Jebakan Cinta Gadis Penari

Jebakan Cinta Gadis Penari

Menjalankan misi

Jam sebelas malam, Justin baru sampai rumah. Kehidupannya hanya seputar pekerjaan dan pekerjaan. Tidak ada niatan untuk mencari pasangan. Membuat Mamanya menggeram kesal, lantaran kehidupan anak laki-lakinya itu selalu sibuk bekerja.

"Mama...!" Justin terkejut saat membuka pintu kamarnya dan melihat Mamanya tengah duduk bersandar dan melipat kedua tangannya di atas dadanya, seraya menatap kesal.

"Ngapain Mama disini?"

"Ngapain kamu bilang! Kamu tahu sekarang jam berapa?" Kesal sang Mama.

"Emm...." Seraya melirik jam di pergelangan tangannya. " Jam sebelas lebih tujuh menit, kenapa memangnya?"

Mama Risti mendengus. "Kalau kamu sibuk bekerja dan selalu pulang larut malam terus. Kapan kamu mencari pendamping."

Justin memutarkan bola matanya, hampir setiap hari Mamanya selalu bertanya hal yang sama. Kapan kamu mencari pendamping atau kapan kamu menikah. Ingat umur kamu sudah tiga puluh dua tahun dan mama ingin sekali menggendong cucu. Begitulah ucapan mamanya, jika sudah menanyakan hal tersebut.

"Nanti," jawab sekenanya.

"Nanti-nanti! Nantinya kapan?!"

"Nanti kita bicarakan lagi. Sekarang lebih baik Mama kembali ke kamar, aku mau mandi dan istirahat," ucap Justin seraya menggiring tubuh mamanya keluar dari kamarnya.

Justin menghela nafasnya, setelah berhasil mengusir Mamanya dari kamarnya. Kemudian Justin memilih melangkah ke kamar mandi, agar tubuhnya menjadi segar setelah seharian beraktifitas di kantor.

Mama Risti mendengus sebal, karena Justin mengusirnya dari kamarnya.

"Sepertinya aku harus mencari perempuan yang lebih berani menggoda Justin," gumamnya sembari melangkah ke arah kamarnya.

***

Matahari pagi menghiasi langit pagi ini. Justin sudah siap dengan pakaian kantornya, karena pagi ini dirinya akan ada meeting penting dengan kliennya dari luar negri.

"Selamat pagi ma," sapa Justin.

"Tumben jam segini sudah rapi?" Tanya Mama Risti yang tengah menyiapkan sarapan di meja.

"Aku mau meeting pagi ini, ma dan kliennya dari luar negeri," terang Justin sembari mengambil selembar roti tawar, lalu di oles dengan selai coklat.

"Oh...." Mama Risti hanya ber oh ria.

Selesai sarapan, Justin bergegas berangkat ke kantor. Dirinya tidak mau terlambat barang sedetikpun, apalagi pagi ini bertemu dengan klien penting yang bakal memajukan perusahaannya.

"Aku berangkat dulu," ujar Justin sembari mencium pipi Mama Risti.

Justin pun bergegas melangkah keluar rumah yang ternyata sudah di tunggu oleh asisten pribadinya, yang bernama Hadi.

"Selamat pagi, Tuan Justin," sapa Hadi seraya membukakan pintu mobilnya.

"Pagi, Di. Apa berkas-berkasnya sudah kamu siapkan dan juga tidak ketinggalan?"

"Sudahlah dan nggak ada yang ketinggalan," sahut Hadi.

"Bagus. Ayo kita langsung berangkat," perintah Justin.

"Siap bos."

Hadi segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menembus jalanan pagi ini.

Siang harinya, Mama Risti yang tengah bersantai di ruang keluarga sembari membaca majalah. Di kejutkan dengan sebuah suara yang melegar memanggilnya.

"Tante...!" Teriak Eza. Dia adalah keponakan Mama Risti dan kelakuannya membuat Mama Risti geleng-geleng kepala. Sebab Eza adalah seorang Casanova yang hidupnya ingin di kelilingi oleh para wanita seksi, sangat berbanding terbalik dengan Justin.

"Hai, Tanteku yang sem ok nan cantik jelita," seru Eza seraya mengedipkan matanya.

Mama Risti mendengus melihat tingkah keponakannya itu. Eza langsung duduk di sebelah Mama Risti.

"Ada apa kesini?" Tanya Mama Risti.

"Aku kangen sama Tante dan... Juga mau minta makan," jawabnya nyengir lebar.

Mama Risti mendorong bahu Eza. "Kebiasaan! Setiap kesini selalu meminta makan," cibir Mama Risti, tapi Eza hanya menyengir menampilkan rentetan giginya.

Saat menatap Eza tiba-tiba mama Risti teringat dengan Justin yang sampai detik ini belum memiliki tambatan hati.

"Za! Tante boleh minta tolong."

"Minta tolong apa, Tante?"

"Bantuin Tante. Bantuin cariin perempuan yang berani menggoda si Justin. Kamu tahu sendiri kehidupan Justin ya... Seputaran pekerjaan mulu. Sedangkan Tante sudah ingin memiliki cucu."

"Oh... Soal itu mah gampang. Serahkan kepada ahlinya," cetusnya seraya memukul dadanya.

"Ck...." Ucap mama Risti menggeleng sebal.

"Satu lagi. Tante maunya perempuannya masih tersegel dan nggak mau bekas pakai kamu."

"Tante ini. Tante tenang saja! Yang pastinya nggak bakal ngecewain Tante," pungkas Eza.

"Bener ya. Awas kalau kamu tipu Tante!" Seraya telunjuknya teracung ke wajah Eza.

"Aku jamin Tante."

"Bagus."

"Kalau gitu aku boleh minta makan," ujar Eza.

"Hmm... Sana," jawab mama Risti seraya mengibaskan tangannya.

"Makasih Tante," seloroh Eza girang dan langsung melangkah cepat ke arah dapur.

"Semoga saja kali ini berhasil," gumam mama Risti.

Selain itu, Mama Risti juga meragukan kelakian Justin. Sebab setiap perempuan yang Mama Risti kenalkan selalu saja di tolak oleh Justin dan Mama Risti takut kalau Justin itu belok haluan, alias terong suka terong.

Memikirkan hal itu, membuat Mama Risti bergidik ngeri dan berseloroh. "Amit-amit jabang bayi, semoga saja Justin normal."

***

Sesuai dengan permintaan tantenya dan informasi dari Mama Risti, kalau Justin selalu pulang larut. Eza melirik jam di pergelangan tangannya, yang menunjukkan pukul tujuh malam dan Eza sudah berada di kantor Justin. Eza bergegas ke ruang kerja Justin yang berada di lantai teratas, dimana ruangan seorang CEO.

Eza langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Justin.

"Hai, Bang Ajas," sapa Eza dan Ajas adalah nama panggilan Justin.

Justin yang sibuk berdiskusi dengan Hadi, langsung mengangkat kepalanya dan menatap heran Eza. Dengan santainya, Eza melenggang berjalan mendekati Justin dan Hadi yang tengah duduk di sofa. Eza langsung mendudukkan diri di sofa tunggal dan menyilangkan kakinya, serta satu tangannya merentang ke atas sofa.

"Ada apa kamu kesini?" Tanya Justin.

"Aku mau ngajak Abang pergi," jawabnya seraya satu tangannya mengelus-elus dagunya yang kasar.

"Pergi?! Pergi kemana?"

"Ada deh. Pokoknya ketempat yang paling menyenangkan."

"Tapi maaf, Za. Aku masih sibuk."

Eza menggelengkan kepalanya dan benar kata tantenya, kalau Justin benar-benar maniak kerja.

"Ayolah, bang. Jarang-jarang loh aku ngajakin Abang pergi dan apa salahnya kalau Abang ikut denganku. Aku jamin nggak akan membuat Abang kecewa." Eza berusaha merayu Justin dan apa yang sudah di rencanakannya berhasil

"Please...." Mohon Eza.

"Baiklah. Kamu tunggu saja dulu, aku mau menyelesaikan pekerjaan ini dulu."

"Oke," jawab Eza seraya menyatukan jempol dan telunjuknya.

Sekitar tiga puluh menitan, Eza menunggu Justin menyelesaikan pekerjaannya dan membuat Eza mulai bosan menunggu Justin.

"Apa masih lama, Bang?" Tanya Eza.

"Sedikit lagi," jawabnya.

"Oke...."

Eza benar-benar harus sabar menunggu Justin. Meski sudah bosan, Eza tetap bertahan demi permintaan Tante tersayangnya. Selang beberapa menit, Eza akhirnya bisa bernafas lega karena Justin sudah menyelesaikan pekerjaan.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, bos," pamit Hadi yang langsung berdiri.

"Iya," jawab Justin.

Hadi segera meninggalkan ruangannya dan Eza juga langsung berdiri seraya merapikan pakaiannya.

"Sudah selesaikan?"

"Hmm...."

"Ayo kita langsung berangkat saja."

Terpopuler

Comments

Rika Adja

Rika Adja

mampir Thor

2023-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!