CHAPTER 10 : SPLIT UP

Hosh.. hosh.. hosh..”, nafasku terengal-engal akibat berlari memasuki hutan dalam beberapa menit terakhir, menghindar dari kejaran tentara. Ku lari karena kabur dari bunker, kami di tahan di sana, namun seorang pria paruh baya dengan kawanannya yang bersenjata membantu kami kabur, dan akhirnya aku di kejar-kejar, entah kenapa aku merasa terjebak di situasi yang sangat tidak aku inginkan. Aku bisa saja diam di bunker, namun keinginanku dan teman-temanku yang ingin bebas dan kembali pulang yang membuat aku dan teman-temanku berontak.

“zar zar!, sebelah sini!”, seseorang berteriak memanggilku, aku menoleh dan ternyata salah seorang temanku, Bager, dia bersembunyi di balik pohon di sebelah kiriku. Aku pun mendatanginya dan bersembunyi. Di seberang temanku yang lain Alwi juga bersembunyi di balik pohon.

Aku mengintip dari belakang pohon, dua orang tentara yang melewatiku berlari mengejar pria aneh bertubuh kecil, Mail salah seorang kawan pak Boy, pria paruh baya yang membantu kami kabur. “hei!, berhenti!”, teriak seorang tentara yang terus mengejar Mail. Dengan nafas yang masih ku atur aku menoleh ke arah Bager, tanpa perlu aku bicara, dia mengerti hanya dengan melihat ekspresi wajahku kalau maksutku ingin menyampaikan apa perlu kita membantu Mail.

Bager menggelengkan kepala. Pertanda dia tidak berani untuk mengganggu tentara itu dan menyelamatkan Mail. Alwi melakukan lambaian tangan sebuah isyarat memanggilku, dengan ekspresi cemas dan tegang, dia memberiku isyarat apa kita harus terus lari atau diam di sini. Setelah aku menyuruh mereka untuk menunggu beberapa saat, Aku pun mengajak Bager dan Alwi untuk terus berjalan.

“hei zar, yakin kita jalan terus? Kalau ketemu tentara itu gimana? Mending balik aja ke posko, ada pak Boy”, tanya Alwi dengan nada pelan. “jangan, mending kita jalan terus, percuma di posko lagi kacau, kau lihat sendiri kan, pak Boy dan anak buahnya terlibat tembak menembak dengan tentara”, jawabku. “lah zar, entar kita bakal tertangkap tentara yang ngejar kita, walaupun sekarang tentara itu ngejar Mail tapi tetap aja kita bakal di kejar juga entar”, ujar Bager.

“Mail tadi menunjukan jalan kalau arah pulang lewat hutan ini, sudah lah kita lewati saja, lagian kita berjalan pelan di belakang tentara itu, kita gak bakal terlihat karena kita jauh di belakang. Dan kita bisa sembunyi”, jawabku. “oke, tapi tetep aja kita nggak tahu jalan, lagian hutan ini gelap banget”, sahut Alwi. “kita jalan lurus saja, oh iya, hapemu batreinya masih ada? Kita gunakan lampu flash buat penerangan”, bilangku.

Kemudian kami pun berjalan menyusuri hutan yang gelap, dengan bantuan senter flash dari hape Alwi. Hutan yang cukup besar namun jalan setapaknya kecil. “hei, bagaimana dengan yang lain? Syarif, Fadil, Mo, dan Ragol?”, tanya Bager.

Pertanyaannya langsung mengingatkanku kepada teman-temanku itu, sebelumnya kami terpisah karena panik lari dari kejaran tentara aku pun lupa tentang mereka. “kalau gak salah kan tadi Syarif lari bareng kita, terus dia nanya Fadil, Mo, Dan Ragol, aku gak sempet nanggepin karena emang lagi kacau”, kata Alwi.

“kayaknya mereka masih di posko dengan pak Boy. Aku yakin mereka bakal menyusul kita”, jawabku berusaha menenangkan situasi . “tapi kan di posko para tentara itu melawan pak Boy, aku khawatir ada apa-apa dengan mereka”, kata Bager. “tenang ger, pak Boy dan temannya memiliki persenjataan, tadi liat sendiri kan? Tenang saja”, kataku. “ya sih..semoga mereka baik-baik saja”, bilang Alwi.

Kami berjalan lagi. Kelihatannya hutan ini cukup panjang. Di tengah gelap yang pekat tiba-tiba, DOR!- DOR! suara tembakan dari arah yang tidak jauh dari kami. aku, Bager dan Alwi langsung menunduk.

“wi, matikan flashnya!”, aku menyuruh Alwi mematikan senter hapenya supaya tidak menarik perhatian. “zar, keliatannya tentara itu datang”, bisik Bager. “waduh, gimana nih? Kalau tentara itu ke sini gimana?”,ujar Alwi. Yang terlintas di pikiranku hanya bersembunyi lagi di balik pohon, karena pohon di sini cukup besar untuk kami bersembunyi.

“ger, wi, sembunyi di balik pohon!”, seruku. Aku pun langsung bergerak menuju pepohonan, di susul Bager. “aduh!”, Alwi terjatuh ketika hendak menyusul tersangkut rumput liar yang menjalar. “wi!, ayo!”, kataku dan Bager. Alwi tidak langsung menyusul dia meraba-raba tanah dan tampak bingung, “bentar, hapeku jatuh”, katanya.

“druk-druk!”, terdengar hentaman kaki seseorang berjalan cepat menuju arah kami. “hei wi, lupakan hapemu, ayo!”, seruku. Alwi masih mencari-mencari hapenya, sedangkan suara langkah itu semakin dekat. “wi, ayoo, tentara itu ke sini", bisikku dan Bager. Alwi masih mencari hapenya, “wiii!, cepaat!”, aku dan Bager mendesak Alwi. “ketemu!”, bilang Alwi sambil mengangkat hapenya.

“ketemu juga!!”, teriak seorang pria berbadan tegap sambil menodongkan senapan riffle ke arah Alwi.

“ kau di sini rupanya, mana temanmu yang lain?”, bilang tentara itu dengan sinis. Alwi terlihat ketakutan dan tidak berani berkata. Aku dan Bager tetap bersembunyi di balik pohon.

“kau menemukannya?’, ucap seorang tentara yang berpostur pendek yang datang menyusul. “tidak, bagaimana denganmu? Pemberontak itu sudah kau urus?”, tanya tentara yang berbadan tinggi. “belum, mungkin dia kabur, kita bawa yang ini aja”, jawab tentara yang pendek. “sebentar, aku yakin temannya ada di sekitar sini, hei kau bocah tengik, mana kawanmu?!”, teriak tentara yang bertubuh tinggi sambil menodongkan senapannya ke Alwi.

“a.. aa.. aku ti..tidak tau pak”, jawab Alwi dengan ketakutan. “dug!”, wajah Alwi di pukul dengan senapan. “jawab jujur!!, aku bisa lebih kasar lagi!”, bentak tentara itu. Bager menjawilku, dia mengisyaratkanku untuk bertindak, tapi aku tidak berani gegabah, tentara itu bersenjata.

“hei, kau mau terus di siksa?!!”, bentak tentara yang pendek. “a.. aku memang tidak tauu!”, jawab Alwi sambil membersihkan mulutnya yang berdarah. “bocah tengik, aku melihatmu dengan dua orang lainnya masuk ke hutan ini!, jawab di mana yang dua orang itu!”, bentak tentara bertubuh tinggi sambil mengangkat senapannya yang akan di pukulkan lagi ke Alwi.

“aa.aampuun.. kasi aku kesempatan!”, pinta Alwi sembari melindungi kepalanya dengan tangannya. “jawaaab dulu mana kawanmu!!”, bentak tentara tinggi itu. “mungkin di pukul gak mempan, dengan peluru mungkin dia mau bicara”, bilang tentara yang pendek.

“hehe, benar juga kau”, sahut tentara tinggi sambil mengokang senapannya. “ hei jawab bocah tengik, atau kutembak kau!”, bentaknya sambil membidik Alwi. “to..tolong.. jangan tembak!”, Alwi memohon sambil merunduk di tanah memegang kepalanya.

“hei, berhenti!”, teriakku sambil menunjukan diri dari balik pohon dan berjalan pelan dengan mengangkat tangan ke arah mereka.

“oh di situ kau rupanya bocah kurus, mana yang satu lagi?”, bilang tentara tinggi. “tinggal kami berdua”, jawabku, sebelumnya aku menyuruh Bager untuk tetap sembunyi, dan bergerak jika ada kesempatan. “bohong, aku melihat kalian lari bertiga”, jawab tentara pendek. “ya, awalnya kami bertiga, tapi yang satu lagi sudah mati”, bilangku.

“oh ya?, mati kenapa?”, tanya tentara tinggi itu sambil menodong senapan ke arahku. “di gigit ular, keracunan”, bilangku. “haha kau jangan membohongi kami bocah kurus”, jawab tentara tinggi. “tidak, mayatnya ada di balik pohon ini”, bilangku menunjuk pohon tempatku dan Bager bersembunyi

Tentara tinggi itu pun menarikku ia menyuruhku menunduk bersebelahan dengan Alwi dengan senapan mengarah ke badan kami. Alwi menatapku dengan mata melotot dan keringat dingin, aku paham dia ketakutan dan bingung dengan apa maksut kelakuan ku.

“aku akan memeriksanya, kalau kau bohong, ku tembak kakimu!”, kata tentara tinggi itu sambil berjalan ke pohon tempatku bersembunyi. “periksa saja!, tapi hati-hati ular berbisanya masih di sekitar pohon itu”, ujarku. tentara tinggi itu terlihat sedikit waspada dia berjalan berhati-hati dengan senapan yang siap menembak...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!