Siang ini Aluna akan pergi ke tempat kerja suaminya untuk mengantarkan makan siang. Ia berharap tak ada wanita kemarin di sana. Aluna berjalan kaki menuju tempat kerja suaminya. Hingga tibalah ia di sana.
Iskhandar masih bekerja, dan Aluna memperhatikan dari kejauhan. Saat jam istirahat tiba, baru ia menghampirinya. Hal pertama yang dilakukan Aluna adalah menyodorkan sebotol air mineral. Dan Iskhandar menerimanya lalu duduk di tempat yang teduh. Aluna tersenyum melihat suaminya yang tengah meneguk minuman darinya.
Melihat jakun suaminya yang naik turun di tenggorokkan. Dan suaminya mengelap sudut bibir yang basah menggunakan tangan. Aluna segera membuka bekal makanan itu, lalu ia berikan kepada suaminya. Tak ada perlakuan kasar dari Iskhandar, ia menerima apa saja yang diberikan istrinya. Mungkin ancaman kemarin membuatnya tidak menyakiti istrinya.
Sampai makan siang itu selesai, Aluna masih menemaninya bahkan ia akan menunggu suaminya selesai bekerja. Semua teman-teman Iskhandar melihat Aluna yang dengan setia menunggu suaminya. Iskhandar tak bersuara saat teman-temannya melihat istrinya yang tengah duduk memperhatikannya.
"Istrimu cantik, dia setia sekali mau menunggumu. Kamu beruntung menikah dengannya," ucap salah satu temannya.
Dan teman-teman yang lain pun ikut tersenyum saat Iskhandar menjadi bahan ledekan. Menggodanya yang masih menjadi pengantin baru itu. Iskhandar tak menggubris, ia tetap saja fokus pada kerjaannya yang tengah memasang batu bata. Sampai jam kerja pun selesai. Iskhandar menghampiri istrinya dan mengajaknya pulang.
***
Aluna memeluk erat tubuh suaminya. Mereka tengah naik motor dalam perjalanan pulang. Suaminya tak menghiraukan pegangan itu, ia fokus pada kendaraan bututnya. Aluna senang dengan momen seperti ini. Ia pun berdiri lalu merentangkan tangan, merasakan angin menerpa di seluruh tubuh.
"Duduklah, nanti kamu jatuh!" teriak Iskhandar.
Aluna meletakkan tangan di kedua bahu suaminya, dan mencondongkan kepala. "Apa? Aku tidak mendengarnya?" tanya Aluna, ia begitu menikmati momen itu. Ia tertawa riang, sepolos itu kah kebahagiaannya? Aluna tak pernah menuntut apa pun dari suaminya, bisa berduaan saja ia sudah bahagia.
"Kataku duduk! Duduk yang benar," teriak Iskhandar lagi.
Aluna pun langsung duduk dan kembali melingkarkan tangan di pinggang suaminya. Melihat jalan sekitar yang cukup ramai. Hingga akhirnya, mereka melewati sebuah acara yang tengah berlangsung di sana. Penasaran, Aluna meminta suaminya untuk berhenti. Ia menepuk-nepuk bahu suaminya sebagai kode.
Iskhandar pun menepikan motornya. Aluna menunjuk ke sebrang sana. "Itu ada acara apa?" tanyanya. Tempat itu cukup ramai, bisa dibilang itu sebuah pestifal yang tengah berlangsung. Banyak para pedagang di sana, bermacam-macam pernak-pernik dan aksesoris yang menggantung untuk dijual. Penasaran, Aluna turun dari motor, bahkan suaminya belum menjawab pertanyaan darinya.
Terpaksa, Iskhandar menyusul istrinya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam sana. Sebelumnya ia memarkirkan motor bututnya di pinggir jalan sana. Ini pertama kali Aluna menjumpai tempat seperti itu, ia bagaikan anak kecil berlari ke sana kemari. Merasa takjub banyaknya pedagang yang berjajar di sana. Kenapa ia baru sekarang melihat acara seperti ini?
Senyum itu terus mengembang di bibirnya, dan Aluna melihat keberadaan suaminya. Ia menarik lengan Iskhandar untuk lebih melihat ke dalam sana, hingga pandangannya melihat ke satu titik. Ia melihat sebuah kalung liontin yang menggantung. Aluna menghampirinya dan menunjuk kalung tersebut.
"Aku mau itu," pinta Aluna. Kalung itu berbentuk hati yang di mana di dalamnya bisa menyimpan sebuah foto, ia ingin memiliki kalung itu agar bisa menyimpan foto suaminya. Dengan begitu ia tak akan lupa bahwa lelaki itu adalah suaminya.
"Aku tidak punya uang, lagian itu pasti mahal," ucap Iskhandar.
Air mata Aluna sudah menggenang, tapi ia tahan agar tidak keluar. Jika sudah mengenai uang, ia tak dapat memaksa. Tapi kenapa suaminya tak mau membelikannya? Bahkan suaminya mampu membelikan wanita itu peralatan make-up sampai-sampai, pembalut pun dibelikan oleh suaminya. Ia hanya meminta sebuah kalung, dan kalung itu tak begitu mewah sehingga Aluna dapat menafsir bahwa kalung itu tidak mahal.
Aluna merajuk, ia membalikkan tubuh dan perlahan menghilang. Iskhandar kehilangan jejak karena tempat itu cukup ramai.
"Kemana dia?" tanya Iskhandar sendiri. Ia mencarinya dan hasilnya nihil, namun ia terus mencari.
***
Aluna merutuk, ia merajuk karena suaminya tak mau membelikannya kalung itu.
"Aku hanya minta kalung murah, dan dia bilang tidak punya uang. Tapi kenapa untuk wanita itu ia mau membelikan semuanya? Aku memang tak berarti untuknya." Aluna menyeka air mata dan hatinya tengah sensitif.
Sampai ia menyadari bahwa dirinya sudah terlampau jauh dari tempat tadi. Aluna mengedarkan pandangan, ia tak mengenali jalan sekitar. Ia memutarkan tubuhnya melihat sekeliling. "Di mana aku?" Sepertinya Aluna tersesat. "Bagaimana caranya aku pulang? Aku tidak ingat tempat ini? Di mana suamiku?" Aluna benar-benar bingung.
"Aluna ...," teriak seorang wanita.
Aluna menoleh, lalu bibirnya tersenyum. "Hana," ucap Aluna.
"Kamu ngapain di sini sendiri? Mana Iskhandar?" tanya Hana.
"Aku tersesat, tadi aku bersama suamiku," jawabnya dengan bibir mengerucut.
"Kalian bertengkar?" duga Hana, ia dapat menyimpulkan gelagat Aluna.
Aluna menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Aku belum hafal daerah sini, jadi aku terpisah dengan suamiku. Tadi kami ada di tempat yang ramai, tanpa sengaja berpisah," alasannya. "Bisa kah kamu mengantarku pulang?" pinta Aluna dengan iba.
"Tentu, kami akan mengantarmu pulang," timpal Ahsam suami Hana.
Awalnya, mereka pun akan pergi ke acara yang didatangi Aluna. Berhubung harus mengantarkan Aluna pulang dan akhirnya mereka tidak jadi. Dalam perjalanan, Hana banyak bertanya mengenai kejadian kemarin saat Aluna pingsan.
"Kamu tidak apa-apa 'kan, Aluna?" tanya Hana.
"Tidak, aku baik-baik saja. Soal kemarin karena mungkin anemia," jawabnya.
Sedangkan Ahsam, ia tak banyak bertanya. Pria itu hanya menjadi pendengar setia. Hingga sampailah mereka di rumah susun. Aluna melihat motor suaminya sudah terparkir, dan segera ia masuk ke dalam.
***
"Dari mana saja? Seperti anak kecil saja," cetus Iskhandar.
Aluna tak menggubris, ia langsung saja masuk ke dalam. Ia haus dan segera ke dapur. Namun saat di sana ia melihat sebuah kalung tergeletak di atas meja. Aluna tersenyum dan hendak menemui suaminya. Tapi Iskhandar tidak ada, sepertinya pria itu sudah masuk ke dalam kamarnya.
Aluna pun masuk ke kamarnya. Ia memasukkan foto suaminya ke dalam kalung itu, ia juga menuliskan sesuatu. "Suamiku," ucap Aluna sambil menulis di belakang foto itu. Dengan begitu ia akan selalu mengingat suaminya, mengingatnya dalam sebuah pernikahan. Ia telah menjadi seorang istri. Aluna mencium kalung itu lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang beralaskan tikar. Akhir-akhir ini ia sering lupa sehingga ia harus menjaga ingatannya bahwa Iskhandar suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
Iskandar udah mulai perhatian walaupun sedikit 🤭
2022-11-09
1
Tarigan Veronika
sedih thor ceritanya
2022-10-14
0
Kasma Aisya
lanjut Thor🥰
2022-09-21
0