Aluna dan suaminya tengah sarapan.
"Terima kasih," ucap Aluna tiba-tiba.
"Terima kasih untuk apa?" balas suaminya.
"Ini." Aluna menyentuh kalung yang tengah dipakai. "Aku suka, lihatlah cantik bukan?" Aluna membuka kalung berbentuk hati itu. "Ini aku dan ini suamiku." Tunjuknya lagi.
Iskhandar tak merespons, ia hanya melirik sekilas. Lagian, ia tak peduli kalung itu mau dikenakan atau tidak. Ia terpaksa membeli kalung itu agar keluarga istrinya melihat kepeduliannya terhadap istrinya. Kalung itu imitasi, dan Aluna sudah cukup bahagia saat mendapatkannya.
"Oh iya, boleh aku keluar sebentar? Aku mau pergi ke rumah temanku yang sedang ulang tahun," izin Aluna.
"Pergi-lah, tapi jangan pulang larut. Kamu harus sudah ada di rumah sebelum aku pulang," jawab Iskhandar.
Aluna mengangguk mengerti.
"Tapi bereskan dulu rumah, setelah itu baru boleh pergi," tutur suaminya lagi.
***
Setelah kepergian suaminya, Aluna segera membereskan rumah. Menyapu, mengepel, mencuci piring dan tak lupa mencuci pakaian. Sampai waktu kepergiannya pun tiba. Kini ia sudah siap-siap, tak lupa memoles wajahnya yang semakin pucat. Meski begitu tak membuat Iskhandar bertanya, apa istrinya sakit atau sehat?
Aluna tersenyum di depan cermin, lalu meraih tas kecil miliknya. Sebelum pergi, ia akan ke butik untuk menemui Bella. Ia akan meminta adiknya untuk menemaninya. Tibalah ia di tempat kerja adiknya. Seperti biasa, semua karyawan menyapanya dengan ramah.
Aluna segera pergi ke ruangan Bella, karena gadis itu tengah mempersiapkan desain baju pengantin. Lalu, Aluna pun masuk dan Bella melihat kedatangan kakaknya.
"Hai," sapa Aluna.
Bella menghentikan pekerjaannya, ia langsung menghampiri kakaknya. Melihat penampilan sang kakak, baju yang dikenakan Aluna sangat longgar. Entah berapa kg berat badannya turun. Baju yang dikenakan Aluna adalah hasil desainnya sendiri. Bella merasa iba melihat perubahan kakaknya. Tapi ia tak menunjukkan itu di depan sang kakak, ia tak ingin mematahkan semangat kakaknya.
"Kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang ke sini, tau begitu aku cansel pekerjaanku," ucap Bella.
"Aku ke sini hanya mau minta antar ke dokter, kamu tidak sibuk 'kan?"
Bella menggelengkan kepala, walau ia sibuk ia tetap akan meluangkan waktu untuk kakaknya. Ia lebih memilih dimarahi custumer dari pada harus mengecewakan kakaknya. Tak menunggu lama, Bella langsung meraih tas miliknya dan segera mengajak sang kakak untuk segera berangkat.
"Ayok," ajak Bella. Aluna tersenyum melihat kepedulian adiknya, ia langsung menggandeng Bella.
Di dalam mobil.
"Bella, Kakak minta maaf ya?" ucap Aluna.
"Minta maaf untuk apa? Emangnya Kakak ada salah?"
"Obat kemarin hilang, Kakak lupa meletakkannya di mana." Terpaksa Aluna berbohong, padahal obat itu terjatuh karena kemarahan suaminya.
"Terus, Kakak tidak minum obat?" tanya Bella. Aluna menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Kenapa tidak bilang? Tahu begitu aku akan belikan lagi."
"Ya, makanya Kakak minta antar ke dokter. Akhir-akhir ini Kakak sering tersesat, lupa jalan pulang," jelas Aluna.
Bella yang mendengar terasa sakit di hati. "Asal jangan lupa kepadaku ya? Aku menyayangimu," tutur Bella.
Sampailah mereka di rumah sakit.
Aluna mau pun Bella sangat terkejut saat mendengar penjelasan dokter dengan hasil pemeriksaannya. Bella menatap wajah kakaknya, Aluna tengah menunduk setelah mendengar kabar berita. Ia mengatakan semua keluhan yang dialami kepada dokter.
"Bagaimana kalau Kakak lupa kepada suami Kakak? Lupa padamu juga ayah dan ibu, bagimana?" lirih Aluna. Bagai hidup diperasingan membuatnya takut.
Bella mendekap tubuh sang kakak, keduanya menangis karena merasa takut kehilangan. Dokter yang melihat pun ikut meneteskan air mata. Pasalnya, dokter itu mengalami kehilangan kerabat yang memiliki riwayat seperti Aluna.
"Kakak jangan takut, sebisa mungkin aku akan membantu Kakak," kata Bella. "Bila perlu setok obat, dan Kakak jangan pernah telat minum obat," sambung Bella.
"Dokter, obat bisa memperlambat demensia itu 'kan?" tanya Aluna. Tapi sayang, penyakit yang diderita Aluna itu bukan demensia, alzheimer itu sangat mematikan meski meminum obat dengan rutin perlahan memori yang ada dalam otak itu akan menghilang. Aluna merasa hidup sendiri, tak ada yang ia kenali meski terkadang memori itu muncul walau hanya sesaat.
Kini keduanya berjalan bersama, saling berhimpitan tubuh. "Kakak jangan takut, semuanya akan baik-baik saja. Ada aku juga ayah dan ibu yang sangat menyayangimu," ucap Bella.
"Jangan katakan tentang rumah tanggaku kepada mereka, aku takut ayah menjemputku dan memisahkanku dengan suamiku. Aku yakin, kelak suamiku mencintaiku," yakin Aluna.
"Hmm," jawab Bella, meski ia tak janji akan membiarkan kakaknya hidup menderita di sisa umurnya. Kini, mereka menghabiskan waktu bersama. Hari sudah larut, Aluna lupa akan pesan suaminya. Ia terlalu asyik dengan adiknya itu, mereka memang sering menghabiskan waktu bersama, setelah Aluna menikah Bella merasa sendiri. Itu mengapa ia tak rela jika kakaknya tersakiti.
"Jam berapa sekarang?" tanya Aluna.
"Jam 9," jawab Bella melirik jam di tangan.
Awalnya Aluna santai karena tak ingat akan izin dari suaminya yang memakai syarat. Setengah jam kemudian ia teringat akan suaminya.
"Bella, aku harus pulang. Aku lupa kalau aku harus pulang sebelum suamiku sampai, dan aku rasa aku sudah terlambat. Bagaimana ini? Aku takut dia marah." Aluna jadi kalang kabut.
"Tenanglah, Kak. Ada aku, suamimu tidak akan marah." Bella mencoba menenangkan kakaknya. "Ayok, aku antar sampai rumah. Bila perlu aku akan menghadapinya."
***
Mereka berdua pun sampai. Bella mengantar sang kakak sampai rumah kumuh itu. Kalau bukan mewujudkan keinginan kakaknya, ia tak akan membiarkan Aluna hidup dalam penderitaan. Meski Aluna sering berkata bahwa dirinya bahagia.
"Ayo masuk," ajak Aluna.
Saat pintu terbuka, Iskhandar pun tengah berdiri menghadap pintu. Awalnya ia akan memarahi istrinya karena selalu ingkar akan janjinya yang akan pulang tepat waktu. Tiba-tiba, Bella masuk dan membuat Iskhandar terkejut.
"Maaf, telat mengantarkan istrimu!" Nada Bella terdengar sinis. Ia tak menyukai kakak iparnya itu, lagi-lagi ia melakukan itu demi kakaknya
Iskhandar tak menjawab, ia hanya melihat wajah istrinya sekilas. Lalu masuk ke dalam kamar.
"Apa sikapnya memang begitu? Tidak sopan sekali," rutuk Bella.
"Hah, apa, Bella? Kamu mengajakku bicara?" tanya Aluna.
"Tidak, sebaiknya aku pulang sekarang. Kakak hati-hati di sini, sepertinya di sini ada jin." Ucap Bella sedikit berteriak, ia berharap kakak iparnya mendengarnya.
Aluna hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Ada-ada saja."
Selepas kepulangan Bella, Aluna pun masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang cukup lelah dengan aktivitasnya hari ini. Sikap Iskhandar masih tetap sama, tetap dingin dan irit bicara. Sehingga Aluna tak menghiraukan sikap suaminya hari ini. Ia harus fokus pada kesehatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Sedihnya
2023-08-26
0
ReineIsQueen05
sedih bgt baca bgian ini
2022-09-26
1
Puja Kesuma
gk usah open tuh iskandar...biar dia mau marah kek mau ngamuk kek biarkan aja...
2022-09-22
0