Bekerja sebagai OG

Ternyata menggoda Justin itu sangat susah, imannya sungguh kuat. Padahal, Ratu sudah berhasil membangkitkan senjata laras panjangnya Justin. Ratu juga melihat kabut gair ahnya sudah menggelap, tapi ternyata pertahanan Justin sangat kuat dan tidak mudah digoyahkan.

"Bagaimana caranya biar berhasil menjerat Justin?" Lesu Ratu, yang lagi-lagi harus gagal menggoda Justin.

"Apa aku harus menggunakan cara lain, tapi apa?" ucap Ratu putus asa.

Daripada pusing memikirkan caranya, Ratu memilih mengistirahatkan tubuhnya. Biarlah besok ia memikirkannya lagi, bagaimana cara menjerat Justin. Sedangkan Justin memilih tidur di ruang kerjanya dari pada harus tidur sekamar dengan Ratu.

Pagipun menyapa, sang surya sudah terbit dari peraduannya. Dengan langkah gontai, Justin masuk ke kamarnya dengan mata yang masih mengantuk. Semalam Justin tidak bisa tidur, gara-gara hasratnya tidak tersalurkan dan Justin ingin sekali mencekik leher Ratu, sebab ini semua gara-gara Ratu.

Justin mengernyitkan dahinya, melihat Ratu sudah sangat rapi dan wangi, tapi Justin tidak mau memperdulikannya. Terserah, apa yang mau Ratu lakukan di luar sana, yang jelas apa pedulinya.

Justin segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, setelah itu Justin turun dan sarapan.

"Ajas, Mama mau bilang kalau hari ini Ratu akan bekerja di kantor kamu," ucap Mama Risti. Sebelumnya Ratu sudah memberitahu keluhannya tentang Justin yang susah di taklukkan dan Mama Risti mencari ide dan idenya adalah bekerja di kantor Justin. Mama Risti berpikir, mungkin kalau setiap hari bertemu rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya.

"Apa?! Nggak!" Tolak Justin mentah-mentah. Jelas Justin tidak mau Ratu bekerja di kantornya, nanti yang ada malah semakin mengganggunya.

"Kamu nggak boleh menolak. Pokoknya Mama mau Ratu bekerja di kantor kamu. Titik! Tidak ada penolakan," tegas Mama Risti.

Justin mendengus menatap tajam wajah Ratu. Justin yakin kalau Ratu pasti merayu mamanya agar Ratu bisa bekerja di kantornya. Sungguh sangat menyebalkan dan juga licik.

"Iya...." Terpaksa Justin menuruti perkataan sang mulia agung.

Selesai sarapan, Justin segera berangkat ke kantor. Ratu buru-buru menegak air minumnya melihat Justin sudah meninggalkan meja makan.

"Ma, Ratu pamit kerja dulu. Doain Ratu, semoga berhasil," pamit Ratu seraya mengepalkan tangannya.

"Iya, mama doain."

Ratu bergegas menyusul Justin dan langsung menggandeng lengan Justin.

"Lepas!" Sentak Justin, menyingkirkan tangan Ratu.

Justin segera masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Ratu. Justin mendengus melihat Ratu duduk di sampingnya dan berharap Ratu tidak mengganggunya bekerja.

***

Tiga puluh menit, Justin dan Ratu sampai di kantor. Ratu tersenyum menatap kantor Justin.

"Selamat bekerja, Ratu," ucap Ratu, penuh semangat.

Justin mencibir Ratu, yang menurutnya Ratu terlalu lebay. Justin melangkah masuk diikuti oleh Ratu.

"Nanti aku kerjanya di bagian apa?" Tanya Ratu.

Justin berpikir, kira-kira kerjaan apa yang cocok buat Ratu. Setelah memikirkannya, akhirnya Justin tersenyum dan kerjaan apa yang cocok untuk Ratu.

"Kamu jadi OG aja," jawab Justin, seraya tersenyum tipis melirik Ratu.

"Maksud kamu, office girl?"

Justin mengangguk cepat. "Baiklah, tak masalah. Yang penting aku tetap kerja di kantor kamu," ucap Ratu, yang tidak peduli dia bekerja di bagian apa saja.

Ratu setuju jadi office girl? aku pikir dia bakal menolaknya dan akan marah-marah, tapi ternyata nggak. Malah terlihat biasa aja. Batin Justin, yang tak percaya Ratu mau ditempatkan di bagian office girl.

Justin sudah berada di ruang kerjanya, sedangkan Ratu duduk di sofa. Sekretarisnya Justin masuk dan seperti biasa, ia akan melaporkan jadwalnya Justin.

"Mala, tolong kamu panggil Bu Rohayati," titah Justin.

"Baik, Pak."

Sekretaris Mala keluar. Tidak lama sebuah ketukan pintu terdengar.

"Permisi, Pak. Apa bapak panggil saya," ucap Bu Rohayati, sembari melangkah masuk.

"Iya. Tolong kamu bawa perempuan itu, karena mulai hari ini dia bekerja sebagai office girl," tukas Justin dan Bu Rohayati melihat Ratu yang sedang duduk.

"Baik, Pak. Ada lagi?"

"Tidak ada."

"Ratu, kamu ikut dia," kata Justin, menunjuk Bu Rohayati.

"Ok. Ayo, Bu."

Ratu menghampiri Bu Rohayati dan mengajaknya keluar dari ruangan Justin. Setelah Ratu menghilang dari balik pintu, Justin membuang nafasnya.

Ratu mengikuti langkah Bu Rohayati ke ruangannya, lalu Bu Rohayati mengambil seragam office girl di lemari.

"Pakailah seragam ini." Bu Rohayati menyerahkan seragam itu ke Ratu. Ratu mengangguk dan segera mengganti pakaiannya dengan seragam office girl, setelah itu Ratu kembali menghadap Bu Rohayati.

"Karena kamu masih baru, saya tugaskan kamu ikut dengan Agus."

"Oke."

Agus datang dan langsung mengajak Ratu ikut dengannya. Agus mengajak Ratu ke lantai 5.

"Tugas kita ngapain, Gus?" Tanya Ratu, yang masih bingung mengerjakan apa.

"Kita, bersihin kaca-kaca itu," ucap Agus, lalu Agus menyerahkan semprotan pembersih kaca dan wiper kepada Ratu.

Ratu mengangguk, menerima peralatan itu dan melangkahkan kakinya ke kaca-kaca besar itu. Ratu menikmati pekerjaan barunya, dan Ratu tidak malu harus bekerja sebagai office girl.

Agus menatap Ratu, mengingat bagaimana kehidupan Ratu dulu yang serba berkecukupan. Tapi sekarang, hidup Ratu berbanding terbalik. Ratu justru bekerja sebagai office girl.

Keringatnya bercucuran, karena terpaan sinar matahari yang terik dari luar kaca. Ratu mengelap dahinya yang berkeringat. Justin yang akan menemui Pak Jaya di lantai tersebut, menoleh melihat Ratu yang sedang bekerja dengan keringat bercucuran.

Hatinya seketika merasa kasian melihat Ratu, lalu Justin berniat memberikan sapu tangannya kepada Ratu, tapi seseorang datang lebih dulu menghampiri Ratu.

"Kamu pasti lelah. Minumlah," ucap seorang lelaki bernama Zaki, sembari menyodorkan sebotol air mineral.

"Terima kasih," balas Ratu dan menerima air mineral itu.

"Kamu baru ya kerja disini?" Tanya Zaki dan Ratu pun mengangguk.

"Kenalin namaku Zaki, kalau kamu...."

"Kalau aku Ratu."

"Nama yang sangat cantik, seperti orangnya," puji Zaki. Ratu hanya tersenyum menanggapi perkataan Zaki.

Justin yang melihat itu, mencibir Ratu yang menurutnya kecentilan. Akan tetapi di sisi hatinya yang lain, merasa tidak suka melihat Ratu di dekati oleh lelaki lain.

*

Sorenya, Ratu menunggu Justin di depan kantor. Ratu malas bila harus naik ke ruangannya Justin. Sambil menunggu Justin, Ratu memainkan handphonenya.

"Mau pulang, Ra."

Ratu mengangkat kepalanya dan ternyata yang nanya adalah Zaki.

"Iya...."

"Kalau gitu bareng aku saja," tawar Zaki.

Disaat itu juga, Justin keluar dari kantor dan Ratu yang melihat Justin keluar, tiba-tiba Ratu memikirkan lagi tawaran Zaki.

"Memang kamu nggak keberatan mengantarkan aku pulang," timpal Ratu, menjawab tawaran Zaki.

"Tentu saja. Ayo naik."

Ratu pun naik ke motornya Zaki, sedangkan Justin yang melihat Ratu pergi dengan Zaki. Menatap kesal melihat Ratu berboncengan dengan lelaki lain.

"Dasar cewek ganjen," sungut Justin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!