CHAPTER 16 : MEET THE SURVIVORS

Sebuah suara, lebih tepatnya suara mobil dan juga suara musik. Mobilnya berhenti dan suara musik yang cukup nyaring semakin mendekat dan semakin jelas datangnya dari luar gedung ini. ternyata sebuah lagu. Aku kenal lagu ini, shoot to thrill dari ACDC. “BRAAK!”, pintu utama yang juga pintu untuk keluar dari gedung ini di dobrak oleh seseorang.

Pria gundul berkulit gelap, berkacamata dan berbrewok dengan senapan riffle semi otomatis, AK-47. Pria itu mulai menembaki zombie-zombie yang mengelilingi kami. layaknya Rambo dia menembaki dengan garang, zombie-zombie jatuh berguguran, walaupun spertinya zombie-zombie itu susah di bunuh, pria ini terus menembak. ketika ada celah untuk keluar, pria misterius itu menyuruh kami untuk keluar dari gedung.

aku tidak segera keluar, aku mundur perlahan dan kulihat pria ini dengan dinginnya menembaki zombie-zombie itu dengan Ak-47 nya. Ia mengincar kepala, tembakannya rata-rata tepat sasaran menembus kepala zombie-zombie itu. Ketika kupikir zombie-zombie itu sudah habis di tembaki, muncul lagi beberapa zombie dari segala sisi gedung, kali ini jumlahnya lebih banyak!.

Pria gundul itu terus menembaki zombie, dia melindungi dan mengarahkan kami untuk segera keluar mengikutinya ke halaman luar gedung. namun zombie-zombie ini terus muncul berdatangan, entah dari mana. Zombie-zombie ini terus mendekati kami hingga hampir keluar.

Pria gundul ini langsung loncat masuk ke mobil hummer berwarna silver yang mesinnya masih nyala, suara lagu tadi berasal dari mobil pria ini. aku, Bager, dan Alwi diam tercengang, kami masih takut dan bingung. ‘grrwwwaak!’, zombie- zombie pun menyusul muncul keluar.

“woii, ayo cepat naik!”, teriak pria gundul misterius itu. kami pun menurutinya dengan naik ke mobil hummer nya. Puluhan zombie mendekati kami yang berusaha masuk ke mobil. “ahh”, kaki Alwi di pegang oleh zombie ketika hendak naik ke mobil. Pria misterius ini mengeluarkan sebuah pisau belati dari balik kaos kakinya dan menancapkannya tepat ke kepala zombie yang menarik kaki Alwi.

zombie itu pun terhempas ke tanah, Bager langsung membantu Alwi naik dan mengunci pintu tengah mobil. Pria gundul itu masih menembaki beberapa zombie yang hampir mendekat. Zombie terus muncul berdatangan membuat kami semakin susah kabur, beberapa zombie mulai mengelilingi mobil. Pintu dan jendela mobil pun kami kunci, jendela di pintu kemudi masih terbuka, pria ini masih sibuk mengisi amunisi peluru,sedangkan zombie berupaya masuk lewat jendelanya, tangan zombie menggapai pria misterius ini.

Dia kelihatan tenang sambil memasang amunisi peluru ke AK-47 nya. Zombie semakin banyak, berusaha masuk lewat jendela pintu kemudi yang terbuka, “hei, tutup jendelanya!”, aku berteriak panik. ‘cklek’ suara selongsong amunisi yang terpasang, pria itu langsung menembaki zombie yang berusaha masuk dan mencekiknya.

Darah muncrat ke dalam mobil bersamaan dengan tembakan pria misterius. Tembakannya tepat ke kepala zombie-zombie yang berjarak satu inchi dengannya. kemudian ia menutup jendela, menancap gas dan menabrak zombie-zombie yang berada di depan. Kemudian ia mengerem mobil, mengambil granat tangan dari dashboard mobil. Ia lemparkan granat itu ke belakang ke arah zombie-zombie yang terus berdatangan mengejar. “DUAAAR!!”, ledakan granat itu membuat kerumunan zombie itu terpental.

Setelah terlihat aman, ia kembali menyetir mobil , melewati gerbang utama gedung gubernur. Dan membawa kami keluar dari komplek gedung kantor walikota yang penuh zombie itu. aku menghembuskan nafas dan mengusap keringat di wajah. Ku lihat Alwi dan Bager yang duduk di kursi tengah, ekspresi mereka masih terlihat takut.

Hampir saja beberapa menit yang lalu aku terjebak di dalam gedung dan hampir mati di ‘santap’ kerumunan zombie. Untungnya ada pria misterius yang tiba-tiba muncul seperti malaikat penolong, dengan gagah dan dingin menembaki zombie-zombie itu dan membawa kami keluar dengan selamat.

Aku duduk di depan di samping pria ini. Kulihat wajahnya yang garang dengan brewoknya. Tampangnya tidak seperti tentara atau sebagainya dia memakai baju jaket kulit hitam gelap dan berkacamata hitam. Kupelankan volume musik yang di setel dengan volume full. “terima kasih”, kataku, dia tidak menjawab.

Aku bertanya, “maaf, anda siapa?”, Pertanyaanku tidak di hiraukannya. “permisi, sebelumnya kami sangat berterima kasih anda telah menyelamatkan nyawa kami, namun kami ingin tahu anda siapa?”, aku bertanya kembali. Dia menatapku dan berkata, “cause i shoot to thrill and i’m ready to kill, i can’t get enough and i can’t get any fill!, cause i shoot to thrill, play to kill play it agaiiiin!”, dia malah bersenandung menyanyikan lirik lagu shoot to thrill dari ACDC yang tengah di putar dan menaikan kembali volumenya hingga full.

Mobil pun berjalan tanpa kami ketahui kemana tujuannya. Pria misterius yang menyelamatkan kami tetap diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kami mau tidak mau pasrah saja ikut dengannya. Sebenarnya tadi bisa saja aku lari mengajak Alwi dan Bager menaiki mobil van yang kuparkir di depan pintu masuk kantor walikota , namun tidak ada kesempatan ketika kami di serbu zombie.

Pria ini membawa kami ke daerah yang cukup dekat dengan distrik 3 pemandangan di sini masih sama dengan jalan lain yang kulalui sebelumnya, sepi dan jalanan rusak. Semakin menguatkan kenyataan pahit bahwa kotaku tercinta Boyo city telah hancur.

Mobil hummer silver yang kami tunggangi memasuki sebuah halaman hotel yang lumayan megah, walaupun sedikit rusak di beberapa titik . Artistik bangunannya bergaya timur tengah, pintu masuk hotel di pagari dengan gerbang besi yang terlihat solid, tiap kaca-kacanya juga di lapisi dengan besi.

Aku tau hotel ini, salah satu hotel bintang lima terfavorit di Boyo city, Royal hotel. Di sisi barat hotel ada gerbang besi lagi, di atasnya ada plang ‘BASEMENT PARKING AREA’. pria yang membawa kami melambai ke arah kamera CCTV berukuran mini di pos portal parkir yang tidak ada penjaganya. Selang lima detik kemudian, gerbang besi itu pun terbuka.

Mobil masuk turun ke bawah area parkir yang lompong kosong, hanya ada beberapa mobil dan motor. Setelah memarkir mobil, pria ini menyuruh kami turun. Belum sempat aku bertanya pria ini bilang untuk tenang dan jangan takut, kemudian ia menyuruh kami mengikutinya.

Dia membawa kami masuk ke lift. Ia memencet tombol lantai 2. Sesaat kemudian kami di bawanya masuk ke lorong. Di dalam hotel ini bersih dan terawat, tapi kelihatannya tidak ada pengunjung atau orang yang menginap. Kami berjalan mengikuti pria ini hingga ada pintu unik berhiaskan ukiran timur tengah, di atasnya bertuliskan ‘CONVENTION HALL’.

Pria ini mengetuk pintu tiga kali. Kemudian pintu di buka dari dalam. Tampak ruangan yang luas berisi beberapa kursi yang tersusun rapi, dan layar proyektor berukuran raksasa. Ada beberapa orang di dalam yang berdiri berjejer, seakan bersiap menyambut kami. rata-rata mereka tampak masih muda ada tiga orang pria dan ada juga satu orang wanita Mereka melihat kami dengan raut muka senang sekaligus iba. satu orang di antara mereka maju mendatangi kami. pemuda berkacamata, bergaya rambut klasik ala 80-an berwajah kaku dan berkulit putih pucat seperti bule. Dia berdiri di depanku ,mengajakku berjabat tangan, aku pun menyambut jabat tangannya yang cukup erat. Kemudian ia tersenyum dan berkata, “selamat datang, para survivor...!”.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!