Bab 11

Setelah kejadian kemarin membuat Aluna tak bisa bergerak bebas. Kini ia tengah duduk di kursi sambil menatap ke arah luar jendela. Seharusnya pagi ini ia pergi ke pasar untuk kebutuhan dapur. Tapi ia malah termenung dan merasa bosan. Di luar sana banyak anak-anak yang sedang bermain. Hingga ia memiliki ide agar tidak bosan.

Aluna keluar dari rumahnya, dan menyapa anak-anak yang umurnya sekitar 4 sampai 5 tahun. "Siang anak-anak?" sapanya ramah.

Anak-anak kecil itu pun berkumpul mengelilingi Aluna. Wajah cantiknya membuat anak-anak itu suka, apa lagi senyum ramah yang ditunjukkan olehnya.

"Kakak ... Kakak ...," panggil gadis kecil yang dikuncir dua.

Aluna menghampiri dan mensejajarkan tubuhnya. "Ya, sayang," jawab Aluna ramah.

"Nama Kakak siapa? Kakak cantik sekali, Kakak warga baru ya di sini?" tanyanya, dan itu sangat menggemaskan bagi Aluna. Aluna mengangguk sambil mencubit pipi gembul anak gadis itu.

"Nama Kakak, Aluna. Kalian bisa panggil Kak Luna," ucapnya. "Kalian mau tidak belajar sama Kakak? Kita belajar membaca dan menghitung." Anak-anak itu serentak mengangguk.

Dan tiba-tiba ... Seorang wanita datang menghampirinya. Aluna yang melihat pun berdiri sambil tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Mereka baru pertama kali bertemu. Aluna tak keluar rumah selain ke pasar dan mengantarkan bekal untuk suaminya, selebihnya ia akan berdiam di rumah mengerjakan pekerjaannya di dalam sana.

"Kamu Aluna, ya?" tanya wanita itu. Aluna mengangguk. "Aku Hana, istrinya Ahsam," kenalnya kemudian.

Aluna hanya tersenyum karena ia tak mengenal siapa Ahsam. Tak ada yang ia kenal di sana selain suaminya. "Suamiku berteman dengan Iskhandar, dan mereka masih satu kerjaan, suamiku pernah cerita kalau kamu suka mengantarkan bekal untuk suamimu," ucapnya lagi.

"Oh iya, tapi aku tidak mengenal suamimu," jawab Aluna. "Aku mau bantu anak-anak belajar, apa kamu bisa membantuku? Aku bosan di rumah dan tidak ada kerjaan yang harus aku kerjakan," jelasnya.

"Tentu, apa yang bisa ku bantu?" tanya Hana.

"Kamu bisa bantu aku mengumpulkan anak-anak, aku rasa masih ada sebagian yang belum terkumpul."

"Oke, aku akan panggil anak tetangga untuk berkumpul bagi yang mau ikut. Kita bisa mengajar mereka di sana." Hana menunjuk pojokkan yang biasa dipakai anak-anak bermain.

***

Semua anak-anak sudah terkumpul, bahkan Hana ikut duduk bersama anak-anak di sana. Sikap lembut Aluna membuat mereka menyukai caranya mengajar, Aluna juga sambil bernyanyi menerangkan setiap pelajarannya. Mereka semua bergembira dan tertawa riang.

Hana pun ikut senang, adanya Aluna di sana membuat anak-anak yang tidak mampu bisa merasakan belajar. Aluna terdiam sejenak saat menerengkan, matanya berkunang-kunang. Ia juga penyentuh kepalanya yang mendadak sakit. Penglihatannya menjadi tidak jelas, hanya suara anak-anak berisik yang tedengar di pendengarannya.

"Aluna ..." Hanya kata itu yang terakhir di dengarnya.

Seketika, Aluna jatuh pingsan. Hana yang sedari tadi memperhatikannya langsung saja menghampiri tubuh yang sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai. Anak-anak itu menjadi berisik saat melihat guru baru mereka jatuh pingsan

"Anak-anak, bantu Kakak membawa Kak Luna," pinta Hana. Anak kecil itu pun ikut membantu menggotong Aluna dan membawanya ke rumahnya. Hana menjadi panik dan ia terus mencoba membantu Aluna tersadar.

Tak lama, jam pulang Iskhandar pun tiba. Dan ia baru sampai di rumahnya. Ia melihat Hana di sana, ia juga melihat istrinya beranjak dari posisinya. Ia tak tahu kalau istrinya baru saja sadar dari pingsannya. Aluna mendudukkan tubuhnya di kursi, ia menyentuh kepalanya yang masih terasa berat, lalu melihat ke sekeliling.

"Siapa mereka? Aku ada di mana? Kenapa aku ada di sini?" batinnya. Aluna tak mengenali siapa yang ada di hadapannya.

"Ada apa ini? Kenapa kalian ada di rumahku?" tanya Iskhandar kepada Hana juga anak-anak yang masih tersisa di sana. Segerembol anak-anak itubpun langsung keluar karena takut.

"Ta-tadi." Hana ragu melanjutkan kata-katanya karena melihat Iskhandar berbeda dari Iskhandar yang biasanya. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke Aluna, wanita itu pun hanya diam sehingga akhirnya Hana pun pamit dan segera melipir. Ia takut akan kesalahpahaman di sana.

"Apa kamu buat masalah selama aku pergi?" tanya Iskhandar.

Beberapa saat, Aluna ingat siapa lelaki yang ada di hadapannya itu. Suara yang sudah tidak asing lagi di pendengarannya.

"Sudah ku bilang jangan kemana-mana, kenapa kamu berani keluar tanpa izinku?" murkanya Iskhandar.

Aluna tak menjawab, yang ada dalam pikirannya malah ingatannya yang semakin memburuk, bahkan ia mulai tak mengenali suaminya walau hanya sesaat. Apakah penyakitnya semakin parah? Tapi kenapa penyakitnya lebih cepat dari perkiraan dokter? Apa ia tak mengkonsumsi obat sehingga ingatannya semakin memburuk? pikirnya.

***

Keesokan paginya.

Aluna kembali pada aktivitasnya. Pagi ini ia terlihat murung, tak ada wajah ceria yang sering ia tunjukkan disetiap harinya. Walau sikap suaminya selalu dingin, tapi ia selalu berusaha menampilkan senyum manisnya. Tak ada ocehannya pagi ini, ia fokus pada makanan yang tengah dimasaknya.

Iskhandar sudah duduk di kursi meja makan, ia melihat punggung istrinya. Gadis itu tengah menyiapkan sarapan untuknya. Lalu Aluna membalikkan tubuhnya karena masakannya sudah jadi. Suaminya pun langsung memalingkan pandangannya kesembarang arah. Aluna meletakkan piring berisikan makanan tanpa ekspresi, bahkan tak menoleh sedikit pun pada suaminya. Aluna merajuk karena sikap suaminya yang tak memberi izin walau hanya sekedar keluar rumah.

Iskhandar menyadari itu, ia tahu apa penyebabnya mungkin karena kejadian kemarin membuat istrinya murung. Ia memarahi istrinya seperti anak kecil yang tengah nakal.

"Siang nanti antarkan aku makan siang," ucap Iskhandar tiba-tiba.

Aluna menoleh dan menatap wajah suaminya, mencari keseriusan di sana. "Kenapa? Apa kamu tidak mau mengantarkan makanan untukku?" tanyanya.

Aluna mengangguk, namun berikutnya menggelengkan kepala. Ia jadi salah tingkah. Tentu ia mau mengantarkan bekal untuk suaminya, dengan senang hati ia akan melakukannya.

Wajah cantiknya langsung bersinar, bahkan ia akan memasak masakan yang paling enak untuk suaminya nanti.

"Aku kerja dulu," ucap Iskhandar. Lalu ia beranjak hendak berangkat. Aluna mengntarkan suaminya sampai ambang pintu. Setelah mengantarkan suaminya ia segera berkutat di dapur, menyiapkan bahan makanan yang akan dimasaknya nanti.

Aluna sudah senang dengan perlakuan suaminya hari ini, pria itu sudah mengizinkannya kembali keluar rumah. Kebahagiaan Aluna tidak muluk-muluk, cukup mendapatkan perlakuan baik dari suaminya saja sudah cukup buatnya bahagia.

Terpopuler

Comments

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

ayo kak bikin aluna pisah ama si iskandar dan gilirian dia yg berjuang jdi menantu dan suami

2022-09-21

1

Puja Kesuma

Puja Kesuma

nyesek liat aluna sperti itu...takutnya nanti aluna nyasar dijalan gk tau kerjaan suami dmn gak tau rumahnya dmn...

2022-09-21

0

Tyara Inasti

Tyara Inasti

ahhh kdg q baca nya ikut terbawa suasana semangat Thor semoga sukses dn up yg byk hehe menunggu

2022-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!