Keindahan di pagi hari

"Kamu di larang tidur di atas kasur dan kamu tidur di lantai. Aku sudah menyiapkan kasurnya."

"Ogah! Kamu aja yang tidur di lantai," tolak Ratu dan Ratu segera naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya. Tidak peduli dengan ocehan Justin yang memintanya turun dari kasurnya.

Ratu malah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Justin menggeram kesal, melihat Ratu yang tidak menggubris perintahnya.

"Dasar ulet bulu!" Kesal Justin dan Justin menarik selimut yang menutupi tubuh Ratu.

Justin berhasil menarik selimutnya dan menatap nyalang wajah Ratu, yang kini merubah posisi tidurnya menjadi terlentang.

"Apa?!" Ucap Ratu sarkas. Membalas tatapan Justin yang kesal terhadapnya.

"Apa kamu tuli. Aku sudah nyuruh kamu untuk tidur di lantai!"

"Aku kan sudah bilang, kamu saja yang tidur di lantai. Aku mah ogah tidur di lantai," balas Ratu yang tak mau kalah dan kini Ratu menguasai ranjangnya Justin.

Justin semakin kesal dengan tingkat Ratu yang menguasai ranjangnya, lalu Justin menarik tangan Ratu sampai Ratu terjatuh dari atas ranjang.

"Aduh! Sakit tahu!" Sentak Ratu, menatap tajam Justin.

"Bodo amat!" Balas Justin tak kalah galaknya. "Minggir! Aku mau tidur!" Justin menyingkirkan tubuh Ratu dan Justin naik ke atas ranjang.

Ratu mendengus sebal melihat Justin. Dengan terpaksa Ratu merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Ratu memejamkan matanya dan berusaha untuk cepat tidur, tapi hampir satu jam Ratu tidak bisa tidur.

Ratu bangun dan melihat Justin yang terlihat nyaman tidur di atas ranjang yang empuk.

"Bodo ah, biarin saja dia ngamuk. Yang penting aku bisa tidur nyenyak."

Ratu segera berpindah ke ranjang yang di tempati Justin. Ratu menoel tubuh Justin, memastikan apa Justin sudah tidur atau belum.

"sudah tidur aman."

Ratu tersenyum saat tubuhnya sudah berada di atas ranjang yang empuk.

"Nyamannya," gumam Ratu sembari memejamkan matanya.

Ratu melirik Justin yang sudah terlelap damai dan ingin rasanya Ratu menggetok kepala Justin.

"Ternyata kamu nyebelin dan tukang marah," cibir Ratu.

Ratu pun menarik selimut dan memunggungi Justin.

Pagi pun tiba dan cahaya sinar matahari menelusup masuk melewati celah jendela. Justin semakin nyaman memeluk guling dan enggan untuk membuka matanya, karena terlalu nyaman dan hangat.

Justin mengernyitkan dahinya, mengingat kalau dirinya tidak memiliki guling. Dengan mata yang masih terpejam, tangan Justin meraba-rabanya dan tangannya kini menyentuh sebuah gundukan empuk.

Ini apaan. Batin Justin. Karena penasaran dan juga empuk Justin mere masnya keras.

"Aaww!! Sakit tau," jerit Ratu. Lagi enak-enaknya tidur di kasur yang empuk. Eh... Sebuah tangan nakal mere mas dadanya. Memang dasar kurang ajar.

Seketika Justin membuka matanya dan terbelalak melihat Ratu tidur di kasurnya. Justin langsung mendudukkan dirinya dan menatap tajam Ratu.

"Kamu! Kamu kok tidur disini?" Tanya Justin tajam.

"Dari semalam juga aku tidur disini," jawab Ratu santai dan menarik selimutnya lagi, lalu Ratu memunggungi Justin.

"Eh! Bangun. Ngapain kamu lanjutin tidurnya disini!" Seraya menggoyangkan tubuh Ratu.

"Cepat bangun!"

"Berisik banget sih!" Kesal Ratu, lalu Ratu berbalik badan menghadap Justin.

"Bangun! Enak saja tidur disini!" Usir Justin dari kasurnya.

"Bisa diem nggak! Aku tuh mau lanjut tidur," balas Ratu kesal.

"Eh, ulat bulu. Kalau mau lanjut di sana jangan disini!"

"Nggak mau!" Tolak Ratu, kemudian Ratu memunggungi Justin lagi.

Kekesalan Justin bertambah, karena Ratu tidak memperdulikan perkataannya. Justin kemudian menarik tangan Ratu agar bangun dari kasurnya.

"Cepat turun dari kasurku!"

Ratu yang sama kesalnya, akhirnya duduk. Justin terus mendorong tubuh Ratu, mengusirnya dari tempat tidur. Lama kelamaan hati Ratu dongkol dan kini Ratu malah mendorong tubuh Justin, hingga tubuhnya jatuh ke kasur. Kemudian Ratu mencium bibir Justin.

Kedua mata Justin melebar sempurna, dirinya terkejut dengan tindakan abnormal Ratu yang mencium bibirnya. Justin terdiam seperti patung dan mulutnya mendadak kelu. Ratu menghentikan ciumannya dan menatap kedua manik Justin.

"Jika kamu terus mengusirku dari kasur ini. Aku bakal memperkosa kamu," ancam Ratu.

Ratu beranjak dari tubuh Justin dan turun dari kasur, lalu Ratu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tadinya Ratu mau lanjut tidur, tapi Justin terus mengusiknya.

Justin masih terdiam di tempat tidur. Dirinya tak menyangka kalau Ratu bakal mencium bibir berharganya ini. Entah kenapa tubuhnya mendadak kaku, saat Ratu menciumnya. Justin menyentuh bibirnya yang di cium oleh Ratu.

"Dasar, cewek edan!" Geram Justin, lalu menarik selimut dan mengelap bibirnya untuk menghilangkan bekas ciuman Ratu.

"Awas saja kamu!" Gerutu Justin kesal.

Sekitar lima belas menit, Ratu keluar dari kamar mandi. Justin tertegun melihat Ratu yang hanya mengenakan selembar handuk menutupi tubuhnya. Justin memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Dengan santainya Ratu melenggang melewati Justin yang tengah duduk di tepi ranjang. Ratu mengambil pakaiannya di dalam kopernya. Saat Ratu jongkok, paha mulus ratu terpampang jelas. Justin berusaha tidak melihat ke arah Ratu, yang memperlihatkan paha mulusnya. Tapi mata Justin tidak bisa di ajak kompromi dengan hatinya, kedua mata Justin melirik paha Ratu dan juga melihat belahan dada Ratu.

Nafasnya merasa mendadak berhenti dan jantungnya berdekup kencang dan entah kenapa, di balik celananya ada yang menggeliat bangun.

Sial!. Makinya di dalam hati.

Di dalam hatinya, ia ingin segera pergi, tapi entah kenapa bokongnya terasa lengket dan tidak beranjak pergi. Justin kembali melirik Ratu yang sudah mengambil pakaiannya dan melangkah kembali ke kamar mandi.

"Huft...." Justin membuang nafasnya. Ratu benar-benar menguji keimanannya. Terlebih dengan senjata laras panjangnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!