI JELEK, BONYOK GITU. IHHH DEV JAHAT BANGET SIH"
Lagi lagi Rain tergelak dengan tingkah lucu pacarnya itu, ia tak habis pikir mengapa Devano tega menyakiti makhluk selucu Yasmin.
~•~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments