Kecelakaan

"Ratu...!" Justin berteriak memanggil Ratu.

Tatapan Justin berang, apalagi menatap lelaki itu. Ratu terkejut dengan kedatangan Justin disini. Ratu kira Justin nggak bakal peduli, tapi ternyata Justin ada disini. Bahkan Ratu melihat bola matanya memancarkan kemarahan.

Justin langsung menyeret Ratu dan membawanya keluar dari club tersebut.

"Eh... Eh... Mau dibawa kemana Ratu?" Ucap Madam Maryam, pemilik club. Madam Maryam menahan tangan Ratu. Melarang Justin membawa Ratu dari sini.

"Mau dibawa pulang!" Sentak Justin marah.

"Enak aja bawa pulang! Memang kamu siapanya Ratu?!"

" Saya suaminya!" Jawab Justin lantang.

Ratu langsung menatap Justin. Ratu pikir Justin tidak akan mengakuinya sebagai suaminya. ini benar-benar di luar dugaannya.

Kemudian Justin membawa Ratu pergi dari tempat terkutuk ini, sedangkan Madam Maryam menyuruh penjaga keamanan untuk menahan Ratu pergi dari sini.

"Berhenti. Kamu dilarang membawa Ratu dari sini."

"Apa hak kamu melarangku membawa istriku!"

"Tapi Ratu sudah bersedia menari di club ini dan Madam Maryam sudah membayar Ratu."

"Bodo amat! memang aku pikirin!"

Justin melirik tajam wajah Ratu, lalu security itu menarik Ratu, tapi ternyata Justin menendang perut security itu hingga terjungkal ke tanah

"Masuk!" Bentak Justin kepada Ratu.

Ratu pun masuk begitu juga dengan Justin. Justin meninggalkan club tersebut dan membawa Ratu pulang.

Justin melirik tajam wajah Ratu. Justin kesal Ratu pergi lagi ke club malam, hanya untuk mempertontonkan kemolekan tubuhnya diatas panggung dancer.

Sampai di rumah, Justin menarik tangan Ratu masuk ke dalam rumah dan membawanya ke kamar.

"Bisa nggak sih, kamu jangan membuat aku kesal!" Sentak Justin.

"Dan kamu jangan datangi lagi tempat itu! Dasar membuatku repot saja!"

Ratu tertawa dan menggelengkan kepalanya. Justin semakin kesal karena Ratu menertawakannya.

"Kesal, merepotkan? Bukannya selama ini dimata kamu aku itu selalu mengesalkan. Lagian ngapain kamu datang ke club dan membawaku pergi dari sana."

"Karena aku nggak mau punya istri seorang penari club!" Jawab Justin kesal.

"Jadi sekarang kamu menganggap aku istri? Aku pikir kamu tidak pernah menganggapku istrimu, karena setiap aku menyentuhmu kamu selalu menolaknya." Ratu masih tertawa kecil.

"Jelaslah aku menolaknya, karena kamu nggak pantas untuk mendapatkan tubuhku ini."

"Alasan. Bilang saja kalau kamu itu nggak tertarik terhadap tubuh wanita," ejek Ratu.

"Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas aku nggak akan menanamkan benih unggulan ku ke rahimmu!"

"Ck... aku nggak percaya," ejek Ratu.

Daripada meladeni ucapan Ratu, Justin memilih meninggalkan Ratu di kamar. Justin membuang nafasnya, Justin bingung dengan dirinya sendiri. Dirinya selalu marah jika melihat Ratu dekat dengan lelaki lain.

"Nggak. Manamungkin aku suka sama Ratu." Elaknya pada diri sendiri.

"Tapi kenapa aku selalu marah melihat Ratu dekat dengan lelaki lain." Justin bingung dengan dirinya sendiri.

Lama Justin meninggalkan Ratu di kamar. Justin kembali ke kamar dan melihat Ratu sudah tertidur. Justin naik ke atas ranjang dan menatap wajah damai Ratu.

Kamu terlihat cantik kalau lagi tidur begini, tapi kamu menyebalkan jika bangun. Dasar cewek nyebelin. Kenapa coba aku harus menikah sama kamu.

Justin menarik selimut dan juga menyelimuti Ratu. Justin tidur menghadap ke arah Ratu dan menatap wajah Ratu.

Justin menjitak jidatnya Ratu. "Dasar cewek edan." Kemudian Justin memejamkan matanya.

"Mama... Papa...." Ratu mengigau memanggil kedua orang tuanya.

"Jangan bunuh orang tuaku...." Gigau Ratu sembari menggerakkan kepalanya.

Justin yang terbangun mendengar suara Ratu yang memanggil orang tuanya. Dahi Ratu berkeringat dan terlihat Ratu gelisah. Justin membangunkan Ratu.

"Jangan bunuh orang tuaku... Mama...." Ratu masih mengigau.

"Ratu bangun... Ratu...." Justin menggoyangkan tubuh Ratu, tapi Ratu terus mengigau.

"Ratu... Bangun...."

"Papa...!" Teriak Ratu dengan nafas ngos-ngosan.

Justin mengambil air minum di atas nakas dan memberikan kepada Ratu.

"Minum dulu."

Ratu minum, setelah itu gelasnya di serahkan lagi ke tangan Justin.

" Sudah tenang," ucap Justin.

Tiba-tiba Ratu menangis dan Justin segera memeluknya. Mengusap punggung Ratu yang terisak. Justin membiarkan Ratu menangis.

"Aku melihat mama sama papa terbunuh. Mama sangat ketakutan saat orang itu akan membunuhnya."

Justin terdiam mendengarkan cerita mimpinya Ratu.

"Orang itu begitu kejam membunuh mama sama papa... Tapi aku nggak tahu siapa pelakunya," lanjut Ratu menceritakan mimpinya.

Ratu masih menangis di pelukan Justin. Justin menggeram marah, mendengar mimpinya Ratu.

Justin berpikir, dirinya harus segera bertindak membantu Ratu. Melihat Ratu menangis seperti ini, membuat hati Justin sakit.

Ratu melepaskan diri dari pelukan Justin, lalu Ratu menghapus air matanya.

"Apa seperti itu kejadiannya?" Ucap Ratu kepada Justin.

"Mungkin, tapi yang jelas kita doakan kedua orang tuamu agar tenang di alam sana." Ratu mengangguk setuju.

"Ayo kita tidur lagi," tukas Justin.

Ratu dan Justin kembali tidur. Ratu menatap lekat wajah Justin.

"Jas, boleh aku memelukmu?"

Justin mengangguk dan membawa Ratu masuk ke dalam pelukannya. Ratu sangat nyaman berada di pelukan Justin. Rasanya menenangkan saat Ratu membutuhkan tempat untuk bersandar.

Selama ini, Ratu tidak memiliki tempat bersandar setelah kepergian kedua orang tuanya. Dunianya turun drastis dan untuk kembali bangkit seperti dulu, itu sangat susah.

Setelah Ratu tertidur lagi, Justin tidak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Dirinya terus memikirkan soal kematian orang tuanya Ratu.

Aku janji akan menjebloskan Pak Toni dan Armi ke penjara dan aku akan merebut kembali harta peninggalan orang tuamu.

Justin terus mengusap punggung Ratu, lalu Justin mencium pucuk kepala Ratu.

Karena tidak bisa tidur lagi, Justin memilih mengambil laptopnya dan mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.

***

Pagi pun menyapa dan Ratu bangun kesiangan.

"Kenapa Justin tidak membangunkan aku!" Gerutu Ratu, sambil berjalan terburu-buru. Karena tidak banyak waktu, Ratu terpaksa berangkat ke kantor menggunakan motor milik Justin dan untungnya ada motor matic.

Ratu menancapkan gasnya membelah jalanan. Pikiran Ratu harus segera sampai di kantor.

"Sebentar lagi sampai," Gumam Ratu, karena beberapa meter lagi sampai di kantor.

Saat akan membelokkan motornya, sebuah mobil menyerempet motornya Ratu.

Brugh

Ratu terjatuh dari motor, sedangkan mobil yang menyerempet kabur.

Security yang melihat Ratu terjatuh dari motor, buru-buru menolongnya.

"Mba Ratu nggak apa-apa?" Sembari menolong Ratu.

"Nggak apa-apa gimana. Sudah tau saya jatuh dari motor," jawab Ratu, sembari meringis menahan lututnya yang sakit.

Ratu di bawa ke dalam dan di dudukan di sofa. Mala yang baru turun menemui resepsionis, terkejut melihat Ratu kesakitan.

"Nona Ratu, apa yang terjadi dengan Nona?" Tanya Mala.

"Aku terjatuh dari motor, karena motorku di serempet mobil."

Mala segera menghubungi Justin dan memberitahu soal Ratu yang mengalami kecelakaan.

Dengan langkah tergesa-gesa, Justin menemui Ratu. Justin khawatir mendengar motor yang dikendarai Ratu di serempet mobil.

"Ratu! Kok bisa kamu keserempet mobil? Terus mana yang sakit?" Cecar Justin.

Ratu melongo melihat Justin mengkhawatirkannya dan Justin memeriksa tubuhnya yang terluka.

Tangannya dan kaki Ratu terluka, lalu Justin memeriksa kepala Ratu. Takut kalau kepala Ratu juga terluka.

"Kita ke rumah sakit saja. Kamu harus di obatin."

"Nggak perlu," tolak Ratu.

"Pokoknya kamu harus ke rumah sakit," paksa Justin.

Kemudian Justin mengangkat tubuh Ratu, ala bridal style dan membawanya ke mobil. Justin sangat mengkhawatirkan keadaan Ratu yang terluka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!