Bab 1

Dipagi hari, suara gemuruh langkah kaki terdengar jelas menuruni tangga, terlihat Lino dan Lina berlarian menuruni anak tangga dengan masih menggunakan piyama yang sama, dibelakangnya diikuti oleh kak Hellen yang sepertinya mengejar si kembar.

"Bunda!!!" teriak keduanya sembari bersembunyi dibalik tubuh kurus bundanya.

"Hellen sudah" ucap sang bunda menghentikan anak perempuannya itu mengejar si kembar.

"Lino dan Lina belum sholat shubuh bunda" jawab kak Hellen alasan dirinya mengejar adik kembarnya.

Bunda menggelengkan kepalanya, "kalau waktunya sholat, segera sholat ya. Jangan diundur undur, ga baik, apalagi waktu shubuh hanya sebentar"

"Iya bunda.." jawab keduanya bersamaan sembari melihat ke arah kak Hellen yang mengejek mereka dengan menjulurkan lidahnya, meledek.

Keduanya pun mengambil air wudhu secara bergantian.

"Habis sholat, sekalian mandi!!" teriak Hellen agar kedua adiknya mendengar, namun si kembar tetap tidak menggubrisnya.

Didapur, 2 perawan bunda Ayu tengah memasak dengan akur, menyiapkan sarapan untuk ibu dan saudara saudaranya, itulah rutinitas yang selalu mereka laksanakan untuk meringankan beban bunda yang selama ini merawat mereka dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Anak anak anggara telah memiliki tugas rumah masing masing, Hellena dan Audrey bagian dapur, Rain bagian menyapu, Lina dan Lino bagian menyetrika, Abim bagian mengepel, sedangkan mencuci baju adalah bagian bunda, kecuali kak Reza yang tidak memiliki bagian, karena kak Reza yang merantau jauh, diluar kota.

Terdengar kembali suara langkah kaki menuruni tangga, terlihat bunda yang menjewer telinga Rain dan Abim, bunda akan bawel dan galak jika anak anaknya tak kunjung sholat dengan tepat waktu.

"Aww! sakit bunda!"

"Lepasin ya bunda, Abim udah bangun kok, sakit.."

Rintih Abim dan Rain bersamaan, bunda pun melepas jeweran telinga kedua putranya setelah mereka menuruni tangga. Abim pun lebih dulu mengambil air wudhu, sedangkan Rain memilih untuk mengumpulkan nyawanya lebih dulu, duduk dikursi dekat ruang sholat, diruangan itu nampak si kembar yang sedang melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Setelah Abim selesai mengambil wudhu, barulah Rain bergantian mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama kakaknya- Rain sebagai imamnya.

Tepat dipukul 06.30 anak anak bunda telah rapi berpakaian seragam, kecuali Rain dan Abim yang notabene nya masih anak kuliahan, bebas memakai baju apa saja dan datang dijadwal yang ditentukan dosen. Mereka pun melaksanakan makan bersama diruang makan, sembari diselingi beberapa obrolan kecil seperti biasa, agar suasana tak terlalu hening.

Meski ada larangan kalau makan jangan bersuara, namun bagi mereka sebuah larangan adalah perintah, tak hanya mengobrol, terkadang mereka juga bercanda tawa hingga ada yang tersedak.

Selesai sarapan, Hellena mengantar ketiga adiknya ke sekolah menggunakan mobilnya, sekalian pergi ke restoran, karena memang sekolah mereka sejalan dengan restoran tempat Hellena bekerja.

"Bunda, Audrey berangkat ya" ucap Audrey sembari mencium punggung tangan bundanya dan tak lupa seperti biasa mengecup pipi kanan dan kiri bundanya.

Audrey tak hanya bersalaman dengan bundanya, dia juga mencium tangan kakak kakaknya, itulah yang Danu dan Ayu ajarkan kepada anak anaknya, bahwa harus sopan, mencium tangan orang yang lebih tua darinya.

Lino dan Lina, setelah mencium tangan bundanya, mereka berniat kabur karena malas sekali mencium tangan kakaknya, siapalagi kalau bukan Rain, jika mereka bersalaman dengan Rain, pasti Rain selalu mencium pipi si kembar, membuat si kembar merasa jijik dengan tingkahnya. Si kembar berjalan melenggang pergi seolah tak melihat adanya Rain yang duduk disofa.

"Lino!!!! Lina!!!" teriak Rain saat mendapati kedua adiknya kabur tanpa bersalaman dengannya dulu.

Lino dan Lina bedecak kesal, keduanya pun berjalan mundur ke arah Rain dan mencium punggung tangan kakaknya itu, berniat langsung berlari setelah bersalaman, namun Rain sudah tau lebih dulu kalau kedua adiknya itu menghindari ciuman mautnya, secepat kilat, Rain langsung memeluk kedua adiknya dan mencium kedua pipi gembul mereka.

"Muach! Muach! jangan bandel disekolah" ucap Rain mencium pipi kedua adik kembarnya sembari mencubit hidung mereka. Lino dan Lina pun langsung mengusap kedua pipinya.

"Bau jigong" cibir Lino, mengusap pipinya menggunakan dasinya.

"Iya tuh, bang Rain belum sikatan" balas Lina, kesal.

Rain yang mendengar ocehan adik adiknya, ia hanya terkekeh kecil, hatinya sudah puas setelah mencium pipi kedua adiknya yang begitu menggemaskan itu.

Mangsa Rain kini tinggal dua yaitu Lino dan Lina yang sering ia ciumi, semenjak Audrey masuk SMA, Rain tak lagi menciumnya karena Rain merasa itu tidaklah sopan, karena adik perempuannya itu kini sudah bertumbuh besar, pastinya Audrey akan merasa risih.

****

Rain yang masih bersantai disofa sembari memejamkan matanya tak menyadari akan pesan dari grup WhatsAppnya, mengabarkan ada kelas pagi yang mendadak. Lelaki itu membiarkan handphonenya berdering karena pesan pesan, matanya sangat berat sekali untuk terbuka.

Hingga akhirnya, ia dibangunkan oleh suara Abim yang berteriak ditelinganya. "Woi!!!"

"Eh babi!!" Rain terlonjak kaget, sontak membuat matanya terbuka menatap Abim penuh amarah.

"Apa apaan sih lo bang! ganggu orang lagi tidur aja" oceh Rain dengan memanyunkan bibirnya.

"Liat tuh handphone lo, daritadi banyak yang telfonin elo, berisik tau.."

Rain mengernyit, ia pun langsung mengambil handphone nya yang tergeletak diatas meja, lalu menyalakannya dan melihat isi pesan pesan diwhatsapp. Sontak membuat Rain membulatkan matanya, tanpa basa basi, lelaki itu pun langsung berlari menyaut handuk yang tergantung dijemuran, kemudian masuk kedalam kamar mandi. Abim hanya menggeleng melihat tingkah adiknya.

Selang beberapa menit, Rain telah rapi dengan celana jeans nya, kaos putih dan hem kotak kotak berwarna hijau hitam, tak lupa sepatu hitam putihnya beserta helm bogo kesayangannya telah terpasang dikepalanya, siap menuju ke kampus.

"Bang gue berangkat" ucap Rain sembari mencium punggung tangan kakaknya.

"Ke kampus?" Abim mengernyit mengamati penampilan Rain, sedikit berbeda dari biasanya.

"Iya, emang kenapa?"

"Tas lo mana?" tanya Abim.

Rain yang baru menyadarinya, ia pun menepuk dahinya cukup keras, lalu berlari kembali ke kamarnya untuk mengambil tas beserta buku bukunya, tak lupa parfum khasnya ia semprotkan kembali dilehernya.

"Bunda mana bang?" tanya Rain.

"Nyawa lo belum kumpul ya? bunda udah berangkat kerja lah, liat sekarang udah jam sembilan"

"Emang iya?" Rain pun melirik ke arah tangan kanannya, melihat jam yang memang menunjukkan pukul sembilan lewat lima menit, Rain pun buru buru mengeluarkan motornya dari garasi dan menancapkan gas menuju kampus yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya-- ralat, rumah bundanya.

~•~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!