Ambisi Dan Sihir

Ambisi Dan Sihir

Chapter 1 Pilihan Sulit

Renita merasa gelisah, semalam perempuan itu tidak dapat tidur. Kata-kata yang diberikan oleh Prof. Dahlan

Rektor Universitas Perjuangan, tidak dapat hilang dan pergi dari telinganya. Laki-laki itu sudah mendatanginya secara khusus, dan memintanya untuk menjadi pejabat Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan PSDM untuk periode empat tahun ke depan. Yang menjadi ganjalan bagi perempuan itu, jabatan ini tidak dimulai bertepatan dengan awal pelantikan, namun menggantikan pejabat Wakil Rektor yang katanya sudah mengajukan pengunduran diri,

“Mohon maaf pak, saya tidak bisa menggantikan pak Leo untuk jabatan itu. Saya tidak berani pak, apalagi alasannya saya menggantikan pak Leo, karena beliau sedang menyelesaikan studinya.” Teringat penolakan yang dilakukan Renita tadi siang.

“Dengarkan saya mbak Renita, bukan tanpa alasan kenapa saya memilih mbak Renita untuk mendampingi saya.

Bertahun-tahun, kita sudah bekerja Bersama dalam sebuah tim, dan saya tahu bagaimana dedikasi mbak Renita untuk perguruan tinggi ini. Jangan tolak permintaan saya, ini perintah saya selaku Rektor.” Rektor tetap bersikeras

mendesak Renita untuk menanda tangani surat pernyataan kesanggupan itu.

“Ijinkan saya untuk berbicara dengan pak Leo dulu pak. Begitu kami bertemu, saya pastikan jika pak Leo akan

Kembali bersedia untuk menduduki jabatan tersebut,” Kembali Renita meminta waktu untuk menyetujui penawaran itu.

Renita sudah sejak tahun 1997 bergabung menjadi dosen di Universitas Perjuangan, dan sangat memahami bagaimana karakter orang-orang di perguruan tinggi tersebut. Masalah main klenik sudah menjadi kebiasaan banyak dosen maupun karyawan tua disitu. Bahkan tidak jarang, baru saja masuk ke lokasi kampus, taburan bunga, beras berwarna kuning, sering banyak dijumpai di selasar lantai di kampus itu.

“Sudah.., tidak perlu untuk berbicara dengan pak Leo. Jika pak Leo belum mengirimkan surat pengunduran ke

pihak Yayasan, aku mungkin masih bisa untuk mempertimbangkannya, Tetapi, tanpa berbicara dengan saya, pak Leo sudah melewati Batasan, mengirimkan surat pengunduran diri kepada Yayasan. Hanya mbak Renita, yang kurasa cocok dan pantas untuk meneruskan memegang jabatan tersebut,” Rektor terus berusaha untuk menekan Renita. Mereka berdua berada di ruang Rektor, tidak ada yang lain yang berada disitu.

“Cepat tanda tangani pernyataan ini!” Kembali Rektor menyerahkan selembar kertas ukuran HVS A4 pada perempuan itu.

“Ijin saya berpikir dulu pak Rektor, karena saya perlu untuk meminta ijin pada suami saya..” dengan cara halus, Renita terus berusaha mengulur waktu.

“Atau  saya yang akan memintakan ijin kepada suami mbak Renita..?” mendengar alasan Renita, Prof. Dahlan malah semakin terus mendesak perempuan itu.

“Mohon maaf pak, saya sendiri yang akan menyampaikan pada suami saya. Ijin untuk meninggalkan ruangan dulu

pak, dan minta waktu untuk berpikir terlebih dahulu.” Renita segera minta ijin untuk meninggalkan ruangan Rektor. Seketika kebingungan melanda perempuan itu.

“Baiklah.., tolong pertimbangkan permintaan saya.” Sebelum Renita keluar dari ruangan itu, Prof. Dahlan Kembali

berpesan pada perempuan itu.

“Inshaa Allah pak, permisi, Assalamu alaikum..” Renita mengucapkan salam kemudian berjalan menuju ke arah

pintu keluar dari ruangan Rektor.

“Wa alaikum salam..” jawab Rektor.

Renita masih mengingat kembali dengan jelas, apa yang dialaminya di kantor tadi siang. Perempuan itu juga

tidak habis pikir, kenapa Prof. Dahlan terus mendesaknya untuk menduduki jabatan tersebut. Padahal di Universitas Perjuangan, banyak dosen yang memiliki kemampuan dan kapabilitas yang tinggi. Akhirnya tidak lama kemudian, perempuan itu tertidur dengan gundahan pikiran.

***********

Keesokan Harinya

Seperti biasa, setiap pukul 07.30, Renita selalu berusaha untuk sampai tepat waktu di ruang kerjanya. Sebagai

seorang atasan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan atau disingkat BAAK, perempuan ini memang ingin selalu memberi contoh yang baik pada anak buahnya. Jam kerja di Universitas Perjuangan dimulai pada pukul 08.00 pagi, dan akan berakhir pukul 14.00 siang.

“Selamat pagi bu Renita..” baru saja membuka pintu, ternyata pak Hans karyawan laki-laki yang memiliki keterbatasan berbicara menyapa perempuan itu.

“Pagi pak Hans.. apakah teman-teman yang lain belum pada datang?” Renita membalas sapaan laki-laki itu,

sambil berjalan menuju ke meja kerjanya.

“Belum..” jawab pak Hans singkat.

Renita segera meletakkan tasnya di atas meja, kemudian perempuan itu mulai menyalakan laptop di atas meja.

Selain sebagai seorang dosen di program studi Manajemen, Renita memang sejak periode ini diminta kesediaan untuk menduduki jabatan sebagai Kepala BAAK, dengan lima orang anak buah yang berada di bawahnya. Meskipun memiliki keterbatasan di bidang program computer, tetapi Renita memiliki kepemimpinan yang bagus, perempuan ini tidak hanya menempatkan dirinya sebagai seorang atasan, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai seorang ibu bagi para anak buahnya.

Tidak lama perempuan itu duduk di kursinya, satu persatu ke empat anak buahnya mulai berdatangan. Mereka menyapa dan menuju ke tempat Renita untuk berjabat tangan. Setelah mereka menyelesaikan ritual jabat tangan, mereka Kembali untuk duduk di kursi di belakang meja kerjanya masing-masing.

“Mas Hasto, nanti ketemu dengan saya sebentar ya, Ada yang akan aku bicarakan.” Di dalam ruang BAAK, Renita

memang paling dekat dengan Hasto. Tidak hanya Renita, bahkan suami dan kedua anaknya juga memiliki kedekatan dengan laki-laki mud aitu. Ketika Hasto menikah, Renita dan keluarganya menjadi satu-satunya keluarga yang menjadi pengiring laki-laki itu menikah.

“Baik bu.., nanti setelah saya mengirimkan laporan PDPT ke forlap Dikti ya bu.” Hasto menyanggupi permintaan

Renita.

******

Sore hari

Ketika semua karyawan sudah pulang, Renita dan Hasto duduk berhadapan di ruang kerjanya. Renita bermaksud

untuk menceritakan permintaan dari Prof. Dahlan, yang memintanya untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Rektor menggantikan pak Leo.

“Kenapa bu.., sepertinya bu Nita sedang ada masalah? Terlihat dari penampilan bu Nita yang terlihat kusut hari

ini..?” Hasto membuka pertanyaan pada perempuan itu.

“Iya Hast.., aku bingung dan galau. Tiba-tiba kemarin Prof Rektor memanggilku ke ruangan, dan beliau…” renita

menghentikan bicaranya.

“Pak rector kenapa bu..?” karena Renita berhenti, Hasto mengejar perkataan Renita dengan tidak sabar.

“Pak rector memintaku untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Rektor menggantikan pak Leo.” Ucap Renita lemah.

Sekelumit senyuman muncul di mulut Hasto…, laki-laki muda itu memang mengakui kepintaran, dan kepemimpinan

yang ditunjukkan oleh perempuan itu.

“Kenapa kamu tersenyum Hast..?” Renita bertanya dengan sedikit suara keras pada Hasto.

“Satu tahap terlampaui Bu. Masih ingatkan Bu renita, Ketika mewakili sebagai pihak keluarga dan juga pihak

kantor, tatkala saya menikah di Blora, Sesepuh di desa itu, menyebut bu Renita dengan panggilan Rektor. Tidak ada satu tahun bu.., ternyata Allah mengabulkan perkataan sesepuh itu.” Sambil mengulum senyum, hasto menceritakan kembali kejadian, Ketika dia dan istrinya melangsungkan pernikahan. Kedatangan Bu Renita saat itu, memang meninggalkan kenangan dan rasa hormat yang mendalam di hati Hasto dan keluarga istrinya.

Menjadi seorang yatim piatu, dan satu orang kakak dengan tiga orang adik, tidak memberinya pilihan untuk

mendatangkan mereka ke Blora kala itu. Kakaknya yang semula mengatakan jika akan mewakili dari pihak keluarga, ternyata sampai akan dilangsungkan acara, ternyata tidak dapat datang. Untunglah, kedatangan Bu Renita Bersama dengan suami dan kedua anak laki-lakinya, dapat mewakili dari pihak keluarganya.

***********

Episodes
1 Chapter 1 Pilihan Sulit
2 Chapter 2 Bismillah
3 Chapter 3 Pelantikan
4 Chapter 4 Sakit Mata
5 Chapter 5 Stroke Mata
6 Chapter 6 Koordinasi
7 Chapter 7 Suara di Atas Plafon
8 Chapter 8 Miss Call
9 Chapter 9 Snellen Chart
10 Chapter 10 Kun fa Ya Kun
11 Chapter 11 Kecurigaan
12 Chapter 12 Was was
13 Chapter 13 Konspirasi
14 Chapter 14 Konspirasi 2
15 Chapter 15 Pemilihan
16 Chapter 16 Rasa Nyeri
17 Chapter 17 Deteksi
18 Chapter 18 Ditarik
19 Chapter 19 Merasa Seperti Aib
20 Chapter 20 Emosi
21 Chapter 21 Berita Mengejutkan
22 Chapter 22 Hilangnya Penghalang
23 Chapter 23 Pembangunan
24 Chapter 24 Rencana Istighosah
25 Chapter 25 Jaga Lisan
26 Chapter 26 Korban Pembangunan
27 Chapter 27 Feeling
28 Chapter 28 Ujian Lagi
29 Chapter 29 Aku Tidak Sakit
30 Chapter 30 Ilustrasi Ular
31 Chapter 31 Perjalanan
32 Chapter 32 Informasi
33 Chapter 33 Ikhtiar
34 Chapter 34 Upaya Penyembuhan
35 Chapter 35 Theraphy Syari'ah
36 Chapter 36 Belajar Sabar
37 Chapter 37 Opportunis
38 Chapter 38 Empati
39 Chapter 39 Kekacauan
40 Chapter 40 Tidak Benar
41 Chapter 41 Gangguan Tiba-tiba
42 Chapter 42 Istighfar
43 Chapter 43 Sadar Kembali
44 Chapter 44 Tamu
45 Chapter 45 Lakukan Semampunya
46 Chapter 46 Tulus dan Menerima
47 Chapter 47 Teman Bicara
48 Chapter 48 Menjelang 1 Muharram
49 Chapter 49 Kepanikan
50 Chapter 50 Jalan Keluar
51 Chapter 51 Taktik Baru
52 Chapter 52 Tidak Mau Menyapa
53 Chapter 53 Perlawanan
54 Chapter 54 Gangguan dalam Perjalanan
55 Chapter 55 Thoriqot
56 Chapter 56 Masih Menunggu
57 Chapter 57 Pindah Sementara
58 Chapter 58 Menginap di Hotel
59 Chapter 59 Pembinaan Pegawai
60 Chapter 60 Reaksi
61 Chapter 61 Banyak yang Membantu
62 Chapter 62 An Naas
63 Chapter 63 Pengaduan Mahasiswa
64 Chapter 64 Penampakan
65 Chapter 65 Pindah Hotel
66 Chapter 66 Nikmat Mana yang Kau Dustakan
67 Chapter 67 Bertiga
68 Chapter 68 Ini Sukmaku
69 Chapter 69 Pertahankan Diri
70 Chapter 70 Berita Beredar
71 Chapter 71 Peduli Pengembangan Diri
72 Chapter 72 Ungkapan Kekesalan
73 Chapter 73 Bukan Masa Kita Lagi
74 Chapter 74 Pembagian Tugas
75 Chapter 75 Belum Boleh Berbicara
76 Chapter 76 Lupakan Sementara Tugas
77 Chapter 77 Evaluasi Diri
78 Chapter 78 Yakin dan Percaya Diri
79 Chapter 79 Sisi Positif
80 Chapter 80 Tidak Perlu Malu
81 Chapter 81 Pembuatan Laporan
82 Chapter 82 Mintalah Maaf
83 Chapter 83 Mamah minta maaf
84 Chapter 84 Kesalahan
85 Chapter 85 Bimbingan Mahasiswa
86 Chapter 86 Undangan Rapat
87 Chapter 87 Munajat
88 Chapter 88 Berkunjung ke Rektorat
89 Chapter 89 Down to Earth
90 Chapter 90 Saya akan Datang
91 Chapter 91 Di ruang Rapat
92 Chapter 92 Genting
93 Chapter 93 Sisi Positif
94 Chapter 94 Ke Baki
95 Chapter 95 Penanganan
96 Chapter 96 Keikhlasan
97 Chapter 97 TAMAT
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Chapter 1 Pilihan Sulit
2
Chapter 2 Bismillah
3
Chapter 3 Pelantikan
4
Chapter 4 Sakit Mata
5
Chapter 5 Stroke Mata
6
Chapter 6 Koordinasi
7
Chapter 7 Suara di Atas Plafon
8
Chapter 8 Miss Call
9
Chapter 9 Snellen Chart
10
Chapter 10 Kun fa Ya Kun
11
Chapter 11 Kecurigaan
12
Chapter 12 Was was
13
Chapter 13 Konspirasi
14
Chapter 14 Konspirasi 2
15
Chapter 15 Pemilihan
16
Chapter 16 Rasa Nyeri
17
Chapter 17 Deteksi
18
Chapter 18 Ditarik
19
Chapter 19 Merasa Seperti Aib
20
Chapter 20 Emosi
21
Chapter 21 Berita Mengejutkan
22
Chapter 22 Hilangnya Penghalang
23
Chapter 23 Pembangunan
24
Chapter 24 Rencana Istighosah
25
Chapter 25 Jaga Lisan
26
Chapter 26 Korban Pembangunan
27
Chapter 27 Feeling
28
Chapter 28 Ujian Lagi
29
Chapter 29 Aku Tidak Sakit
30
Chapter 30 Ilustrasi Ular
31
Chapter 31 Perjalanan
32
Chapter 32 Informasi
33
Chapter 33 Ikhtiar
34
Chapter 34 Upaya Penyembuhan
35
Chapter 35 Theraphy Syari'ah
36
Chapter 36 Belajar Sabar
37
Chapter 37 Opportunis
38
Chapter 38 Empati
39
Chapter 39 Kekacauan
40
Chapter 40 Tidak Benar
41
Chapter 41 Gangguan Tiba-tiba
42
Chapter 42 Istighfar
43
Chapter 43 Sadar Kembali
44
Chapter 44 Tamu
45
Chapter 45 Lakukan Semampunya
46
Chapter 46 Tulus dan Menerima
47
Chapter 47 Teman Bicara
48
Chapter 48 Menjelang 1 Muharram
49
Chapter 49 Kepanikan
50
Chapter 50 Jalan Keluar
51
Chapter 51 Taktik Baru
52
Chapter 52 Tidak Mau Menyapa
53
Chapter 53 Perlawanan
54
Chapter 54 Gangguan dalam Perjalanan
55
Chapter 55 Thoriqot
56
Chapter 56 Masih Menunggu
57
Chapter 57 Pindah Sementara
58
Chapter 58 Menginap di Hotel
59
Chapter 59 Pembinaan Pegawai
60
Chapter 60 Reaksi
61
Chapter 61 Banyak yang Membantu
62
Chapter 62 An Naas
63
Chapter 63 Pengaduan Mahasiswa
64
Chapter 64 Penampakan
65
Chapter 65 Pindah Hotel
66
Chapter 66 Nikmat Mana yang Kau Dustakan
67
Chapter 67 Bertiga
68
Chapter 68 Ini Sukmaku
69
Chapter 69 Pertahankan Diri
70
Chapter 70 Berita Beredar
71
Chapter 71 Peduli Pengembangan Diri
72
Chapter 72 Ungkapan Kekesalan
73
Chapter 73 Bukan Masa Kita Lagi
74
Chapter 74 Pembagian Tugas
75
Chapter 75 Belum Boleh Berbicara
76
Chapter 76 Lupakan Sementara Tugas
77
Chapter 77 Evaluasi Diri
78
Chapter 78 Yakin dan Percaya Diri
79
Chapter 79 Sisi Positif
80
Chapter 80 Tidak Perlu Malu
81
Chapter 81 Pembuatan Laporan
82
Chapter 82 Mintalah Maaf
83
Chapter 83 Mamah minta maaf
84
Chapter 84 Kesalahan
85
Chapter 85 Bimbingan Mahasiswa
86
Chapter 86 Undangan Rapat
87
Chapter 87 Munajat
88
Chapter 88 Berkunjung ke Rektorat
89
Chapter 89 Down to Earth
90
Chapter 90 Saya akan Datang
91
Chapter 91 Di ruang Rapat
92
Chapter 92 Genting
93
Chapter 93 Sisi Positif
94
Chapter 94 Ke Baki
95
Chapter 95 Penanganan
96
Chapter 96 Keikhlasan
97
Chapter 97 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!