Dengan keterbatasan penglihatan, Renita menjalankan aktivitas pekerjaannya sehari-hari. Untungnya anak buahnya di Tim Bidang II sangat membantu memudahkan tugas dan pekerjaan Renita, sehingga perempuan itu tidak kewalahan. Begitu juda dengan staff administrasi di Rektorat yaitu Andi dan Niken, keduanya juga selalu pro aktif menanyakan apa yang bisa mereka bantu. Jadi, meskipun dalam keterbatasan, Renita bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan lancar.
“Bu Ren.. dapat undangan rapat Yayasan besok hari Rabu jam sepuluh..” Niken menyampaikan undangan rapat
Yayasan pada Renita.
“Membahas tentang apa mbak?” sambil melihat layer laptop di depannya, renita menanyakan perihal undangan,
“Tentang Dana pension bu.. wah asyik dong jika Lembaga kita meskipun swasta, tetap ada pension untuk semua
karyawan.” Celetuk NIken.
“Aamiin.. besok dilihat dulu bagaimana rapatnya.” Sahut Renita sambil tersenyum.
Niken meletakkan undangan itu di depan meja Bu renita, kemudian perempuan muda itu keluar dari dalam ruangan.
Renita melanjutkan ketikan di keyboard laptop yang ada di depannya. Sesekali perempuan itu, juga membuka excel dengan word secara bersamaan.
“Aduh…” renita tiba-tiba berteriak kesakitan. Perempuan itu tiba-tiba seperti merasa terkena lemparan di atas dada sebelah kirinya.
“Ada apa bu Renita.. ibu sakit..” mendengar teriakan Renita, Andi dan Niken berlari mendatangi ruangan perempuan itu. Terlihat di depan dua anak muda itu, Renita sedang mengusap-usap dadanya bagian atas.
“Ga tahu mas.., mbak.. tiba-tiba kayak ada batu terlempar dan mengenai dadaku bagian atas. Rasanya kayak kita
terkena kram itu lho. Mungkin aku kena gejala rheumatic apa ya, kok tiba-tiba merasa seperti ini.” Renita menggumam sendiri. Rasa nyeri itu masih terasa sampai sekarang.
“Semoga saja bukan bu.. hanya intermezzo saja..” Andi menenangkan.
“Iya An.. semoga tidak terjadi apa-apa. Makasih ya, kalian bisa Kembali ke ruang kerja kalian berdua.” Merasa
sudah agak enakan, Renita meminta Andi dan Niken Kembali ke tempat kerjanya. Renita melanjutkan pekerjaannya.
****
Rabu Pagi
Bersama dengan kepala Biro Keuangan, Renita berjalan kaki menuju ke ruang sidang Yayasan, untuk menghadiri
rapat Tim Dana Pensiun. Sesampainya di ruang siding, sudah terdapat empat orang yang juga ditunjuk oleh Yayasan untuk membuat konsep Dana Pensiun Universitas Perjuangan.
“Silakan duduk bu WR II, kita menunggu pak Ketua, baru kita akan memulai rapat pagi ini.” Dengan ramah, Wakil
Ketua Yayasan mempersilakan Renita dan pak Wahyu untuk duduk.
“Baik pak, terima kasih.” Renita segera mengajak Wahyu untuk duduk berdampingan.
Tidak lama kemudian, Ketua Pengurus Yayasan yang ditunggu sudah berada di ruangan. Karena waktu rapat sudah molor 30 menit, akhirnya pak Cahyo selaku Sekretaris Yayasan segera memulai rapat.
“Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu semua atas undangan kami. Yayasan kali ini bermaksud untuk membentuk
Dana Pensiun, agar pegawai UP juga merasa tenang akan masa tuanya. Karena sebagai pegawai yang swasta murni, sering kita dihantui saat sudah tidak ada lagi pemasukan untuk kita. Hal itu berbeda dengan yang dialami oleh Bapak/Ibu Dosen DPK yang dititipkan oleh LLDIKTI ke perguruan tinggi kita.” Ketua Pengurus mengawali dengan menyampaikan maksud dibentuknya Tim Penyusun Dana Pensiun.
“Untuk itu, kami akan tunjuk Pak Wahyu sebagai Ketua Tim, dengan WR II sebagai sekretarisnya. Silakan segera
disusun konsepnya, kemudian presentasikan kepada kami. Hari ini kebetulan, Rektor sudah ijin karena bersamaan dengan rapat pimpinan Universitas di LLDIKTI V. Jadi, jika tim sudah selesai membuat draftnya, Bapak/Ibu tinggal
mempresentasikan kepada kami.” Lanjut Ketua Pengurus Yayasan.
“Baik pak terima kasih, untuk wacana yang bapak sampaikan barusan. Tapi menurut saya, kita juga harus memperhatikan kemampuan dari keuangan kita, jangan sampai hanya pegawai yang pension di awal yang akan mendapatkan jaminan hari tua, sedangkan yang pension belakangan, sudah kehabisan uang. Jadi menurut pendapat saya, selain dana talangan yang dianggarkan oleh Anggaran Penerimaan dan Belanja Universitas
(APBU), pegawai juga perlu diberikan potongan berapa persen dari gaji pokoknya.” Renita menyampaikan apa yang ada di pikirannya.
“bagus itu, jadi tugas Tim ini bapak/ibu.. kita harus membuat konsep excel untuk membuat skema table penerimaan dana pension per bulannya, dimana table itu akan sama dengan table gaji.” Tommitius turut menyampaikan gagasannya.
Diskusi terus berlanjut, dan pak Wahyu sebagai Ketua Tim penyusun merangkum semua masukan dari peserta rapat. Pada dasarnya semua peserta setuju untuk wacana dana pension itu, dan tinggal menjabarkannya dalam klausul-klausul sehingga bisa digunakan sebagai pedoman.
******
Meskipun rutinitas kesibukan terus dijalani oleh Renita, tetapi perempuan itu dengan ditemani suaminya tidak pernah lupa untuk melakukan control pemeriksaan matanya di RSUP DR. Sardjito. Meskipun matanya belum bisa melihat secara jelas, Renita tidak menggunakan kesehatannya sebagai alasan untuk melupakan apa yang menjadi pekerjaannya di kantor. Dengan etos kerjanya, Renita tetap menyelesaikan semua yang menjadi tanggung jawabnya. Untungnya, Tim bidang II sangat solid, dimana mereka mau menback up tugas-tugas penting yang
digawangi oleh perempuan itu.
Ketika sedang membaca surat kabar harian, Renita tanpa sengaja mendengar ada panggilan telpon masuk. Namun. ketika perempuan itu mengambil ponselnya, panggilan itu telah berakhir. Terlihat kode area 0274 mengawali nomor telpon yang memanggilnya. Ketika Renita meletakkan telponnya, tiba-tiba ada pesan yang masuk ke nomornya.
“Ini dari Dokter Spesialis mata RSUP DR. Sardjito. Nyonya Renita dijadwalkan akan dilakukan suntik retina pada hari Rabu. Terkait dengan hal itu, hari Senin Nyonya Renita diharapkan untuk melakukan observasi di RSUP DR. Sardjito. Terima kasih.” Membaca tulisan SMS yang masuk ke ponselnya, Renita menjadi panik dan deg-degan.
“Kenapa bu Ren.. kok wajah bu Renita pucat. Ibu sehat..?” melihat perubahan raut wajah Renita, dari tempat duduknya Andi menanyakan kesehatan perempuan itu.
“Bacalah mas pesan di SMS ponselku, ini penipuan atau beneran.” Renita memberikan ponselnya pada Andi,
dan laki-laki itu membaca isi pesan tersebut. Selesai membaca, Andi mengambil nafas panjang kemudian mengeluarkannya.
“Bisa ya, bisa tidak Bu.. Jika tidak, kok orang itu tahu jika Bu Ren sedang periksa mata di RSUP Sardjito. Namun jika ya, kenapa dokter mau mengirim pesan dan tadi sempat miss call dengan Ibu.. Kenapa bukan petugas administrasi atau paling tidak perawatnya.” jawaban Andi malah membingungkan Renita.
“Atau Bu Renita telpon saja Bu.. biar tidak menerka-nerka. Jadi Bu Sapta bisa tahu, orang yang kirim SMS itu
menipu, atau beneran Dokter di rumah sakit itu..” Niken turut memberi masukan.
“benar juga mbak, kenapa aku menjadi blank seperti ini. Aku kan bisa konfirmasi ya, ini beneran atau hanya orang iseng saja.” Renita menyetujui usul yang disampaikan Niken.
Beberapa saat kemudian, Renita menekan panggilan keluar pada nomor yang tadi sempat miss call, dan masih ada
dalam log panggilan tidak terjawab.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments