Gara-gara Ratu

Selama meeting berlangsung, moodnya Justin buruk. Semua persentasi karyawannya di anggap tidak memuaskan. Bahkan Justin memarahi mereka semua. Hadi yang sejak tadi duduk di sebelahnya, menatap heran terhadap Justin. Menurutnya, persentasi mereka semua bagus, tapi kenapa Justin menganggapnya tidak memuaskan.

"Pokoknya saya minta di perbaiki! Saya nggak mau gara-gara kalian yang nggak becus kerja, perusahaan saya rugi!" Bentak Justin, lalu dengan wajah penuh kesal Justin meninggalkan meeting-nya begitu saja.

Sambil berjalan, Justin mengendorkan dasinya yang terasa mencekiknya. Hatinya dongkol melihat Ratu berbicara dengan lelaki lain di depannya. Dua kali Justin melihatnya, sungguh membuat moodnya hancur.

Justin melihat Ratu tengah mengepel. Justin menghampirinya dan menarik tangan Ratu.

"Ikut aku!"

"Kemana? Aku tuh masih kerja," ucap Ratu, bahkan Ratu membawa alat pelnya.

Semua mata menatap Justin yang menarik Ratu dan mereka semua bertanya-tanya, kenapa bosnya menarik seorang office girl.

Justin membawa Ratu ke ruangannya, sedangkan Ratu bingung, kenapa Justin membawanya ke ruang kerjanya.

"Kamu jangan kemana-mana dan duduk di sana," ucap Justin.

Meski bingung dengan sikap Justin, Ratu menurutinya duduk di sofa. Justin duduk di kursi kebesarannya dan bekerja.

"Kenapa kamu bawa aku kesini?" Tanya Ratu yang bingung, karena dirinya cuman di suruh duduk.

"Jangan banyak tanya. Diam dan duduk manis," pungkas Justin.

Hampir tiga puluh menit, Ratu duduk terdiam di tempatnya dan lama kelamaan membuat Ratu bosan. Ratu bangkit dari duduknya dan berpindah duduk di depan meja kerjanya Justin.

"Aku bosan! Biarkan aku kembali kerja," mohon Ratu.

"Nggak! Kamu harus tetap berada disini."

"Kamu tuh kenapa sih. Kenapa kamu menyuruhku tetap disini dan alasannya apa?"

Justin menatap Ratu dan mana mungkin dirinya mengatakan alasan kenapa Ratu harus tetap disini bersamanya. Nanti yang ada Ratu ke ge'eran dan disangkanya Justin cemburu melihat Ratu di dekati oleh lelaki lain.

"Alasannya...." Justin mencari alasan yang tepat menjawab pertanyaan Ratu. " Alasannya aku tengah menghukum kamu."

Ya, sepertinya itu alasan yang masuk akal. Pikir Justin.

"Memang apa salahku. Sampai-sampai aku di hukum."

"Banyak. Sudahlah jangan ganggu aku."

Ratu mencebikan bibirnya kesal. Ratu merasa tidak melakukan kesalahan saat bekerja, tapi kenapa Justin menghukumnya. Apa mungkin ini hanya alasannya Justin.

Ratu kembali ke sofa, dengan langkah kaki di hentakan karena kesal. Ratu semakin bosan berada di ruang kerjanya Justin di tambah bosan lagi harus terus melihat Justin yang sangat fokus dalam bekerja.

"Aku mau keluar. Mau ke toilet," seloroh Ratu.

"Kalau mau ke toilet, tuh di sana," tunjuk Justin ke arah toilet yang berada di belakang Ratu.

"Nggak jadi ke toilet. Aku mau buat kopi," lanjut Ratu.

Justin menekan tombol interkom dan menyuruh OB membuatkan kopi untuk Ratu.

"Aku sudah menyuruh OB buatkan kopi untukmu."

Ratu mendengus sebal. Ratu mencari cara gimana biar bisa keluar dari ruang kerjanya Justin.

"Aargh... Aku bosen disini terus! Pokoknya aku mau keluar," keluh Ratu.

Ratu kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu dan tidak peduli bila Justin marah.

Melihat Ratu akan keluar, Justin buru-buru bangkit dari kursinya dan langsung menghalangi Ratu yang sudah berdiri di depan pintu.

"Minggir! Aku mau keluar!" Kesal Ratu, sembari menyingkirkan tubuh Justin yang menghalanginya.

"Nggak! Aku kan sudah bilang, kamu tetap berada disini."

"Aku nggak mau. Aku mau keluar, lagian sebentar lagi pulang."

"Hari ini kamu pulan---"

Tiba-tiba pintunya terbuka dan tubuh Justin terdorong ke arah Ratu. Justin memeluk Ratu yang ikut terdorong.

"Ma-ma-af Pak, saya tidak tahu kalau bapak ada di belakang pintu," ucap OB yang mengantarkan kopi untuk Ratu. OB itu ketakutan, takut kena marah Justin, karena buka pintu tanpa mengetuk dahulu dan gara-garanya tubuh Justin terdorong pintu.

"Lain kali ketuk pintu dulu!" Sentak Justin.

"Iya Pak, Maaf."

"Cepat, letakkan kopi itu di meja."

OB itu mengangguk dan segera meletakkan secangkir kopi itu di meja kerja Justin, setelah itu OB-nya pergi.

Justin tidak menyadari, kalau Ratu masih memeluknya. Ratu nyaman berada di pelukannya Justin.

"Dasar OB tidak punya tata Krama!" Keluh Justin, lalu Justin merasakan tangan Ratu melingkar di pinggangnya. Justin menggeram karena Ratu ternyata keenakan memeluknya.

"Lepas!" Seraya menyingkirkan tangan Ratu dari pinggangnya.

"Nggak mau!" Jawab Ratu, mendongakkan kepalanya menatap Justin.

"Lepas!"

"Nggak! Aku nggak mau melepaskan pelukanku. Dada kamu terlalu nyaman untukku peluk dan bukankah tadi kamu melarang aku keluar dari sini. Sekarang giliran aku tetap mau berada disini bersamamu, kamu malah menyuruhku melepaskanmu."

"Tapi nggak pakai peluk-peluk segala."

Ratu tetap memeluk Justin, tidak peduli Justin menyingkirkan tubuhnya.

"Biarkan aku memelukmu, kalau tidak aku akan menciummu," ancam Ratu, tapi kali ini Justin tidak peduli dengan ancaman Ratu. Justin yakin kalau sekarang ini dirinya berani mendorong tubuh Ratu. Tidak seperti yang sudah-sudah, yang selalu terdiam dan tubuhnya mendadak kaku.

"Kamu pikir aku takut dengan ancaman kamu!" Balas Justin.

Ratu menaikkan sebelah alisnya, menatap Justin. Kemudian Ratu menjinjitkan kakinya dan menggapai bibirnya Justin.

Ratu mencium bibir Justin dan ternyata tubuh Justin tetap terpaku diam. Justin berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk mendorong tubuh Ratu.

Justin berhasil mendorong tubuh Ratu dan Ratu mendengus karena kelemahan Justin sudah tidak lemah lagi.

"Ya sudah deh, aku pergi saja."

Ratu membuka pintunya dan meninggalkan Justin. Justin bernafas lega, karena berhasil menyingkirkan Ratu dari bibirnya.

***

Ratu lebih dulu sampai rumah, sedangkan Justin pulang terlambat. Justin pulang pukul tujuh malam.

Saat ini Ratu tengah bersiap-siap untuk pergi. Justin yang baru saja membuka pintu kamar, menatap Ratu yang sudah berdandan cantik.

"Mau kemana kamu malam-malam begini?"

"Mau lanjutkan kerjaan ku yang lain," jawab Ratu, sambil mengambil tasnya di atas ranjang.

"Kerjaan apaan?" Tanya Justin lagi.

"Dance di tempat hiburan. Bye...."

Ratu keluar kamar dan melangkah meninggalkan Justin.

"Dance? Apa Ratu akan menari di ke club?" gumam Justin.

Justin segera menyusul Ratu yang sudah pergi. Dengan langkah yang tergesa-gesa, Justin menaiki mobilnya dan meluncur ke club dimana Ratu menari.

Justin tiba di club dan kedua matanya mengedarkan pandangannya mencari Ratu.

"Mana sih si cewek edan itu," gumam Justin yang terus mencari Ratu, terutama di panggung dancer.

Justin tidak menemukan Ratu, lalu Justin melangkah ke belakang panggung dan betapa terkejutnya Justin melihat Ratu tengah duduk bersama laki-laki lain. Justin yang melihat Ratu berbincang dengan lelaki yang duduk di sampingnya. Tangan lelaki itu mengusap lututnya Ratu, membuat hati Justin mendidih marah dan kedua tanduk samarnya muncul.

"Ratu...!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!