Bab 20

Hari ini, Iskhandar datang kembali dengan penuh harap. Setiap hari ia datang namun selalu diusir oleh penjaga di sana, dan ia tak bertemu dengan istrinya. Kali ini, ia melihat Aluna yang tengah menyirami tanaman bunga di depan rumahnya. Iskhandar memanggilnya.

"Aluna!" teriak Iskhandar, pria itu tengah dicegat oleh beberapa orang penjaga di sana. Tubuhnya tertahan sehingga ia tak dapat masuk ke dalam sana. Aluna pun menoleh lalu mendekat ke arah pintu gerbang. Kala itu tak ada Mohan atau pun Bella atau ibunya, sehingga tak ada yang berani mencegah Aluna untuk mendekat.

"Apa kamu tidak mengingatku? Aku ingin bicara denganmu, kamu istriku," jelas Iskhandar.

Aluna menggelengkan kepala, kalau pria itu suaminya kenapa tak hidup bersamanya? Aluna mundur beberapa langkah. Lalu Iskhandar merogoh saku celana ia memperlihatkan sebuah kalung dan menunjukkan dalaman kalung itu yang terpasang fotonya juga istrinya. Perlahan, Aluna kembali mendekat. Ia meraih kalung itu dari sisi pagar dan benar di sana ia melihat gambar dirinya.

Aluna mencoba mengingat, tapi ia kesulitan untuk mengembalikan memorinya. Ia menyentuh kepala yang terasa sakit akibat memaksakan diri untuk mengingat semuanya. Tak lama kemudian Aluna jatuh pingsan, dan Iskhandar berontak. Ia melepaskan diri dari cengkraman penjaga itu. Ia berhasil masuk dan dapat meraih tubuh istrinya yang sudah tergeletak.

Saat Aluna berada dalam dekapan Iskhandar, tiba-tiba Mohan datang ia baru saja pulang dari tempat kerja karena mendapat kabar bahwa menantunya datang dan buat Aluna jatuh pingsan. Mohan mengambil alih tubuh anaknya dan menyingkirkan Iskhandar.

"Kenapa diam saja, panggil dokter!" teriak Mohan kepada anak buahnya. "Kenapa kalian bisa seceroboh ini? Membiarkan orang asing masuk ke dalam rumahku, hah?!" Mohan murka. Tak lama, pria paruh baya itu pun membopong tubuh putrinya, dan kali ini ia akan memberikan pelajaran kepada Iskhandar.

Tubuh Aluna direbahkan di tempat tidur, dan dokter yang selalu siap pun langsung tiba dan tak membutuhkan waktu lama. Saat dokter memeriksa, Mohan melipir pergi untuk menemui Iskhandar.

***

Iskhandar sudah disekap oleh anak buah Mohan. Tangannya terikat ke belakang. Tak lama Mohan datang dan langsung menghajar menantunya itu.

"Belum cukup kamu buat anak-ku menderita, hah? Apa maumu? Menyiksa putriku dan secara perlahan membuatnya mati begitu?!" tanya Mohan.

Bugh ...

Pukulan mendarat di bagian perut Iskhandar. Pria itu meringis kesakitan. Tak berani melawan karena tak ingin masalah semakin runyam.

"Izinkan aku bicara dengan istriku, dia masih istriku dan aku berhak atas dirinya," jawab Iskhandar.

"Apa?" Mohan tertawa terbahak. "Sejak kapan kamu mengakui putriku itu sebagai istrimu, hah?!" Mohan menatap tajam menantunya itu. "Kamu tidak berhak atas Aluna, kamu sudah menyia-nyiakan putriku. Menelantarkan hidupnya dan tak menghidupinya layaknya seorang istri."

"Ku mohon beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku," pinta Iskhandar.

"Kenapa? Kenapa baru sekarang? Apa karena putriku sakit dan kamu kasihan padanya?" kata Mohan dengan napas yang memburu menahan amarah. Selama pernikahan Aluna tak diberikan kebahagiaan, itu makanya Mohan sangat murka. Padahal ia telah membantu menggagalkan tempat tinggalnya digusur, tak hanya disitu, Mohan juga menikahkannya dengan putrinya yang cantik. Ketidakbersyukuran Iskhandar membuatnya benci kepada menantunya.

"Kamu orang yang paling tidak bersyukur!" cetus Mohan lagi.

Iskhandar bukannya tidak bersyukur, dirinya telah salah paham atas apa yang dilakukan Mohan, ia berpikir Aluna mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hidup menjadi orang miskin membuatnya selalu tertekan, ia tidak tahu akan ketulusan cinta Aluna. Aluna mengharapkan dalam pernikahan ini ia akan menemukan kebahagiaannya di sisa umurnya.

***

Aluna sudah diperiksa oleh dokter, dan sekarang dirinya telah sadar. Aluna di temani oleh Bella juga ibunya. Bella mau pun ibunya tahu akan keberadaan Iskhandar yang tengah bersama Mohan. Entah apa yang dilakukan Mohan di sana, Bella tahu bagaimana sikap ayahnya jika sudah marah. Tak akan membiarkan siapa pun menyakiti keluarganya.

"Bu," panggil Aluna. "Di mana laki-laki itu?" tanyanya. "Dia datang dan mengaku bahwa dia suamiku, apa betul dia suamiku?" sambungnya.

Tak ada yang berani menjawab. Mereka patuh kepada aturan Mohan. Aluna tak memaksa mereka untuk menjawab, ia menyentuh perutnya sambil menangis. Ia ingin mengingat semuanya, tak ada satu pun memorinya yang kembali dalam ingatannya. Lumpuh ingatan membuatnya tertekan, tidak bisa yang dapat dilakukan. Ia bagaikan robot yang hidup.

Bella dan ibunya hanya saling menatap satu sama lain. Tak lama dari situ, Mohan kembali. Dan melihat putrinya yang telah sadar. Aluna tak berani menanyakan keberadaan pria asing itu, menurutnya selain keluarga semuanya terasa asing. Bahkan ia lupa kalau tadi Iskhandar menunjukkan sebuah kalung padanya.

Mohan menghampiri Aluna, mengusap lembut kepalanya. "Istirahatlah, jangan memaksan mengingat semuanya. Kami selalu ada bersamamu." Tanpa membahas Iskhandar, Mohan langsung pergi. Bahkan ia telah mengusir menantunya, berharap laki-laki itu tak berani datang kembali.

***

Keesokan paginya.

Aluna kembali pada aktivitasnya, aktivitas yang membuatnya bosan. Tak ada kegiatan yang menyenangkan selain merawat tanaman di sana. Bahkan jawaban siapa yang telah menghamilinya pun belum diketahuinya.

Tiba-tiba langkah Aluna terhenti, ia merasakan pijakannya. Ada sesuatu yang terinjak olehnya. Mengangkat kakinya lalu melihat sebuah kalung di bawah sana. Aluna meraihnya dan membuka liontin itu, melihat gambar dirinya juga pria asing itu di sana. Melepas foto itu dari liontin dan melihat sebuah tulisan di sana.

"Suamiku," ucap Aluna. Memorinya berputar ke beberapa bulan silam, dari pertama mulai bertemu dengan suaminya. Lalu menikah dengannya, ia juga mengingat kenapa dirinya hamil. Aluna menangis, ingatannya kembali walau hanya sesaat.

"Aku sudah menikah, dia suamiku," ucapnya lirih.

Lalu, Bella pun menghampiri kakaknya yang tengah menangis. "Kakak, kamu kenapa?" tanya Bella. Lalu ia melihat sebuah foto yang di genggam kakaknya.

"Pria itu suamiku, Bella. Aku ingat siapa dia," ucap Aluna tanpa berhenti menangis.

Bella senang bila ingatan kakaknya pulih, tapi ia juga takut akan kehilangan sang kakak. Aluna hendak pergi tapi dicegah oleh adiknya.

"Kakak mau kemana? Kakak tidak boleh kemana-mana," cegah Bella.

"Kakak harus menemuinya, dia suami Kakak."

"Tapi dia tidak mencintaimu, dia telah mengusirmu. Bahkan dia tidak peduli padamu, dia hanya kasihan padamu," terang Bella.

Perkataan Bella membuat Aluna kembali menangis mengingat betapa kejamnya mulut suaminya. Tapi ada anak dalam kandungannya, suaminya perlu tahu itu. Karena tak ingin buat sang kakak tambah menangis, Bella mengajak kakaknya masuk ke dalam untuk menenangkannya. Ia juga berjanji akan membantunya, tapi tidak untuk sekarang. Walau bagaimana pun ia harus mendapatkan izin dari sang ayah.

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

mumpung saat itu ingatan aluna kembali kau hrs bantu pertemukan aluna dgn iskandar bella... klo bsok blom tentu ingat lg

2022-09-25

1

Sri Fauziahanwar

Sri Fauziahanwar

kasihan aluna

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!