Pukul tiga pagi, Justin tidak bisa memejamkan matanya karena tubuhnya dipeluk oleh Ratu, yang menganggapnya sebagai guling. Justin ingin lepas dari kungkungan Ratu, tapi Justin bingung bagaimana caranya keluar dari kamar ini. Sedangkan kuncinya ada pada Ratu, lebih tepatnya di dalam bra-nya.
Justin melirik Ratu yang sudah tertidur pulas, dengan mulutnya sedikit terbuka.
"Huft... Bagaimana cara ngambil kuncinya?"
Saat sedang berpikir caranya mengambil kunci, Ratu merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Justin mencoba menoel pipinya Ratu, memastikan kalau Ratu tidak terbangun.
Pelan-pelan Justin bergerak mendekati Ratu dan membuka kerah baju Ratu. Justin mengintip isi di dalam bajunya Ratu. Justin menelan Salivanya saat kedua matanya melihat dua gundukan bukit indah, yang tertutup oleh bra.
"Mudah-mudahan nih cewek nggak bangun," lirih Justin melirik Ratu, lalu Justin membuang nafasnya perlahan.
Dengan gerakan perlahan, tangan Justin menelusup masuk ke balik bajunya Ratu. Nafasnya tercekat saat telapak tangannya menyentuh sebuah benda empuk nan halus.
"Ketemu."
Tiba-tiba Ratu memiringkan tubuhnya sedikit telungkup membelakangi Justin, membuat tangan Justin terjebak di dalam sana.
"Kenapa cewek edan ini merubah tidurnya," gerutu Justin.
Tangan Justin berusaha keluar dari sarang empuk nan halus itu dan Ratu tersenyum miring, saat tangan Justin terjebak di dalam pakaiannya. Selang beberapa menit, akhirnya tangan Justin terbebas dari dalam pakaian Ratu.
"Akhirnya...." Justin bernafas lega, lalu Justin segera turun dari ranjang dan melangkah ke arah pintu.
Justin tersenyum lebar, karena terbebas dari jebakan Ratu. Dengan langkah lebar, Justin berjalan menuju kamarnya sendiri dan bisa tidur nyenyak tanpa gangguan Ratu.
***
Justin mengerjapkan matanya, merasakan tetesan air membasahi wajahnya.
"Bangun sudah siang," ucap Ratu.
"Berisik!" Sergah Justin, lalu Justin melanjutkan tidurnya.
"Bangun! Ini sudah siang. Sejak tadi hape kamu bunyi terus tuh!"
Akan tetapi Justin menghiraukan ucapan Ratu. Ratu yang kesal melihat Justin tidak bangun-bangun, akhirnya memilih menyiram wajah Justin dengan segelas air.
Sontak saja Justin terbangun dan menatap Ratu marah.
"Apa?! Mau marah! Lihat sekarang sudah jam berapa?!" Masygul Ratu, lalu Justin melihat jam di dinding.
Justin membulatkan matanya, melihat jam menunjukkan pukul sebelas lebih dua puluh menit.
"Sial...." Maki Justin. " Kenapa kamu baru bangunin aku," jengkel Justin.
"Kamu aja tidurnya kayak kebo. Aku tuh sudah bangunin kamu dari pagi!" Balas Ratu.
Cepat-cepat, Justin berlari ke kamar mandi. Hari ini, pukul setengah satu, Justin ada meeting penting dengan kolega dari perusahaan Uniselver.
Justin mandi hanya tiga menit, karena dirinya harus buru-buru berangkat ke kantor. Ratu sudah menyiapkan pakaiannya dan Justin segera memakainya dengan tubuh yang masih basah. Ratu membantu Justin mengancingkan kemejanya dan memakaikan celananya.
Mungkin dalam keadaan tidak genting, Justin pasti akan menolak Ratu membantu memakai pakaiannya dan memarahinya.
"Aku berangkat dulu," ucap Justin, dan tanpa sadar Justin mencium kening Ratu.
Ratu tertegun mendapatkan kecupan manis dari Justin. Dengan langkah terburu-buru, Justin meninggalkan Ratu yang kini menerbitkan senyum di bibirnya.
Justin tiba di kantor pukul dua belas lebih lima belas menit. Dengan langkah cepat, Justin menuju ruangan meeting dan beruntung dirinya tidak terlambat.
"Kenapa baru datang?" Tanya Hadi, yang sejak tadi mencemaskan meeting-nya. Takut kalau meeting dengan perusahaan Uniselver gagal dan nantinya tidak bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut.
"Aku tadi ada urusan lain," jawab Justin sekenanya.
Justin masuk ke ruang meeting dan tersenyum kepada koleganya.
"Maaf, Pak Toni. Saya terlambat," kata Justin.
"Tidak masalah. Kebetulan saya juga baru datang," jawab Pak Toni dan meeting pun segera di mulai.
***
Ratu berniat mengantarkan makan siang untuk Justin. Dengan langkah ringan, Ratu memasuki kantornya Justin. Ratu tiba di ruangannya Justin dan meletakkan bekalnya dan menunggu Justin selesai meeting.
Lama menunggu Justin, akhirnya Ratu memilih ke pantry untuk membuat kopi untuknya. Ratu segera melangkah ke arah pantry dan membuat kopi, setelah itu Ratu kembali ke ruang kerjanya Justin seraya membawa kopi buatannya.
Justin selesai meeting-nya dan mengantarkan Pak Toni keluar dari ruang meeting.
"Saya permisi dulu," ucap Pak Toni seraya berjabat tangan dengan Justin.
"Iya, Pak Toni."
Ratu yang sedang melangkahkan kakinya, mendadak berhenti ketika kedua matanya melihat sosok yang sangat dikenalnya.
"Om Toni?"
Dengan mata yang menyala-nyala membakar amarahnya, Ratu segera menghampiri Pak Toni. Dia adalah kakak kandung dari papanya dan juga orang yang merebut harta peninggalan papanya.
"Om!"
Pak Toni menoleh ke arah Ratu, lalu Ratu menyiramnya dengan kopinya.
"Ratu!!"geram Pak Toni, begitu juga dengan Justin yang sangat marah dengan apa yang di lakukan Ratu.
"Berani-beraninya kamu menyiram Om!" Kesal Pak Toni.
"Kenapa, hah! Bukannya Om juga sudah berani mengambil semuanya dariku!"
"Kamu salah. Om tidak mengambilnya dan memang itu hak Om."
"Hak darimana! Semua yang Om miliki itu milik papaku!"
"Sudahlah, capek Om berdebatan dengan kamu."
Setelah itu, Pak Toni pergi dari sana dan tidak memperdulikan tatapan berang Ratu.
Justin diam tak mengerti dengan pembicaraan Ratu dan Pak Toni. Membuat hati Justin bertanya-tanya, siapakah Ratu sebenarnya dan ada hubungan apa Ratu dengan Pak Toni.
"Dasar tua Bangka!" Maki Ratu.
Gara-gara Om-nya yang merebut harta peninggalan papanya, Ratu terpaksa bekerja jadi seorang penari club malam demi untuk menyambung hidup dan juga membiayai pengobatan kakaknya, Nirmala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments