Chapter 8 Miss Call

Dengan keterbatasan penglihatan, Renita menjalankan aktivitas pekerjaannya sehari-hari. Untungnya anak buahnya di Tim Bidang II sangat membantu memudahkan tugas dan pekerjaan Renita, sehingga perempuan itu tidak kewalahan. Begitu juda dengan staff administrasi di Rektorat yaitu Andi dan Niken, keduanya juga selalu pro aktif menanyakan apa yang bisa mereka bantu. Jadi, meskipun dalam keterbatasan, Renita bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan lancar.

“Bu Ren.. dapat undangan rapat Yayasan besok hari Rabu jam sepuluh..” Niken menyampaikan undangan rapat

Yayasan pada Renita.

“Membahas tentang apa mbak?” sambil melihat layer laptop di depannya, renita menanyakan perihal undangan,

“Tentang Dana pension bu.. wah asyik dong jika Lembaga kita meskipun swasta, tetap ada pension untuk semua

karyawan.” Celetuk NIken.

“Aamiin.. besok dilihat dulu bagaimana rapatnya.” Sahut Renita sambil tersenyum.

Niken meletakkan undangan itu di depan meja Bu renita, kemudian perempuan muda itu keluar dari dalam ruangan.

Renita melanjutkan ketikan di keyboard laptop yang ada di depannya. Sesekali perempuan itu, juga membuka excel dengan word secara bersamaan.

“Aduh…” renita tiba-tiba berteriak kesakitan. Perempuan itu tiba-tiba seperti merasa terkena lemparan di atas dada sebelah kirinya.

“Ada apa bu Renita.. ibu sakit..” mendengar teriakan Renita, Andi dan Niken berlari mendatangi ruangan perempuan itu. Terlihat di depan dua anak muda itu, Renita sedang mengusap-usap dadanya bagian atas.

“Ga tahu mas.., mbak.. tiba-tiba kayak ada batu terlempar dan mengenai dadaku bagian atas. Rasanya kayak kita

terkena kram itu lho. Mungkin aku kena gejala rheumatic apa ya, kok tiba-tiba merasa seperti ini.” Renita menggumam sendiri. Rasa nyeri itu masih terasa sampai sekarang.

“Semoga saja bukan bu.. hanya intermezzo saja..” Andi menenangkan.

“Iya An.. semoga tidak terjadi apa-apa. Makasih ya, kalian bisa Kembali ke ruang kerja kalian berdua.” Merasa

sudah agak enakan, Renita meminta Andi dan Niken Kembali ke tempat kerjanya. Renita melanjutkan pekerjaannya.

****

Rabu Pagi

Bersama dengan kepala Biro Keuangan, Renita berjalan kaki menuju ke ruang sidang Yayasan, untuk menghadiri

rapat Tim Dana Pensiun. Sesampainya di ruang siding, sudah terdapat empat orang yang juga ditunjuk oleh Yayasan untuk membuat konsep Dana Pensiun Universitas Perjuangan.

“Silakan duduk bu WR II, kita menunggu pak Ketua, baru kita akan memulai rapat pagi ini.” Dengan ramah, Wakil

Ketua Yayasan mempersilakan Renita dan pak Wahyu untuk duduk.

“Baik pak, terima kasih.” Renita segera mengajak Wahyu untuk duduk berdampingan.

Tidak lama kemudian, Ketua Pengurus Yayasan yang ditunggu sudah berada di ruangan. Karena waktu rapat sudah molor 30 menit, akhirnya pak Cahyo selaku Sekretaris Yayasan segera memulai rapat.

“Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu semua atas undangan kami. Yayasan kali ini bermaksud untuk membentuk

Dana Pensiun, agar pegawai UP juga merasa tenang akan masa tuanya. Karena sebagai pegawai yang swasta murni, sering kita dihantui saat sudah tidak ada lagi pemasukan untuk kita. Hal itu berbeda dengan yang dialami oleh Bapak/Ibu Dosen DPK yang dititipkan oleh LLDIKTI ke perguruan tinggi kita.” Ketua Pengurus mengawali dengan menyampaikan maksud dibentuknya Tim Penyusun Dana Pensiun.

“Untuk itu, kami akan tunjuk Pak Wahyu sebagai Ketua Tim, dengan WR II sebagai sekretarisnya. Silakan segera

disusun konsepnya, kemudian presentasikan kepada kami. Hari ini kebetulan, Rektor sudah ijin karena bersamaan dengan rapat pimpinan Universitas di LLDIKTI V. Jadi, jika tim sudah selesai membuat draftnya, Bapak/Ibu tinggal

mempresentasikan kepada kami.” Lanjut Ketua Pengurus Yayasan.

“Baik pak terima kasih, untuk wacana yang bapak sampaikan barusan. Tapi menurut saya, kita juga harus memperhatikan kemampuan dari keuangan kita, jangan sampai hanya pegawai yang pension di awal yang akan mendapatkan jaminan hari tua, sedangkan yang pension belakangan, sudah kehabisan uang. Jadi menurut pendapat saya, selain dana talangan yang dianggarkan oleh Anggaran Penerimaan dan Belanja Universitas

(APBU), pegawai juga perlu diberikan potongan berapa persen dari gaji pokoknya.” Renita menyampaikan apa yang ada di pikirannya.

“bagus itu, jadi tugas Tim ini bapak/ibu.. kita harus membuat konsep excel untuk membuat skema table penerimaan dana pension per bulannya, dimana table itu akan sama dengan table gaji.” Tommitius turut menyampaikan gagasannya.

Diskusi terus berlanjut, dan pak Wahyu sebagai Ketua Tim penyusun merangkum semua masukan dari peserta rapat. Pada dasarnya semua peserta setuju untuk wacana dana pension itu, dan tinggal menjabarkannya dalam klausul-klausul sehingga bisa digunakan sebagai pedoman.

******

Meskipun rutinitas kesibukan terus dijalani oleh Renita, tetapi perempuan itu dengan ditemani suaminya tidak pernah lupa untuk melakukan control pemeriksaan matanya di RSUP DR. Sardjito. Meskipun matanya belum  bisa melihat secara jelas, Renita tidak menggunakan kesehatannya sebagai alasan untuk melupakan apa yang menjadi pekerjaannya di kantor. Dengan etos kerjanya, Renita tetap menyelesaikan semua yang menjadi tanggung jawabnya. Untungnya, Tim bidang II sangat solid, dimana mereka mau menback up tugas-tugas penting yang

digawangi oleh perempuan itu.

Ketika sedang membaca surat kabar harian, Renita tanpa sengaja mendengar ada panggilan telpon masuk. Namun.  ketika perempuan itu mengambil ponselnya, panggilan itu telah berakhir. Terlihat kode area 0274 mengawali nomor telpon yang memanggilnya. Ketika Renita meletakkan telponnya, tiba-tiba ada pesan yang masuk ke nomornya.

“Ini dari Dokter Spesialis mata RSUP DR. Sardjito. Nyonya Renita dijadwalkan akan dilakukan suntik retina pada hari Rabu. Terkait dengan hal itu, hari Senin Nyonya Renita diharapkan untuk melakukan observasi di RSUP DR. Sardjito. Terima kasih.” Membaca tulisan SMS yang masuk ke ponselnya, Renita menjadi panik dan deg-degan.

“Kenapa bu Ren.. kok wajah bu Renita pucat. Ibu sehat..?” melihat perubahan raut wajah Renita, dari tempat duduknya Andi menanyakan kesehatan perempuan itu.

“Bacalah mas pesan di SMS ponselku, ini penipuan atau beneran.” Renita memberikan ponselnya pada Andi,

dan laki-laki itu membaca isi pesan tersebut. Selesai membaca, Andi mengambil nafas panjang kemudian mengeluarkannya.

“Bisa ya, bisa tidak Bu.. Jika tidak, kok orang itu tahu jika Bu Ren sedang periksa mata di RSUP Sardjito. Namun jika ya, kenapa dokter mau mengirim pesan dan tadi sempat miss call dengan Ibu.. Kenapa bukan petugas administrasi atau paling tidak perawatnya.” jawaban Andi malah membingungkan Renita.

“Atau Bu Renita telpon saja Bu.. biar tidak menerka-nerka. Jadi Bu Sapta bisa tahu, orang yang kirim SMS itu

menipu, atau beneran Dokter di rumah sakit itu..” Niken turut memberi masukan.

“benar juga mbak, kenapa aku menjadi blank seperti ini. Aku kan bisa konfirmasi ya, ini beneran atau hanya orang iseng saja.” Renita menyetujui usul yang disampaikan Niken.

Beberapa saat kemudian, Renita menekan panggilan keluar pada nomor yang tadi sempat miss call, dan masih ada

dalam log panggilan tidak terjawab.

********

Episodes
1 Chapter 1 Pilihan Sulit
2 Chapter 2 Bismillah
3 Chapter 3 Pelantikan
4 Chapter 4 Sakit Mata
5 Chapter 5 Stroke Mata
6 Chapter 6 Koordinasi
7 Chapter 7 Suara di Atas Plafon
8 Chapter 8 Miss Call
9 Chapter 9 Snellen Chart
10 Chapter 10 Kun fa Ya Kun
11 Chapter 11 Kecurigaan
12 Chapter 12 Was was
13 Chapter 13 Konspirasi
14 Chapter 14 Konspirasi 2
15 Chapter 15 Pemilihan
16 Chapter 16 Rasa Nyeri
17 Chapter 17 Deteksi
18 Chapter 18 Ditarik
19 Chapter 19 Merasa Seperti Aib
20 Chapter 20 Emosi
21 Chapter 21 Berita Mengejutkan
22 Chapter 22 Hilangnya Penghalang
23 Chapter 23 Pembangunan
24 Chapter 24 Rencana Istighosah
25 Chapter 25 Jaga Lisan
26 Chapter 26 Korban Pembangunan
27 Chapter 27 Feeling
28 Chapter 28 Ujian Lagi
29 Chapter 29 Aku Tidak Sakit
30 Chapter 30 Ilustrasi Ular
31 Chapter 31 Perjalanan
32 Chapter 32 Informasi
33 Chapter 33 Ikhtiar
34 Chapter 34 Upaya Penyembuhan
35 Chapter 35 Theraphy Syari'ah
36 Chapter 36 Belajar Sabar
37 Chapter 37 Opportunis
38 Chapter 38 Empati
39 Chapter 39 Kekacauan
40 Chapter 40 Tidak Benar
41 Chapter 41 Gangguan Tiba-tiba
42 Chapter 42 Istighfar
43 Chapter 43 Sadar Kembali
44 Chapter 44 Tamu
45 Chapter 45 Lakukan Semampunya
46 Chapter 46 Tulus dan Menerima
47 Chapter 47 Teman Bicara
48 Chapter 48 Menjelang 1 Muharram
49 Chapter 49 Kepanikan
50 Chapter 50 Jalan Keluar
51 Chapter 51 Taktik Baru
52 Chapter 52 Tidak Mau Menyapa
53 Chapter 53 Perlawanan
54 Chapter 54 Gangguan dalam Perjalanan
55 Chapter 55 Thoriqot
56 Chapter 56 Masih Menunggu
57 Chapter 57 Pindah Sementara
58 Chapter 58 Menginap di Hotel
59 Chapter 59 Pembinaan Pegawai
60 Chapter 60 Reaksi
61 Chapter 61 Banyak yang Membantu
62 Chapter 62 An Naas
63 Chapter 63 Pengaduan Mahasiswa
64 Chapter 64 Penampakan
65 Chapter 65 Pindah Hotel
66 Chapter 66 Nikmat Mana yang Kau Dustakan
67 Chapter 67 Bertiga
68 Chapter 68 Ini Sukmaku
69 Chapter 69 Pertahankan Diri
70 Chapter 70 Berita Beredar
71 Chapter 71 Peduli Pengembangan Diri
72 Chapter 72 Ungkapan Kekesalan
73 Chapter 73 Bukan Masa Kita Lagi
74 Chapter 74 Pembagian Tugas
75 Chapter 75 Belum Boleh Berbicara
76 Chapter 76 Lupakan Sementara Tugas
77 Chapter 77 Evaluasi Diri
78 Chapter 78 Yakin dan Percaya Diri
79 Chapter 79 Sisi Positif
80 Chapter 80 Tidak Perlu Malu
81 Chapter 81 Pembuatan Laporan
82 Chapter 82 Mintalah Maaf
83 Chapter 83 Mamah minta maaf
84 Chapter 84 Kesalahan
85 Chapter 85 Bimbingan Mahasiswa
86 Chapter 86 Undangan Rapat
87 Chapter 87 Munajat
88 Chapter 88 Berkunjung ke Rektorat
89 Chapter 89 Down to Earth
90 Chapter 90 Saya akan Datang
91 Chapter 91 Di ruang Rapat
92 Chapter 92 Genting
93 Chapter 93 Sisi Positif
94 Chapter 94 Ke Baki
95 Chapter 95 Penanganan
96 Chapter 96 Keikhlasan
97 Chapter 97 TAMAT
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Chapter 1 Pilihan Sulit
2
Chapter 2 Bismillah
3
Chapter 3 Pelantikan
4
Chapter 4 Sakit Mata
5
Chapter 5 Stroke Mata
6
Chapter 6 Koordinasi
7
Chapter 7 Suara di Atas Plafon
8
Chapter 8 Miss Call
9
Chapter 9 Snellen Chart
10
Chapter 10 Kun fa Ya Kun
11
Chapter 11 Kecurigaan
12
Chapter 12 Was was
13
Chapter 13 Konspirasi
14
Chapter 14 Konspirasi 2
15
Chapter 15 Pemilihan
16
Chapter 16 Rasa Nyeri
17
Chapter 17 Deteksi
18
Chapter 18 Ditarik
19
Chapter 19 Merasa Seperti Aib
20
Chapter 20 Emosi
21
Chapter 21 Berita Mengejutkan
22
Chapter 22 Hilangnya Penghalang
23
Chapter 23 Pembangunan
24
Chapter 24 Rencana Istighosah
25
Chapter 25 Jaga Lisan
26
Chapter 26 Korban Pembangunan
27
Chapter 27 Feeling
28
Chapter 28 Ujian Lagi
29
Chapter 29 Aku Tidak Sakit
30
Chapter 30 Ilustrasi Ular
31
Chapter 31 Perjalanan
32
Chapter 32 Informasi
33
Chapter 33 Ikhtiar
34
Chapter 34 Upaya Penyembuhan
35
Chapter 35 Theraphy Syari'ah
36
Chapter 36 Belajar Sabar
37
Chapter 37 Opportunis
38
Chapter 38 Empati
39
Chapter 39 Kekacauan
40
Chapter 40 Tidak Benar
41
Chapter 41 Gangguan Tiba-tiba
42
Chapter 42 Istighfar
43
Chapter 43 Sadar Kembali
44
Chapter 44 Tamu
45
Chapter 45 Lakukan Semampunya
46
Chapter 46 Tulus dan Menerima
47
Chapter 47 Teman Bicara
48
Chapter 48 Menjelang 1 Muharram
49
Chapter 49 Kepanikan
50
Chapter 50 Jalan Keluar
51
Chapter 51 Taktik Baru
52
Chapter 52 Tidak Mau Menyapa
53
Chapter 53 Perlawanan
54
Chapter 54 Gangguan dalam Perjalanan
55
Chapter 55 Thoriqot
56
Chapter 56 Masih Menunggu
57
Chapter 57 Pindah Sementara
58
Chapter 58 Menginap di Hotel
59
Chapter 59 Pembinaan Pegawai
60
Chapter 60 Reaksi
61
Chapter 61 Banyak yang Membantu
62
Chapter 62 An Naas
63
Chapter 63 Pengaduan Mahasiswa
64
Chapter 64 Penampakan
65
Chapter 65 Pindah Hotel
66
Chapter 66 Nikmat Mana yang Kau Dustakan
67
Chapter 67 Bertiga
68
Chapter 68 Ini Sukmaku
69
Chapter 69 Pertahankan Diri
70
Chapter 70 Berita Beredar
71
Chapter 71 Peduli Pengembangan Diri
72
Chapter 72 Ungkapan Kekesalan
73
Chapter 73 Bukan Masa Kita Lagi
74
Chapter 74 Pembagian Tugas
75
Chapter 75 Belum Boleh Berbicara
76
Chapter 76 Lupakan Sementara Tugas
77
Chapter 77 Evaluasi Diri
78
Chapter 78 Yakin dan Percaya Diri
79
Chapter 79 Sisi Positif
80
Chapter 80 Tidak Perlu Malu
81
Chapter 81 Pembuatan Laporan
82
Chapter 82 Mintalah Maaf
83
Chapter 83 Mamah minta maaf
84
Chapter 84 Kesalahan
85
Chapter 85 Bimbingan Mahasiswa
86
Chapter 86 Undangan Rapat
87
Chapter 87 Munajat
88
Chapter 88 Berkunjung ke Rektorat
89
Chapter 89 Down to Earth
90
Chapter 90 Saya akan Datang
91
Chapter 91 Di ruang Rapat
92
Chapter 92 Genting
93
Chapter 93 Sisi Positif
94
Chapter 94 Ke Baki
95
Chapter 95 Penanganan
96
Chapter 96 Keikhlasan
97
Chapter 97 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!