"Hei bocah, Bisa bisanya di waktu seperti ini berkeliaran main main, di sini bukan tempat untuk main main! ", bentak orang itu.
Mo mendatangi orang itu dan memarahinya " Kenapa kau tidak langsung buka pintunya?? Kau mau membiarkan kami mati?"
Orang itu cuman tertawa sinis. " Hehe, bukan begitu bocah aku tidak mau berinteraksi dengan siapapun, ini tempatku, dan aku tidak berharap kedatangan tamu".
Ketika nafasku mulai normal, ku datangi pria itu ku ajak dia berbicara dan meminta bantuan nya untuk mengobati ragol yang terluka. " Maaf Pak, kami ini bukan berandalan yang cuma keloyongan main main, kami lagi dalam keadaan darurat", bilang ku.
" Dari mana kalian? ", tanya orang itu bertanya. " Kami sedang berlibur di pondoan village, kami tidak tahu informasi apa apa karena di sana tidak ada media elektronik
, dan sinyal susah di jangkau dan tiga hari terakhir kami di sana, sinyal hilang total, kami tidak bisa menghubungi keluarga kami, dan ketika kami dalam perjalanan pulang, kami di tahan di kamp karantina, dan mendapatkan info tentang boyo city, tapi kami tidak yakin, kami tetap memutuskan untuk pulang dan kabur, dalam perjalanan kami terpisah dengan sebagian dari kami, kemudian temanku ini terluka, makanya kami ke rumah sakit ini dengan maksut mencari pertolongan , jadi mohon mengertilah pak", ku jelaskan situasi ku dan teman teman ke dia.
" Hei.. Hei.. tunggu...Temanmu terluka? Terluka karena apa? Hei.. Jangan jangan temanmu terinfeksi virus?", orang itu terlihat bingung dan mendatangi ragol yang terbaring di kasur. Dia memeriksa luka di leher ragol.
" Wah!.. Terinfeksi!, ini infeksi!! kenapa kalian bawa dia?! Cepat Keluarkan dia! ", ujar orang itu. Omongannya tentu saja menyulut kemarahan ku, mo dan terlebih lagi Fadil.
" Jangan sembarangan bicara!, apa maksutmu?!", Fadil marah sambil mencengkaram baju orang itu. " Sabar bocah, kau gak mikir? Lihat dia, itu luka akibat infeksi, kalian gak lihat makhluk yang menyerang kalian di luar tadi?, itu menular!, temanmu akan berubah juga menjadi makhluk itu!, dan itu yang terjadi dengan semua orang, semua orang di boyo city menjadi seperti itu!, semuanya! ", ujar pria itu.
Fadil mendorong pria itu hingga tersungkur dia terlihat sangat marah, " Bangsat!, kau menuduh saudaraku berubah menjadi makhluk jelek liar? Kau yang terjangkit virus mulutmu itu yang penuh virus! ", Fadil marah dan seolah akan bertindak memukul pria itu.
Aku dan mo menenangkan Fadil. " Tunggu dil, kita tanya tanya dulu orang ini ", ujarku. " Tanya apa lagi Rif? Ini orang gak bener, dia menyuruh kita mengusir ragol! " , sahut Fadil. " Sabar, sabar, kita tanya dulu dia, kita sekarang harus butuh bantuan dil" , sahutku. Fadil melepas cengkramannya kepada pria itu.
"Hmm, aku mencoba berpikir rasional di sini, aku jelaskan kepada kalian situasi sekarang, aku tahu jenis luka yang terinfeksi virus atau tidak", sahut pria itu.
" Omong kosong! , kau cuman sembarangan ngomong! ", Fadil membentak pria itu sambil mengangkat kepalan tangannya. Aku dan mo menahan Fadil agar tak memukul pria itu. Aku ingin tahu siapa orang ini dan mungkin ada informasi yang jelas untuk kami.
" Hei, kalian harus hormati aku!, kalian utang nyawa dengan ku, kalau tidak ku buka pintunya kalian sudah di lahap habis", pria itu melawan bentakan Fadil.
Fadil semakin marah dan hendak memukul pria itu, namun mo menahannya dan menariknya hingga terjatuh. "Iya aku mengerti, tapi tolong jangan memancing kami dengan perkataan yang gak enak di dengar, kami ini enggak tahu apa apa dan butuh bantuan, jadi aku ingin bapak bekerja sama dengan kami, tolong bantu kami", ujarku.
" Sialan!, lepasin mo! ", Fadil masih marah dan bergelut dengan mo yang memegangi badannya. " Sabar dil!, biar orang itu menjelaskan dulu", bilang mo. " Aku akan menjelaskan semuanya ke kalian, tapi tolong temanmu itu suruh tenang dulu", kata si pria sambil menunjuk Fadil.
Ku datangi Fadil dan ku tenangkan dia. "Hei dil, aku tahu aku juga marah dengan omongan orang ini, tapi kita harus tenang dulu jangan gegabah, kita harus cari informasi dulu, kita butuh bantuan orang lain, kau tahu sendiri kan seisi rumah sakit ini kosong", kataku. " Aku enggak percaya dengan orang itu!, ingat enggak? Pak boy bilang jangan percaya dengan orang asing", sahut Fadil.
" Iya paham, kita juga orang asing bagi dia. Kita harus tenang dulu, kita cari tahu dulu, mungkin saja kita bisa dapat bantuan, lagian orang ini membiarkan kita masuk, jadi.. Kita tanya dulu dil, kalau emang nanti kelihatan gelagat orang ini enggak baik, kita tinggalkan dia ", ku bujuk Fadil yang marah. Wajar Fadil tak Terima ragol saudaranya di bilang terinfeksi virus dan di anggap membahayakan. Apa lagi Fadil orang yang berwatak keras.
" Oke, kalau dia aneh aneh lagi, ku benturin kepalanya ke tembok ",ujar Fadil. Ketika Fadil tenang, aku menanyakan hal hal seputar situasi boyo city dan siapa orang ini kenapa dia berada di rumah sakit mengunci diri di kamar ruang operasi.
" Nih", pria itu melempar sebuah ID card berisikan biodata dirinya, ternyata dia dokter namanya syaugi. "Makanya aku tahu tentang luka infeksi yang ada di leher temanmu ini, maaf aku tak bermaksut kasar, tapi emang kenyataanya seperti ini", ujar dokter syaugi.
" Kalau kau dokter, kenapa kau enggak sembuhkan lukanya? ", sahut Fadil. " Hehehe, kalian kira aku diam saja? Lihat di balik tirai ini", dokter itu membuka dan melepaskan tirai sekat dan melihatkan pemandangan yang mengerikan.
"Ohhh astaga. .", mo kaget, aku menahan napas melihatnya. Tubuh mayat seseorang terbaring di kasur dengan perut yang menganga bolong, isi perutnya terceceran. Darah di mana mana. " Ya, ini yang aku lakukan, aku melakukan eksperimen, aku lakukan semuanya", ujar dokter itu.
"Si.. Siapa itu? ", tanya mo. " Dia rekan kerjaku, dia terinfeksi, aku berusaha menolongnya namun sia sia, aku masih melakukan pekerjaan ku, aku analisa anatomi organ tubuhnya, tapi sia sia", ujar dokter itu.
" 8 hari yang lalu aku di tugaskan dari Djekarda city ke Boyo city, aku bersama 5 orang tim ahli di utus pemerintah untuk menangani kasus virus COIT 20 yang terus meningkat pesat dan jumlah korbannya semakin tak terbendung.
Aku ahli virologi. Aku dan timku menganalisa korban yang terjangkit virus, mencoba menangani, tapi.. Tak bisa.. , antidote atau vaksinasi virus belum ada, beberapa dokter di seluruh dunia sudah mencoba nya dalam beberapa bulan terakhir.. ", lanjut dokter.
" Apa yang terjadi dengan kota ini? Kemana semua orang? ", tanyaku. " Lebih baik kalian tidak usah tahu, ini kota mati, tidak ada lagi harapan, beberapa yang selamat dari virus di pindahkan 5 hari yang lalu melalui proses evakuasi besar besaran ke tempat yang lebih aman, tapi..
Itu tidak menjadi sebuah jaminan, karena penularan virus ini begitu cepat bisa lewat mana saja, bisa dari sentuhan langsung atau udara. Tak ada lagi yang bisa di lakukan, gejala awalnya seperti batuk dan demam biasa, tapi .. Tapi selang beberapa minggu, virus itu menggerogoti seluruh sel tubuh penderitanya, mematikan sistem neurologi otak, membuat nya menjadi mayat hidup, tak dapat berpikir, berbicara, tapi selalu lapar.. ", penjelasan dokter syaugi benar benar membuatku cemas. Tingkat kecemasanku meningkat.
Bagaimana dengan orang tua ku...
" Ketika berubah, sisi liar sudah mengontrol penuh tubuh penderitanya, tak dapat di kembalikan seperti semula, berubah menjadi makhluk yang benar benar lain, bukan manusia lagi, sistem metabolisme tubuh makhluk ini sangat massif, mereka cepat lapar terutama di malam hari mereka keluar ke jalanan, berburu makanan, semua di makan, dan parahnya...
Gigitan mereka.. Gigitan mereka membuat infeksi yang melekat masuk ke tubuh korban yang di gigit, membawa virus yang bereproduksi dengan cepat daripada penularan lewat penderita demam biasa. Dalam waktu hitungan jam atau hari.. Tergantung sistem imun nya.. Perlahan berubah juga menjadi makhluk itu.. ". Lanjut dokter.
" Evakuasi ke mana? Di pindahkan kemana orang orang? Aku ingin tahu keluarga ku di mana", ujarku.
"Mana aku tahu? Aku mengunci diriku di rumah sakit ini, aku enggak keluar sama sekali, ku dengar evakuasi ke tempat yang belum ada penderita virus kalaupun keluarga kalian semua ikut evakuasi belum tentu juga aman, karena penyebaran nya begitu cepat, dan ada yang terjangkit namun butuh waktu lama baru merasakan gejalanya bisa saja salah seorang yang ikut evakuasi sudah terjangkit duluan", sahut si dokter.
Penjelasan nya membuatku diam.
" Jawab jujur, temanmu ini terluka karena gigitan makhluk itu kan?", tanya dokter.
"Tapi.. Dia butuh bantuan", bilang ku. Aku cemas mendengar penjelasan si dokter. Luka gigitan dari zombie yang bisa menular dan membuat berubah menjadi zombie. Aku teringat ucup, dia juga mengalami luka di bahunya dan dia juga berubah.
" Jangan sembarangan, aku enggak percaya kau ini dokter atau apa, saudara ku butuh bantuan, dia cuman terluka! ", Fadil tak Terima dengan penjelasan dokter. Seoarang adik yang tak bisa menerima kenyataan kalau kakaknya terancam berubah menjadi zombie.
" Dengarkan aku, saudara mu akan berubah dalam hitungan jam, paling lama hitungan hari tergantung sistem imun tubuhnya, tidak ada yang bisa kita lakukan", sahut dokter.
"Tidak!!, bohong!!,kau cuma mengada ada! ", bentak Fadil.
" Lihat!, lihat!... Aku sudah berusaha maksimal, lihat mayat rekan kerjaku, aku mencoba semuanya membedah semua isi perutnya, tetap tak bisa.. Terpaksa aku akhiri hidupnya... ", ujar dokter sambil menunjuk mayat yang tergeletak di kasur, isi perutnya yang terceceran dan darah membuat bau busuk yang menyengat.
" To.. Tolonglah.. Setidaknya lakukan sesuatu ke temanku.. ", kata mo.
" Maaf, tak bisa, tak ada lagi bisa di lakukan, kita cuma bisa menunggu saat dia pelan pelan berubah dan menggigitmu ,dan kau akan berubah juga, aku tak bisa membiarkan itu, aku tak mau mati menjadi makhluk buas, walaupun tak ada harapan di luar sana, tapi aku memilih mati secara alami bukan karena infeksi.. ", bilang dokter, nada suaranya melemah dan matanya berkaca kaca.
" Tidak!!, tidak mungkin!!, lakukan sesuatu!! , lakukan sesuatu kalau kau memang dokter!! ", Fadil mencengkram bahu si dokter sambil memaksanya untuk mengobati ragol. Aku dan mo menenangkan nya, tapi aku tak tahu harus apa, aku tak bisa menenangkan Fadil dan menyuruhnya pasrah terhadap keadaan ragol.
" Lakukan sesuatu!, lakukan...! ", Fadil terus memaksa dokter, mendorong tubuh dokter hingga ia terjatuh, Fadil terlihat frustasi . Rasa frustasi seorang yang menelan kenyataan pahit tentang saudara nya.
" Sudah dil, sudah", ujarku dan mo berusaha menenangkan nya. "Tidak!, pembohong! ", Fadil tetap bergelut untuk memukul dokter walaupun aku dan mo berusaha memegangnya, badan nya yang cukup besar lebih bertenaga daripada badanku dan mo yang biasa saja.
Fadil mendorong ku dan mo, ia melompat ke dokter syaugi yang terbaring di lantai sejak di dorong terjatuh oleh Fadil.
Fadil memukul kepala si dokter, dokter diam saja sambil melindungi kepalanya dari pukulan Fadil.
"Bohong!!, aku enggak percaya!!", Fadil teriak sambil terus memukul dokter syaugi. Aku dan mo menahan Fadil agar berhenti memukuli si dokter.
Mo menarik Fadil hingga terjatuh dan menggelut tangannya agar Fadil tak bergerak.
" Sudah dil, sudah! ", bujuk mo. " Dil tenangin dirimu!, kalau kau begini kau bakal melukai orang, dia gak salah apa apa dil, dia hanya menjelaskan keadaan", kataku.
"Tidak!, kenapa kau percaya omongannya!, belum tentu dia itu dokter! ", sahut Fadil sambil meronta berusaha melepaskan pegangan mo.
" Tapi tenangin dirimu, jangan seperti ini! sudah cukup kau pukul dia berkali-kali, tenangin dirimu dil", ujarku. "
kasihan sih.. Aku kasihan denganmu, tapi.. Bukan kau saja yang mengalami ini, bukan kau saja yang menderita", dokter syaugi menyahuti di tengah tengah peregelutanku menenangkan Fadil.
" Diam!, kau bohong!, ", sahut Fadil. " Memang tak ada yang bisa di lakukan untuk menyembuhkan saudara mu, ini kenyataannya... ", kata dokter.
Perkataan nya memancing Fadil, emosi nya kembali menyulut, percuma usahaku menenangkan Fadil.
Fadil semakin berusaha keras melepaskan pegangan mo yang menggelut tangan dan badannya. Fadil menggeser geser badannya dan membentur kan kepalanya ke kepala mo yang menggelut nya dari belakang, gelut an mo hampir terlepas.
Aku menggelut Fadil , aku menahannya karena dia benar benar terbakar emosi, dia bakal kehilangan akal sehat nya dan bisa saja membunuh si dokter.
Aku tak mau begitu, kami bukan orang jahat apalagi pembunuh, dan aku tahu Fadil walaupun dia berwatak keras, tapi dia orang baik.
Aku tahu ragol yang terluka gigitan adalah saudaranya. ragol juga temanku, aku juga merasakan apa yang di rasakan Fadil, aku juga tak Terima kalau ragol terinfeksi gigit an dan akan menjadi zombie.
Tapi aku tak akan membiarkan Fadil main hakim sendiri apa lagi membunuh orang lain, tidak, kami tidak seharusnya begitu.
"aku bisa lakukan sesuatu untuk saudara mu, aku bisa menjahit lukanya dan memberinya obat untuk meredam sementara virus di sel tubuhnya", kata dokter syaugi .
Kata-katanya membuat Fadil yang terus meronta berusaha melepaskan pegangan ku dan mo terdiam.
"Apa maksutmu? ", kata Fadil. " Ya, ku jahit luka nya, dan ada obat yang berisi kandungan zat yang dapat meredam sementara virus di tubuh saudara mu", sahut dokter.
"Benarkah? Obat apa itu? ", tanyaku.
" Tc -3, bentuk tablet, obat yang di kembangkan akhir akhir ini khusus virus COIT 20 , tak dapat menyembuhkan cuman mengurangi dan meredam sementara virus, namun tak ada di sini, obat ini tidak di buat banyak, karena bahan bahan nya rumit", kata dokter.
" Di.. Di mana obat itu? ", tanya mo. " Ada beberapa tersedia di apotik resmi yang besar, kalian bisa mencari nya ", kata dokter.
" Apa bukti kalau kau bicara jujur, apa omonganmu bisa dipercaya? ", tanya Fadil.
Si dokter berdiri berjalan menuju meja besi kecil di samping meja operasi, ia mengambil bungkusan kecil " Nih, seperti ini bungkus obatnya", ujar dokter sambil memberikan ku bungkus obat kosong bertuliskan TC-3 TABLETS
" Akan ku jahit luka saudara mu, dan ku beri suntikan cairan penambah imun, besok pagi keluarlah cari obat TC-3 ,bawa sebanyaknya kalau ada stoknya, bawa makanan juga, persedian makanku cuman cukup buat satu orang.
setidaknya itu yang bisa kulakukan, tapi setelah kalian dapatkan obat nya dan ku obati temanmu, kalian harus pergi dari sini, aku tak bisa menampung kalian" , kata si dokter.
Fadil yang tampak tenang berdiri , "di mana apotik yang besar? ", ia bertanya kepadaku." Aku tak tahu, kalau enggak salah di distrik 5", kataku.
"Ya, distrik 5 , apotik medicare, itu apotik terbesar se boyo city", sahut mo.
" Jangan berangkat malam hari, tunggu pagi hari, malam benar benar tidak aman, tahu kan di luar sana seperti apa makhluk makhluk itu.
karena zombie atau apa lah kalian menyebutnya mereka semakin buas di malam hari, rasa lapar mereka meningkat pesat di malam hari, mereka bakal lebih agresif daripada di pagi atau siang atau sore hari", kata dokter
" Baik.. Esok pagi, dil besok kita jalan, mo kau di sini menjaga ragol", ujarku.
"O.. Oke rif", sahut mo. " Sekarang bantu aku menjahit luka nya, ambilkan alat alat di meja ujung sana", kata dokter syaugi sambil memakai masker, dan memakai apron putih yang penuh dengan bercak darah.
Aku dan mo membantu dokter mengambil alat yang di perlukan, Fadil berdiri di samping ragol yang masih terbaring lemah dan belum sadar.
Semoga saja obat yang di maksut dokter dapat kami temukan, aku tidak berharap banyak seperti yang di jelaskan dokter syaugi, obat nya cuman menghambat sementara virus. Tapi semoga aja ada keajaiban yang terjadi kepada ragol . Aku tak mau melihat temanku berubah menjadi mahkluk buas aneh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments