Ketulusan Cinta Aluna

Ketulusan Cinta Aluna

Bab 1

Selamat datang di karyaku, semoga kalian suka dengan penyajianku. Mohon dukungannya ya, terima kasih. Selamat membaca.

"Apa, Dok? Alzheimer," ucap seorang gadis bernama Aluna. Gadis itu mengidap penyakit pelupa, suatu penyakit yang sering banyak orang alami. Tapi untuk penyakit alzheimer, adalah suatu penyakit yang cukup serius. Melumpuhkan sel-sel otak bahkan bisa sampai pada kematian.

Aluna tertegun mendapati kabar tentangnya, sungguh ironis bukan? Masih muda namun sudah pelupa. Lupa bisa saja terjadi pada siapa pun dan tidak memandang umur. Yang menakutkan baginya adalah kematian, Aluna tak menyangka akan memiliki penyakit yang serius seperti ini.

"Sejak kapan Anda sering lupa?" tanya dokter. Dokter itu hanya ingin memastikan karena obat-obatan bisa memperlambat pertumbuhan penyakitnya? Namun hasil diagnosis penyakit itu memang susah disembuhkan bahkan bisa seumur hidup. Hanya saja, Aluna bisa terapi dengan melakukan banyak beraktivitas dengan orang-orang yang ia kenal, dan itu bisa membuatnya kembali mengingat memorinya walau tidak sepenuhnya.

"Sudah beberapa hari ini saya sering lupa, bahkan dalam waktu dekat. Misal, saya simpan barang tapi saat itu juga saya benar-benar bisa lupa meletakkannya di mana?" terang Aluna.

"Baik, untuk beberapa hari ke depan, Anda bisa datang kembali dan kita lihat hasilnya. Saya mau memeriksa lebih lanjut," jelas dokter.

"Iya, Dok. Saya permisi kalau begitu," pamitnya.

Aluna pun keluar setelah selesai pemeriksaan. Penyakit itu membuat pikiran Aluna tidak tenang, ia berjalan seakan tak berpijak. Ia melewati lorong rumah sakit dengan tatapan kosong, terus berjalan tanpa henti bahkan tak melihat di sekitarnya. Tanpa sadar, ia sudah sampai di luar rumah sakit. Ada beberapa pekerja jalan yang sedang memperbaiki jalan rusak. Tanpa sengaja, Aluna menginjak jalan yang masih basah itu. Pada akhirnya, kakinya menjadi kotor.

Lalu, seorang pria di sebrang sana melihatnya. Jalan yang tengah ia perbaiki hancur seketika. Aluna masih terpaku, bingung harus bagaimana? Seorang pemuda pun menghampiriny dan memarahinya.

"Hey, Nona. Apa Anda tidak lihat kalau jalan ini sedang diperbaiki? Tidak lihat ada tanda di sana?" Tunjuk pemuda itu, ia kesal karena harus bekerja dua kali. Padahal ia sedang kejar target karena pekerjaan lain menanti.

Aluna terdiam, ia terkesima melihat pemuda tampan yang memakai seragam kuli bangunan itu. Kucuran keringat membuat ketampanan lelaki itu semakin terlihat. Aluna jatuh cinta pada pandangan pertama. Soal takut akan kematian itu mendadak sirna. Seakan memiliki semangat untuk sembuh dan hidup normal kembali seperti manusia pada umumnya.

"Hey! Apa kau tuli?" maki pemuda itu. "Dasar wanita aneh!" ucapnya lagi.

Aluna tak bersuara, bergerak pun tidak. Mau tak mau, pemuda itu mengangkat tubuh Aluna agar ia bisa memperbaiki jalan itu lagi. Susah payah, pekerja yang lain pun ikut membantu namun tak bisa mengomel seperti pemuda itu.

"Tampan sekali," gumam Aluna. Bukannya pulang, ia malah memperhatikan pria itu dari kejauhan. "Manis sekali, aku ingin berkenalan dengannya," ucapnya lagi.

Tibalah waktu istirahat para pekerja itu, dan Aluna masih setia berada di sana. Ia memberikan perhatian kecil pada pemuda yang tidak diketahui namanya itu. Aluna menghampirinya dan memberikan satu botol minuman yang sempat dibelinya.

"Ini untukmu." Aluna memberikan botol itu, tapi pria itu tak menoleh sedikit pun. Laki-laki itu tengah kelelahan karena harus kerja dua kali. "Aku minta maaf soal tadi, benar, aku tidak sengaja," kata Aluna. Tapi pria itu acuh padanya.

Setengah jam kemudian.

"Jam istirahat selesai, ayo kerja lagi," teriak mandor.

Para pekerja pun kembali bekerja, termasuk pemuda itu. Sayang, Aluna terus mengganggu. Ia terus memberikan minumannya, ia tak akan berhenti jika pria itu belum menerima.

"Apa Anda bisa diam dan tidak mengangguku?" katanya.

"Aku akan diam, tapi terima ini dulu. Kamu juga keringetan, aku lap ya?" Aluna mengambil sapu tangan di tas, hendak mengelap keringat yang berada di kening pria itu. Sampai-sampai lelaki itu menghentakkan kaki.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila? Jangan mengangguku!" teriaknya.

"Tapi niatku baik, itu keringatnya banyak sekali." Aluna ngeyel, ia tetap berniat mengelap keringat itu. Aksinya dilihat banyak orang, bahkan para pekerja yang lain pun hanya bisa menggelengkan kepala saat temannya itu diganggu oleh seorang gadis. "Hentikan! Pergi-lah!" usirnya.

***

Waktu terus berlanjut, para pekerja itu belum selesai dengan pekerjaannya. Bahkan Aluna saja masih setia menemani pria itu. Sikapnya sangat galak, tapi Aluna menyukainya. Seakan ada tantangan saat mendekatinya. Pria itu berbeda dari lelaki yang pernah ia kenal, cuek, dingin, tapi sangat menggemaskan. Aluna benar-benar sudah jatuh cinta. Bolehkah ia mengenalnya?

Tak ada kesempatan baginya untuk mundur, meski tidak mengenalinya, tapi entah kenapa pria itu mampu membakitkan semangatnya. Aluna duduk di bahu jalan, menyangga dagu dengan tangan sambil memandang makhluk Tuhan yang sangat sempurna di matanya. Bibirnya tersenyum melengkung. Ia sangat penasaran dengan sosok pria itu, tak ada yang memanggil pria itu bahkan ia kerja dengan fokus.

Tubuhnya gagah dan sangat mempesona, pria itu mengusap kucuran keringat di kening. Nampak lelah, ingin rasanya Aluna mendekat. Memberinya minum, mengelap keringatnya, sungguh romantis bukan? pikirnya.

Hingga akhirnya, para pekerja selesai dengan pekerjaannya. Pria itu pun berpisah dengan teman-temannya yang lain. Mengambil barang-barang miliknya. Hanya tas butut berwarna hitam yang diambilnya. Aluna kira itu tempat menyimpan alat-alatnya bekerja. Lalu pria itu kembali berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Mereka semua naik mobil pick-up, ia rasa mereka akan pulang karena waktu sudah sore.

Aluna mengikuti mobil itu, karena ia ingin tahu di mana tempat tinggalnya. Hingga beberapa saat, sampai-lah mereka di pemukiman yang cukup dipadati penduduk. Namun, pria itu turun lebih dulu. Aluna masih memperhatikan karena tidak ingin kehilangan jejak. Ia turun dari mobil dan mengikutinya dengan jalan kaki. Pria itu menuju bangunan tua yang tingginya beberpa tingkat, ia bisa menafsir tempat itu. Rumah susun, pria itu tinggal di rumah susun yang sudah kumuh. Tapi cukup dipadati penghuni. Banyak anak-anak di sana yang sedang bermain, pria itu tersenyum ramah pada anak-anak itu.

Aluna melihat dari bawah pohon besar yang tak jauh dari rumah susun itu. Pria itu masih terlihat, hingga akhirnya, pemuda itu masuk kesebuah pintu yang mungkin menjadi tempat tinggalnya.

"Oke, tampan. Kita akan berjumpa lagi besok," gumam Aluna. Sejenak, ia melupakan penyakit seriusnya itu. Ia juga yakin kalau suatu saat ia bisa mendapatkan laki-laki itu. Berpikir, bahwa ia cukup cantik sehingga ia memiliki modal untuk mendapatkannya. "Oke, Aluna. Semangat." Ia menyemangati diri sendiri, setelah itu ia pun undur diri dari sana karena pemuda itu sudah tidak terlihat. Ia akan menyiapkan diri untuk hari besok.

Terpopuler

Comments

itin

itin

jarang ditemui tokoh pria utamanya digambarkan sebagai pria B ajah tanpa gelar pangkat dan titel tinggalnya pun di rusun sederhana

2023-01-30

1

Yati Rosmiyati

Yati Rosmiyati

kok degdegan takutnya itu pemuda udah punya istri 🤭

2022-11-09

1

Yati Rosmiyati

Yati Rosmiyati

aku mampir Thor

2022-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!