Bab 3

"Yas, mau kemana?" tanya Rain saat Yasmin menggenggam tangannya erat, dan mengajaknya entah kemana.

Yasmin menemukan bangku kosong, ia pun mengelap tempat yang akan ia duduki bersama kekasihnya itu menggunakan sapu tangan yang selalu ia bawa "Duduk sini" cewek itu menepuk tempat kosong disebelahnya, Rain pun duduk disebelah Yasmin.

"Aku bawain sesuatu buat kamu" ucapnya.

"Apaan tuh?" Rain mengernyit, sembari memperhatikan kekasihnya yang membuka totebag nya hendak mengambil sesuatu.

"Tadaaa!! aku bawain sandwich buat kamu, sengaja aku bawa agak banyak biar kamu kenyang hehe" senyum terpampang jelas diwajah Yasmin.

Rain yang mendengar kekasihnya membawakan sebuah sandwich daging sapi, ia hanya dapat menelan ludah dan menampilkan senyum kepura puraannya, sudah berulang kali Rain mengingatkan pada pacarnya itu kalau dirinya memang tidak bisa memakan makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani, namun tetap saja Yasmin membawakannya.

Entah mengapa Yasmin tidak bisa mengingat semua tentang Rain, ia selalu lupa walaupun Rain sudah berulang kali mengatakannya.

'Yas, kan aku ga bisa makan daging' batin Rain, namun ia tidak bisa menolak pemberian Yasmin, ia tidak ingin Yasmin kecewa dan menghilangkan senyum yang sudah lama tak muncul dari bibir kekasihnya itu.

"Aku suapin ya" ucapnya, Rain mengangguk kemudian membuka mulutnya lebar lebar.

Dan 'hap' sandwich berisi potongan daging sapi dan sayur sayuran itu telah mendarat didalam mulut Rain, ia ragu untuk menelannya yang nantinya akan berdampak buruk bagi kesehatannya, namun mau bagaimana lagi, ia juga tak ingin membuat kekasihnya kecewa. Terpaksa, Rain menelan 1 potong sandwich itu.

"Minum?" tawar Yasmin sembari menyodorkan botolnya yang berisi susu sapi. Lagi lagi mengandung unsur hewani, Rain tak bisa meminumnya.

"Enggak deh sayang, aku minum air putih aja" tolak Rain, langsung mengambil botol minumnya dari dalam tas, kemudian menegaknya sampai habis.

Yasmin mengotak atik ponselnya, "Rain, dia cantik ga?" tanyanya sembari tersenyum menatap manik mata kekasihnya itu.

"Cantik sih, tapi masih jauh cantikan kamu" jawab Rain terus mengamati foto cewek diponsel kekasihnya.

"Iya lah masih jauh cantikan aku, hehe" Yasmin tertawa girang.

"Emang dia siapa?"

"Pacar barunya Devan" jawab Yasmin.

"Katanya sama Angel?"

"Ga tau, ganti lagi mungkin" cewek itu mengendikkan bahunya.

Rain tersenyum getir menatap kekasihnya yang senyum senyum sendiri bermain handphone nya, lagi lagi Yasmin masih menstalking mantan kekasihnya itu, bahkan dia masih menyimpan chattingannya dengan sang mantan, ia beri pin sehingga chat tersebut berada di paling atas, Rain mengetahuinya saat Yasmin ke toilet dan lupa mematikan ponselnya.

Namun itu sudah biasa, meski tau kekasihnya masih belum bisa melupakan masa lalunya, namun mengapa Rain bisa sekuat itu mempertahankan hubungannya yang hanya ada perjuangan dalam sepihak, hanya Rain saja yang berjuang sedangkan Yasmin hanya menoleh sesaat tanpa ikut berjuang bersama.

"Yas, aku ke toilet dulu ya" pamit Rain, disaat keheningan melanda.

Yasmin hanya mengangguk. Rain berlari menuju toilet, ia mengetuk semua pintu toilet, kemudian masuk kedalam toilet yang kosong. Rain memuntahkan semua isi perutnya, termasuk sandwich buatan Yasmin.

Perutnya terasa seperti diremas remas, badannya mulai lemas, efek dari memakan daging tersebut. Setelah dirasa cukup, Rain pun keluar dan mencuci tangannya diwastafel sembari berkaca, 'mungkin dia lupa' batinnya, wajahnya terlihat begitu pucat.

Lagi lagi, Rain tak ingin menyalahkan Yasmin, begitu cintanya Rain pada Yasmin sehingga ia rela memakan makanan yang akan menjadi penyebab celaka baginya. Rain kembali menghampiri kekasihnya yang duduk sendiri sambil memainkan ponselnya.

"Yas, udah sore. Yuk aku anterin pulang, takut dicariin mama kamu" ucap Rain sembari mengulurkan tangannya membantu kekasihnya untuk berdiri.

"Yuk!" Yasmin pun menggandeng erat tangan Rain, berjalan menuju ke parkiran kampus. Namun gerimis mulai datang lagi, membuat keduanya harus berlari.

"Yas, maafin aku ya" Rain menggenggam tangan Yasmin.

"Maaf, buat apa?" Yasmin mengernyit.

"Aku ga bisa kasih kamu barang barang mahal, aku selalu kemana mana sama kamu cuma pake motor, panas kepanasan, hujan kehujanan.." Rain tertunduk.

"Rain... gapapa kok, walaupun cuma naik motor, aku udah bahagia.." jawab Yasmin, lalu memeluk Rain begitu erat. Rain tersenyum tipis kemudian mengecup kening Yasmin.

Entah ucapan Yasmin hanya sebuah pemanis bibir atau memang kata kata itu benar dari lubuk hatinya.

"Rain... badan kamu kok panas banget? wajah kamu juga pucet, kamu sakit?" tanya Yasmin, cewek itu terlihat benar benar khawatir, ia menyentuh kening cowoknya yang begitu panas.

"Enggak kok, nih pake" Rain memberikan jaketnya supaya Yasmin memakainya agar tak kedinginan saat dijalan.

Walaupun disaat seperti ini pun Rain tetap peduli pada Yasmin, seharusnya dirinya lah yang memakai jaket namun ia malah memberikan jaket itu untuk dipakai Yasmin.

"Enggak, harusnya kamu yang pake" tolak Yasmin.

"Yas, pake aja... aku gapapa kok, nanti kamu kedinginan kalo ga pake jaket, aku ga mau kamu sakit" paksa Rain.

"Tapi kalo kamu sakit gimana? aku juga ga mau kamu sakit! nanti kalo aku disantet kak Hendra gimana?"

"Seburuk buruknya kak Hendra, dia masih taat agama Yas" jawab Rain dengan tertawa kecil.

"Tapi-"

"Udah Yas, pake aja. Ayo buruan, takut tambah deras.." Rain memasangkan helm yang selalu ia bawa untuk Yasmin.

"Siap?" tanya Rain memastikan kekasihnya sudah naik keatas motor.

"Let's go!!!" seru Yasmin sembari menaikkan kedua tangannya keatas, keduanya pun tertawa bersama sembari menikmati gerimis dijalanan.

****

Sepulang dari rumah Yasmin, Rain langsung merebahkan badannya diatas ranjang tanpa berganti baju lebih dulu, ditutupinya lah seluruh badannya menggunakan selimut.

Hellena yang baru saja pulang kerja, ia sedikit merasa aneh dengan tingkah adiknya yang tiba tiba langsung masuk kedalam rumah tanpa salam. Ia pun masuk kedalam kamar Rain, dan terkejut saat melihat adiknya itu meringkuk dibawah selimut.

"Kamu kenapa?" Hellena mendekat kemudian menyentuh dahi Rain, suhu badannya begitu panas.

"Kamu habis makan apa?" sinis Hellena dengan tatapan mengintimidasi.

"Ga makan apa apa" jawab Rain dengan wajah yang begitu pucat dan tubuh yang panas mengginggil, namun masih sempat sempatnya Hellena menginterogasinya.

"Kalo kamu ga makan apa apa, ga mungkin bisa gini, jujur!" tekan Hellena.

"Udahlah kak! dibilang aku ga makan apa apa, aku cuma kecapek an sama kedinginan kena gerimis tadi" jawab Rain mulai kesal dengan sikap kakaknya.

Hellena tetap kekeh, ia yakin adiknya itu menyembunyikan sesuatu, pasti dia telah memakan makanan yang menjadi sumber celaka. Audrey yang tak sengaja lewat didepan kamar Rain, ia pun menguping, kebetulan pintu kamar tak ditutup, ia melihat kakaknya yang terbaring dengan wajah pucatnya sedang diomeli oleh kak oo.

'kasian banget bang Rain, kayaknya dia diracun lagi sama si mak lampir' batin Audrey kemudian melenggang pergi.

Setelah cukup mengomel, Hellena pun keluar dari kamar Rain, berniat untuk mengambilkan obat untuk adiknya itu agar panasnya sedikit reda. Tak lama setelah Hellena keluar, tiba tiba Audrey masuk kedalam kamar Rain dengan membawa wadah berisikan air hangat.

Gadis itu pun langsung mengompres kening kakaknya menggunakan handuk kecil, sontak membuat Rain membuka matanya.

"Dek... makasih" gumam Rain dengan senyum tipis, Audrey hanya mengangguk.

"Kenapa sih abang mau aja makan makanan pemberian kak Yasmin? mungkin dia sengaja buat abang celaka, harusnya dia sebagai pacarnya tau tentang alergi dan kesukaan abang!" omel Audrey yang jerah dengan sikap kakaknya yang terlalu bucin dengan pacarnya.

"Ishh... kamu jangan suudzon dulu, Yasmin itu baik ga seperti yang kamu bayangkan, mungkin dia cuma lupa" jawab Rain, lagi lagi membela Yasmin.

"Masa lupa melulu, waktu itu dia kasih abang minum susu, dan bodohnya lagi abang mau minum susu itu, dia sama aja ngeracun abang!!" begitu seramnya Audrey ketika mengamuk, dia memang yang paling kalem dari anak anak ayah Anggara lainnya namun jika sekalinya marah, begitu menakutkan, bahkan kak Hellena yang begitu galak akan takut jika melihat Audrey yang pendiam ketika marah.

"Liat tuh badan abang muncul bintik bintik merahnya, mau alasan apalagi? udah jelas itu alergi abang kumat lagi!"

Rain hanya terdiam, ia tak mampu menjawab lagi. "Dek.... Yaudah abang minta maaf, tolong bilangin kak oo ya, jangan bilang ke bunda soal ini... abang ga mau bunda khawatir sama abang" rayu manja Rain pada adiknya.

Audrey hanya diam dengan menatap Rain dengan tatapan judesnya, wajahnya terlihat sinis dengan alis yang meruncing dan nafas yang memburu seolah ingin segera menerkam Rain sekarang juga.

"Bilang aja abang takut dimarahin bunda!" ketusnya.

Memang sih, selain tak ingin membuat bundanya khawatir, Rain juga tak ingin kena omel bundanya, sudah cukup omelan dari kak Hellen dan Audrey saja.

Rain tercengir, "pliss dek ya.."

Audrey memutar bola matanya, kemudian keluar dari kamar Rain tanpa menjawab permintaan Rain. Namun meski sikap Audrey seperti itu, Audrey juga tak ingin kakaknya kena omel bundanya, Rain mengelus dada melihat adiknya begitu jutek padanya.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!